Sabtu, 25 April 2009

Sinkronisasi BAN-PT dan EPSBED

Ternyata selama ini belum ada sinkronisasi yang begitu apik antara program Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED). Padahal dari sisi teleleologis keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu bagaimana menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. keduanya hanya dibedakan oleh posisi kelembagaan, di mana BAN-PT bergerak di ranah penjaminan mutu eksternal terhadap program studi dan institusi perguruan tinggi, sementara EPSBED yang melakukan evaluasi adalah program studi itu sendiri, Evaluasi internal.

Untuk itulah Dirjen Dikti, Fasli Jalal mengadakan pertemuan dengan BAN-PT pada 25/04 di Gedung E. lt. II Depdiknas. Dirjen yang baru menjabat 4 bulan ini mencoba melakukan sinkronisasi antara BAN-PT dan EPSBED agar efektifitas penjaminan mutu benar-benar tercapai di perguruan tinggi. Kata Dirjen, dengan sinkronisasi selain untuk memenuhi amanah Undang-Undang Sisdiknas tentang standar minimal nasional pendidikan dan target renstra, juga ini dalam rangka pertanggungan jawaban kita kepada publik dan juga dalam konteks kepuasan pelanggan (tailor made).

Menurut Dirjen data EPSBED yang selama ini dikumpulkan tidak ubahnya bagaikan belantara data. Selama ini, program dikti yang sudah beroperasi semenjak 2002 ini asyik dengan data mikro (kasar) dan setiap semester dan tahun data semakin membesar. Akan tetapi dibalik itu kita lupa melakukan analisa dan membuat data agregatnya. Demikian juga begitu disagregat ke tingkat propinsi juga tidak bisa dilakukan dengan baik.

BAN PT, menurut Dirjen bisa memanfaatkan data kasar yang dimiliki oleh EPSBED ini. Kalau sinkronisasi dan koordinasi sudah mantap, segala instrumen dan variabel EPSBED dan BAN-PT bisa lebih efektif dan dinamis lagi. Tidak terjadi redundancy dan variable yang muncul adalah variable dinamis. Apa yang sudah ada di BAN-PT misalnya tidak usah ada lagi di EPSBED.

“Ke depan kapan perlu kita bersama-sama memiliki data base perguruan tinggi di Indonesia lengkap dengan video, foto-foto dari berbagai matra, sehingga akan terlihat mana perguruan tinggi yang hanya sekedara ruko-ruko saja dan mana yang betul-betul perguruan tinggi,” tambah Dirjen.

Sementara itu BAN-PT yang berumur lebih tua dari EPSBED, beroperasi semenjak 1994, menghadapi problem akses dan sosialisasi. Karena BAN-PT sifatnya lembaga penjaminan mutu eksternal, perguruan tinggi menganggap akreditasi yang dilakukan BAN-PT sebagai hal yang Fakultatif saja.

“Ada noise sedikit yang kami rasakan, di website dikti ada edaran yang mengatakan bahwa akreditasi hanyalah fakultatif saja. Di dalam Undang-Undang Sisdiknas juga belum disebut dengan tegas kewajiban akreditasi bagi perguruan tinggi dan program studi membuat akreditasi kurang dikenal, kata Kamanto Sunarto, Ketua BAN-PT. Sementara itu di sisi lain BAN-PT “dibebankan” target Renstra untuk mengakreditasi 15 ribu program studi sampai 2009.

Husni Rahim, salah seorang anggota BAN-PT mengharapkan agar ada statemen Dirjen tentang BAN-PT ini. Menyambut usulan ini, Dirjen mengusulkan perlu ada rapat pimpinan khusus dengan seluruh eselon 2 dikti dengan BAN-PT. Sebelumnya, Dirjen meminta kepada kedua tim teknis EPSBED dan BAN-PT untuk bertemu, sehingga pertemuan nanti tidak di tataran makro lagi. Begitu bertemu sudah membicarakan langkah-langkah teknis apa yang bisa dilakukan. Semoga terwujud sistem penjaminan mutu perguruan tinggi yang terintegrasi.

Jumat, 06 Februari 2009

Wafatnya Umi Abiha Fatimah Az-Zahro (sa)

Siang hari tanggal 13 jumadil awal dan menurut riwayat yang lain 3 jumaditsani, di saat matahari sudah mulai condong ke arah barat, Sayyidah Fatimah, putri Rasulullah SAW yang telah beberapa hari dalam keadaan sakit, terbangun dari tidurnya dan dengan penuh semangat, layaknya orang yang tidak sakit bangkit dari tempat tidurnya dan melakukan beberapa pekerjaan rumah termasuk diantaranya memandikan putranya beliau Hasan dan Husein.
Tak lama kemudian Imam Ali bin Abi Thalib AS memasuki rumah dan dengan penuh keheranan melihart prilaku istrinya seraya bertanya: Wahai Fatimah sepertinya engkau telah sembuh dari sakitmu. Sang istri menjawab: Tidak, namun aku lakukan hal ini karena aku tahu sebentar lagi aku akan meninggalkan kalian, aku akan meninggalkan anak-anakku sebagai yatim, oleh karena itu biarkan aku melakukan semua ini untuk terakhir kalinya bagi mereka.
Dengan penuh keheranan Imam Ali AS menanyakan dari mana kau tahu hal itu? Fatimah menjawab: Baru saja aku melihat ayahku Rasulallah dalam tidurku, dan aku sampaikan padanya apa yang aku dapatkan dari perlakuan para sahabatnya, lalu beliau mengatakan: Malam ini engkau akan bersamaku.
Setelah urusan rumah dan anak-anak selesai, Fatimah mamanggil Imam Ali memohon beliau duduk di sampingnya seraya berkata: Wahai putra pamanku sungguh engkau ketahui, bahwa aku tidak pernah berbohong padamu selama hidupku, aku tidak pernah berkhianat padamu, aku tidak pernah melanggar perintahmu. Aku ingin mewasiatkan padamu beberapa hal, sudikah kau melaksanakannya?.
Imam Ali dengan menangis menjawab: Wadai putri Rasulallah, engkau lebih mulia untuk melakukan kebohongan dan penghianatan, engkau adalah wanita yang paling takut dan bertaqwa kepada Allah, sampaikan segala apa yang engkau ingin wasiatkan, aku siap untuk melaksanakannya.
Aku ingin jika aku telah meninggal nanti agar engkau mengawini, Ummamah, karena aku tahu dia sangat sayang dan mencintai Hasan dan Huseinku, selain itu aku tahu bahwa seorang laki-laki tidak bisa hidup tanpa seorang wanita. Berikan perhatianmu sehari buat istrimu dan sehari untuk Hasan dan Husein, sungguh murka Allah akan menimpakan kepada orang yang membunuh keduanya. Wasiat yang kedua lakukanlah segala urusan jenazahku di malam hari dan jangan sampai ada diantara meraka yang hadir.
Setelah Imam Ali mengiyakan dan menyanggupi untuk melaksanakan seluruh wasiatnya, Imam Ali keluar dan tinggal Sayyidah Fatimah bersama Asma’ binti Umais dan Fidhah, kepada Asma’ beliau meminta untuk meletakan tempat tidur di tengah ruangan dan beliau sendiri masuk kamar mandi dan membersihkan seluruh tubuhnya. Mungkin beliau ingin membersihkan sisa-sisa darah yang masih menempel di tubuhnya akibat luka yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Mungkin beliau tidak ingin orang lain, sekalipun suaminya tahu atas luka yang di deritanya.
Tak lama kemudian setelah mengenakan pakaiannya yang bersih beliau berbaring di tempat tidurnya dam matanya yang tajam beliau melihat ke atas serata berkata:
“Salam bagimu wahai Jibril, Salam bagimu wahai Rasullalah. Ya Allah bersama RasulMu, di dalam kerelaan dan surga yang penuh dengan kedamaian”
Apakah kalian tidak apa yang aku lihat? Apakah yang anda lihat wahai putri Rasulallah? Kata mereka.Aku melihat rombongan penduduk langit, aku melihat Jibrail dan ayahku Rasulallah datang dan berkata padaku: Datanglah sungguh setelah ini akan kau dapatkan yang lebih baik untukmu. Kemudian beliau membuka matanya dan berkata:
“Salam bagimu wahai malaikat pencabut nyawa, cepatlah dan jangan kau siksa aku, KepadaMu Ya Allah dan bukan ke nerakaMu.”
Setelah beliau memejamkan kedua matanya serta menjulurkan tubuhnya kedua kaki dan tangannya dan Innaa lillaaaa wa……..Asma’ tak kuasa lagi menahan dirinya, lalu dia membaringkan tubuhnya ke tubuh suci putri Rasul sambil menciumnya, seraya berkata: sampaikan salamku pada ayahmu Rasulullah.
Saat itu juga masuklah Al-hasan dan Al-husain dengan penuh heran keduanya bertanya pada Asma’, wahai Asma’ apa yang mebuat ibuku tidur pada saat ini? Asma menjawab: Wahai putra Rasulullah ibumu tidak tidur, ibumu telah meninggal dunia. Imam Hasan merebahkan tubuhnya di kaki ibunya dan menciumnya, seraya berkata: Wahai ibuku: Jawablah panggilanku…………….! Begitu juga Imam Husein Wahai ibuku aku adalah putramu Husein jawablah panggilanku……………! Asma’ menyuruh keduanya untuk ke masjid dan memberi tahu ayahnya.
Madinah kembali berduka seperti hari wafatnya Rasulullah, sahabat berbondong-bondong mendatangi rumah putri Rasul. Azan magrib telah terdengar, Imam Ali menyuruh Abu dzar menyampaikan pada hadirin bahwa pelaksanaan sholat penguburan Fatimah tertunda.
Pada malam harinya disaat penduduk kota Madinah terlelap dalam tidurnya Imam Ali melaksanakan wasiat putri Rasul, beliau memandikannya dengan dibantu oleh Asma’ dan setelah itu mengkafani dan mentahnithi dengan hanuth yang dibawa Jibrail yang diberikan kepada Rasulullah dan Rasul menyuruh untuk dibagi tiga, untuk beliau, putrinya Fatimah dan Imam Ali.
Setelah selesai semua itu beliau menyuruh Imam Hasan, Imam husein, Zainab dan Ummu kultsum untuk memeluk ibunya untuk terahir kalinya dengan bersabda: halummu watazawwadu min ummikum wazadzaal firaaq wal liqaa’filjannah.
Merekapun menangis dan memeluk ibu tercinta. Imam Ali pun dengan perasaan yang hancur melihat adegan yang paling menyedihkan dan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Kemudian beliau bersabda: Demi Allah aku melihat Fatimah menjulurkan tangannya dan memeluk Al- Hasan dan Al- Husein ke dadanya sungguh pemandangan yang tidak membuat penduduk dunia saja namun para malaikat ikut bersedih dan menangis, sampai Imam Ali mendengar teriakan dari langit, Wahai Ali angkat kedua anakmu sungguh semua penduduk langit tidak tahan lagi melihatnya.
Setelah menyolatkan dengan para sahabat khusus Imam menguburkan putri Rasulullah dengan mengucapkan:
“Salam bagimu Wahai Rasullullah dariku dan dari putrimu, kini ku kembalikam amanat yang engkau berikan padaku, sungguh berat bagiku perpisahan ini, perbanyaklah pertanyaan mu padanya dia akan menceritakan padamu semuanya. Sungguh kesedihanku akan berkepanjangan jika engkau tidak memberikan contoh pada kami untuk bersabar, maka tentu aku tidak akan meninggalkan tempat ini, salam sejahtera bagimu berdua dari seorang yang meninggalkanmu bukan karena bosan dan benci, namun karena janji Allah kepada orang-orang sabar.”

Wassalam,

Biografi Singkat Sayidah Fathimah Maksumah (as).

Sayidah Maksumah AS merupakan salah satu putri Imam Musa Al-Kadzim AS dan saudari Imam Reza AS. Beliau terkenal dengan kemuliaan, terpuji, ahli ibadah, memiliki kedudukan tinggi dan sangat bertakwa. Penulis kitab ‘Nasikh-Tawarikh’ dalam menggambar kedudukan beliau mengatakan bahwasanya beliau sebagai kekasih Allah swt (waliyatullah), manusia suci, ahli ibadah, seorang yang zuhud dan sangat bertakwa. Beliau memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah swt. Abul-Qasim dalam karyanya mengatakan bahwa di antara para putri Imam Musa Al-Kadzim AS hanyalah Sayidah Fathimah yang bergelar Maksumah (suci dari dosa dan kesalahan). Begitupula Syeikh Abbas Qummi dalam salah satu karyanya menyatakan bahwa berdasarkan sumber yang sampai kepada kita, Sayidah Maksumah merupakan putri termulia di antara para putri Imam Kadzim AS.
Mukaddimah;
Ziarah kubur merupakan salah satu perjalanan spiritual manusia menuju Allah SWT. Terutama, ketika yang diziarahi tersebut adalah pribadi yang memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Namun, di satu sisi kita tidak akan merasakan kekhusukan dan hubungan ruhani dengan pribadi yang kita ziarahi, jika tidak mengenal sisi kehidupan, kepribadian dan kedudukannya di sisi Allah SWT. Semoga tulisan ringkas ini, dapat membantu para penziarah untuk dapat mencapai kekhusukan dalam berziarah.
Biografi
Nama: Fathimah Kubro (sa).
Gelar: Maksumah dan Karimah Ahlu-Bayt.
Nama ayah: Musa bin Jakfar (Imam ke-7).
Nama ibu: Najmah Khatun.
Tempat lahir: Madinah.
Tanggal lahir: Satu Dzulqaidah 173 HQ (berdasarkan pendapat masyhur), dan wafat pada tanggal 10 Rabi’ ats-Tsani 201 HQ (usia beliau ketika wafat adalah dua puluh delapan tahun). Berdasarkan pendapat masyhur beliau meninggal karena diracun.
Sayidah Maksumah as merupakan salah satu putri Imam Kazim as dan saudari Imam Ridho as. Beliau terkenal dengan kemuliaan, terpuji, ahli ibadah, memiliki kedudukan tinggi dan sangat bertakwa. Penulis kitab ‘Nasikh-Tawarikh’ dalam menggambar kedudukan beliau mengatakan bahwasanya beliau sebagai kekasih Allah SWT (waliyatullah), manusia suci, ahli ibadah, seorang yang zuhud dan sangat bertakwa. Beliau memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah swt. Abul-Qasim dalam karyanya mengatakan bahwa di antara para putri Imam Kazim as hanyalah Sayidah Fathimah yang bergelar Maksumah (suci dari dosa dan kesalahan). Begitupula Syeikh Abbas Qummi dalam salah satu karyanya menyatakan bahwa berdasarkan sumber yang sampai kepada kita, Sayidah Maksumah merupakan putri termulia di antara para putri Imam Kazim as. Kuburan beliau merupakan tempat berteduhnya para pendoa, dan kelahiran serta kedudukan mulia beliau telah disampaikan oleh Imam Shadiq as beberapa tahun sebelum kelahirannya.
Masuknya Sayidah Maksumah ke kota suci Qom:
Allamah Majlisi berkaitan dengan sejarah kota Qom yang telah dinukil dari para ulama Qom menukil bahwa pada Tahun 200 HQ Imam Ridho as dengan undangan -undangan paksaan, hal ini dapat dilihat dalam sejarah kehidupan Imam Ridho as, dimana orang yang telah meracun Imam Ridho as hingga syahid ialah Makmun Abbasy salah satu khalifah Abassiyah- Makmun Abbasy mendatangi kota Khurasan. Setahun setelahnya, saudari beliau, Sayidah Maksumah as karena rasa rindu yang sangat terhadap kakaknya lantas menyusulnya. Namun, ketika perjalanan Sayidah Maksumah as baru sampai di kota Soweh, beliau jatuh sakit. Sewaktu beliau menyaksikan kondisinya yang buruk, lantas menanyakan kepada rombongan tentang jarak antara Soweh dan Qom.Mereka memberitahukan kepada beliau bahwa jaraknya sangat dekat, yaitu kurang lebih 8 Farsakh. Setelah mendengar hal itu, kemudian Sayidah Maksumah meminta kepada rombongan untuk pergi ke Qom dan menjadikannya sebagai tempat tinggal. Sewaktu para putra Sa’ad Asy’ari yang terkenal sebagai pengikut setia para Imam as (para Syi’ah yang setia) mendengar berita kedatangan beliau di kota Soweh, lantas mereka pergi untuk menyambut kedatangannya dan setelah itu membawa beliau ke kota Qom. Di kota Qom Sayidah Maksumah tinggal di rumah Musa bin Khazraj bin Asy’ari. Tidak lama setelah itu, yakni kira-kira setelah 16 atau 17 hari tinggal di kota Qom lantas beliau meninggal dunia menemui kekasih Sejatinya.
Penulis kitab ‘Tarikh Qom’ mengatakan: “Husein bin Ali bin Bobawaeh telah memberitahukan kepadaku bahwa Muhamad bin Hasan bin Walid berkata: “Sewaktu Sayidah Maksumah as wafat, lantas mereka memandikan dan mengakafani jasad sucinya, setelah itu diletakan di sebuah tempat di bawah tanah yang telah digali sebelumnya dan disediakan untuk kuburan Sayidah Maksumah AS. Kemudian keluarga Sa’ad bermusyawarah barang sebentar untuk menentukan siapakah orang yang memiliki kelayakan dalam meletakan jenazah Sayidah Maksumah as ke kuburannya. Akhirnya mereka bersepakat agar jenazahnya diletakkan oleh pelayannya yang bernama Qadir, seorang kakek tua namun terkenal dengan kealiman dan kesalehannya. Namun sebelum Qadir tiba, tiba-tiba mereka menyaksikan dua orang menunggang kuda datang dengan cepat menghampiri jenazah Sayidah Maksumah as, lantas mereka turun dari kuda, melakukan solat jenazah dan menguburkan jenazah Sayidah Maksumah di tempat yang telah disediakan di bawah tanah. Seusai itu, kemudian mereka keluar dari bawah tanah dan menunggangi kuda serta pergi dengan cepat tanpa ada seorangpun yang hadir mengenalnya siapakah kedua orang tak dikenal itu? Imam Hasan AS dan Imam Husein AS kah?, Imam Kazim as atau Imam Ridho as kah? Hanya Allah swt saja yang mengetahuinya”.
Beberapa Keramat Sayidah Fathimah Maksumah AS;
Sebenarnya, banyak sekali kisah yang akurat tentang orang-orang yang telah mendapatkan syafa’at beliau. Baik pengkabulan hajat, penyembuhan orang-orang yang sakit dan lainnya. Demi menjaga keringkasan, di sini hanya akan menyebutkan dua cerita saja:
• Almarhum Ayatullah Mar’asyi Najafi (salah satu marja besar dimasanya, yang memiliki salah satu perpustakaan terbesar di Iran. Perpustakaan beliau terletak tidak jauh dari makam Sayidah Maksumah as) telah menukil: Ayahku, almarhum Ayatullah Sayid Mahmud Mar’asyi, tinggal di kota Najaf (salah satu kota di Irak). Beliau sangat bersemangat untuk dapat menemukan makam neneknya, Sayidah Fathimah Zahro (as) melalui melakukan beberapa amalan. Untuk mencapai tujuannya, lantas beliau menyelesaikan amalan-amalan tertentu selama 40 hari berturut-turut, dengan berharap, melalui pelaksanaan amalan tersebut beliau dapat mengetahui makam Sayidah Fathimah az-Zahra (as). Pada malam ke-40, selepas menyelesaikan amalan dan bertawasul yang banyak, lantas beliau tertidur. Di alam mimpi beliau bertemu dengan Imam Baqir (as) atau Imam Shadiq (as), kemudian Imam berkata kepadanya: “Alaika bi Karimati Ahli Bayt (berpegang teguhlah kepada Karimah Ahlu Bayt)”. Ayahku mengira, maksud dari karimah ahlu-bayt adalah Sayidah Fathimah Zahro (as). Lalu beliau berkata: “Ya, wahai yang jiwaku sebagai tebusannya! Aku telah melakukan semua amalan ini adalah supaya dapat mengetahui dengan jelas kuburannya, sehingga aku dapat menziarahinya”. Kemudian Imam (as) berkata: “Maksudku, makamnya Sayidah Maksumah di Qom”. Imam melanjutkan perkataannya: “Demi kemaslahatan, Allah swt menghendaki kuburan beliau tetap menjadi misteri bagi semuanya. Oleh karena itu, Tuhan telah menetapkan makam Sayidah Maksumah sebagai perwujudan makam Sayidah Fathimah Zahro (as), dan Dia pun menjadikan makamnya semegah dan seagung makam Sayidah Fathimah Zahro (as)”. Setelah mimpi itu, lantas ayahku bertekad berhijrah ke Qom bersama anggota keluarganya, agar selalu dapat menziarahi makam Sayidah Maksumah as.
• Kisah ini dinukil secara mutawatir, bahwa seorang yang berkhidmat –menjadi pelayan- di makam Sayidah Maksumah, yang bernama Mirza Asadullah terkena penyakit lumpuh. Dimana kakinya tidak berasa dan lumpuh, dan semua jemari kakinya menjadi berwarna hitam. Sementara tidak ada satupun dokter yang sanggup untuk menyembuhkannya, bahkan mereka sepakat untuk mengamputasi kakinya. Sehari sebelum waktu pengamputasian, Asadullah berkata pada dirinya: “Jika memang besok hari kakiku harus di amputasi, sebaiknya malam ini aku tinggal di haram (makam) Sayidah Maksumah as dan bertawasul –menjadikan beliau sebagai perantara agar Allah swt menyembuhkan penyakitnya. pen- kepadanya”. Lantas setelah itu, seseorang membawanya ke haram Sayidah Maksumah as. Ketika tengah malam tiba, dimana waktunya Haram ditutup, Asadullah meletakan dirinya di kaki kuburan Sayidah Maksumah as. Ia mengadukan semua penyakitnya kepada Sayidah Maksumah as, dan memohon kepadanya supaya beliau memohonkan kepada Allah swt agar penyakitnya dapat disembuhkan. Ia berdoa, bertawasul dan merintih sampai pagi. Di saat pagi masih gelap, tiba-tiba para pelayan (pengkhidmat) Haram mendengar suara jalan Asadullah dari balik pintu dan seraya berteriak: “Tolong Buka pintu, Allah swt telah mengasihiku, dengan syafa’at Sayidah Maksumah as penyakitku telah sembuh”. Lantas mereka membukakan pintu, dan mereka pun melihat Asadullah dalam keadaan senang, serta penyakitnya telah sembuh. Kemudian Asadullah menceritakan peristiwa tersebut: “Seorang perempuan agung telah mendatangiku, sambil berkata: “Ada apa?” saya menjawab: “Penyakit telah menyebabkan kakiku lumpuh, aku memohon kepada Allah swt, hidup atau mati”. Lalu perempuan agung tersebut, mengusapkan beberapa kali ujung kerudungnya ke kakiku, seraya berkata: “Allah swt telah menyembuhkanmu”. Setelah itu aku merasakan kakiku sudah sembuh, dan sama sekali tidak merasakan sakit apapun. Kemudian aku bertanya kepada perempuan agung tersebut: “Siapakah anda?” beliau menjawab: “Apakah kamu tidak mengenalku! Padahal engkau adalah penghidmat di tempatku ini, aku adalah Fathimah binti Musa bin Jakfar (Sayidah Fathimah Maksumah as)”.
Tata Cara dan Adab Berziarah:
1. Membaca doa masuk berikut ini :
2. Menghadap kiblat ketika telah sampai di makam Sayidah Maksumah.
3. Membaca Tasbih Zahra (Allahu Akbar 34x, Alhamdulillah 33x, dan Subhanallah 33x).
4. Membaca doa Ziarah berikut ini :
Salam sejahtera atas Adam as, manusia pilihan Allah swt. Salam sejahtera atas Nuh as, sebagai nabi Allah swt. Salam sejatera atas Ibrahim as, manusia pilihan Allah swt. Salam sejahtera atas Musa as, kalimullah (obyek perkataan Allah swt). Salam sejahtera atas Isa as, Ruh Allah swt. Salam sejahtera atas-mu wahai Rasulullah saww, salam sejahtera atas-mu wahai sebaik-baiknya makhluk Allah swt, salam sejahtera atas-mu wahai manusia pilihan Allah swt, salam sejahtera atas-mu wahai Muhammad bin Abdullah, penutup para nabi.
Salam sejahtera atas-mu wahai Amirulmukminin Ali bin Abu Thalib as, sebagai pengganti Rasulullah saww. Salam sejahtera atas-mu Wahai Fathimah as, penghulu para wanita seluruh alam. Salam sejahtera atas engkau sekalian, wahai cucu Rasulullah saww (Imam Hasan as dan Imam Husain as). Salam sejahtera atas-mu, wahai Ali bin Husain as, penghulu orang-orang yang beribadah dan cahaya mata bagi orang-orang yang melihatnya. Salam sejahtera atas-mu wahai Muhammad bin Ali as, pembelah ilmu pasca Rasulullah saww. Salam sejahtera atas-mu wahai Jakfar bin Muhammad as, yang sangat benar perkataannya, yang sangat baik dan terpercaya.
Salam atas-mu wahai Musa bin Jakfar as, yang suci dan disucikan. Salam sejahtera atas-mu wahai Ali bin Musa as, yang meridhai dan diridhai. Salam sejahtera atas-mu wahai Muhammad bin Ali as, yang yang suci. Salam sejahtera atasmu wahai Ali bin Muhammad as, yang suci, penasehat dan yang terpercaya. Salam sejatera atas-mu wahai Hasan bin Ali as, dan salam sejahtera atas penggantinya setelahnya. Ya Allah, curahkanlah salam sejahtera atas cahaya-Mu, pelita-Mu, wali kekasih-Mu, penerus washi-Mu (Nabi Muhammad), dan bukti bagi seluruh makhluk-Mu. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Rasulullah saww. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Fathimah as dan Khadijah as. Salam sejahtera atasmu, wahai putri Amirulmukminin as.
Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Hasan as dan Husain as. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri kekasih Allah swt. Salam sejahtera atas-mu, wahai saudari kekasih Allah swt. Salam sejahtera atas-mu, wahai bibi kekasih Allah swt. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Musa bin Jakfar as, semoga salam dan berkah senantiasa dicurahkan atasnya. Salam sejahtera atas-mu, Allah swt hendak memperkenalkan antara engkau dan kami kelak di surga, membangkitkan kami dibarisan-mu, memasukkan kami ke telaga-mu, dan memberi kami air dengan menggunakan cawan kakek-mu Rasulullah saww melalui tangan Ali bin Abu Thalib as -semoga shalawat Allah swt senantiasa tercurahkan atas engkau sekalian-diriku memohon kepada Allah swt untuk menunjukkan kegembiraan dan kelapangan-mu kepada kami, mengumpulkan kami dan engkau sekalian berada pada barisan kakek-mu, Nabi Muhammad saww, untuk tidak mencabut dari kami pengenalan terhadap-mu, sesungguhnya Dia adalah pemilik kekuatan.
Aku mendekatkan diri kepada Allah swt dengan cara mencintai-mu, dengan berlepas tangan dari semua musuh-mu. Aku Menerima (semua perintah Allah swt) atas dasar kerelaan, bukan atas dasar penolakan dan kesombongan. Aku meyakini segala apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad saww, dengan penuh kerelaan. Dan dengan segala (keyakinan-ku itu), aku menginginkan diri-Mu, wahai junjungan-ku! Ya Allah! Hamba memohon keridhoan-Mu dan kehidupan akhirat. Wahai junjungan-ku Sayidah Maksumah! Syafa’atilah diri-ku di surga, karena engkau memiliki kedudukan yang sangat agung di sisi Allah swt.
Ya Allah! Hamba memohon kepada-Mu, akhirilah (kehidupan)-ku dengan kebahagiaan. Janganlah Engkau cabut segala apa yang aku miliki, tiada daya dan upaya melainkan dengan kekuatan Allah Yang Maha Tinggi dan Agung. Ya Allah! Kabulkanlah segala permohonan-kami, dan kabulkanlah hal tersebut dengan melalui kemurahan-Mu, kemuliaan-Mu, kasih sayang-Mu dan ….,dan curahkanlah shalawat dan salam atas Muhammad saww dan seluruh keluarga-nya, yang sebanyak-banyaknya salam, wahai Yang Maha Pengasih lagi Penyayang.
Catatan:
• Melihat kedudukan agung yang dimiliki oleh Sayidah Maksumah as, tidak mungkin beliau hanya karena kecintaan kepada kakaknya saja, hanya karena sebagai saudaranya menyusul Imam Ridho as dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh dan sulit antara kota Madinah dan Qom (Iran). Namun lebih dari itu, dari pengenalan yang dimiliki oleh Sayidah Maksumah as terhadap kedudukan Imam Ridho as, beliau mencintai Imam Ridho as selain sebagai kakaknya yang lebih penting ialah sebagai Imam Zamannya dan kecintaan yang tinggi terhadap Imam Zamannya. Seperti halnya kecintaan Sayidah Zainab Kubro as terhadap Imam Husein as sebagai Imam zaman -masa- nya.
• Makam suci Sayidah Fathimah Maksumah (adiknya Imam Ridho as) terletak di kota suci Qom. Para penziarah datang dari berbagai penjuru dunia untuk menziarahi tempat suci ini. Mudah-mudahan para pecinta Ahlu-Bayt as dimana pun berada diberikan inayah untuk dapat menziarahinya.

Wassalam' Wr Wb,

Kamis, 22 Januari 2009

Doa ziarah ini disunnahkan untuk dibaca setiap hari Sabtu, dikutip dari kitab Mafatihul Jinan (kunci-kunci surga):

Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad

Dengan asma AllahYang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya

Asyahadu allâ ilâha illallâhu wahdahu lâ syarîkalah
Aku bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya

Wa asyhadu annaka rasûluhu wa annaka Muhammadubnu ‘Abdillah
Aku bersaksi engkau adalah Muhammad putera Abdillah

Wa asyhadu annaka qad ballaghta risâlâti rabbika wa nashahta liummatika wa jâhadta fî sabîlillâhi bil-hikmati wal-maw’izhatil hasanah wa addaytal ladzî ‘alayka minal haq

Aku bersaksi engkau telah menyampaikan semua risalah Tuhanmu, telah menasehati ummatmu, berjuang di jalan Allah dengan bijaksana dan nasehat yang baik, dan engkau telah menyampaikan kebenaran.

Wa annaka qad raufta bil-mu’minîna wa ghaluzhta ‘alal kâfirîn wa ‘abadtallâha mukhlishan hattâ atâkal yaqîn faballaghallâhu bika asyrafa mahallal mukarramîn.

Aku bersaksi engkau sangat menyayangi orang-orang mukmin dan bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, engkau mengabdi kepada Allah dengan tulus ikhlas sehingga engkau dipanggil ke haribaan-Nya, lalu Allah mengkaruniakan padamu kedudukan yang paling mulia dari kedudukan orang-orang yang dimuliakan.

Alhamdulillâhil ladzistanqadzanâ bika minasy syirki wadh-dhalâlah, Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi.

Segala puji bagi Allah yang menyelamatkan kami denganmu dari kemusyrikan dan kesesatan. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.

Waj’al shalawâtika wa shalawâti malâikatikal muqarrabîna wa anbiyâikal mursalîn wa ‘ibâdikakash shâlihîn wa ahlis samâwâti wal-aradhîn wa man sabbaha laka yâ Rabbal ‘âlamîn minal awwalîna wal-âkhirîn.

Curahkan shalawat-Mu, shalawat para malaikat-Mu al-muqarrabin, para nabi-Mu, hamba-hamba-Mu yang shaleh, shalawat semua penghuni langit dan bumi, dan shalawat hamba-Mu yang selalu bertasbih kepada-Mu dari hamba-Mu yang terdahulu dan terakhir ya Rabbal ‘alamin.

‘alâ Muhammadin ‘abdika wa rasûlika wa nabiyyika, wa amînika wa najîbika wa habîbika, wa shafiyyika wa shafwatika, wa khâshshatika wa khâlishatika wa khiyaratika min khalqika.

Curahkan semua shalawat itu kepada Muhammad hamba-Mu, rasul-Mu dan nabi-Mu, kepercayaan-Mu, kemuliaan-Mu dan kekasih-Mu, pilihan-Mu dan kesucian-Mu, keistimewaan-Mu, ketulusan-Mu dan pilihan-Mu dari semua makhluk-Mu.

Wa a’thil fadhla wal fadhîlah, wal-wasîlata wad darajatar rafî’ah, wab’ats-hu maqâmam mahmûdâ yaghbithuhu bihil awwalûna wal-âkhirûn.

Karuniakan kepada Rasulullah saw keutamaan dan yang paling utama, wasilah dan derajat yang agung. Anugerahkan padanya kedudukan yang terpuji yang diinginkan oleh orang-orang terdahulu dan belakangan.

Allâhumma innaka qulta: “Walau annahum idz zhalamû anfusahum jâûka fastaghfarullâha wastaghfara lahumul rasûlu lawajullâha tawwâbar rahîmâ.”

Ya Allah, Engkau berfirman: “Sekiranya mereka ketika menzalimi diri mereka datang kepadamu, lalu mereka memohon ampun kepada Allah dan Rasulpun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka dapati Allah Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang.” (An-Nisa’: 64).

Ilâhî faqad ataytuka nabiyyaka mustghfuran tâiban min dzunûbî fashalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi waghfirhâlî.
Ilahi, Tuhanku, aku datang kepada Nabi-Mu untuk memohon ampun dan taubat dari dosa-dosaku. Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, dan ampuni dosa-dosaku.

Yâ Sayyidanâ atawajjahu bika wa bi-ahli baytika ilallâhi ta’âlâ Rabbika wa Rabbî liyaghfirahâlî.

Duhai Junjungan kami, denganmu dan Ahlul baitmu aku datang menghadap kepada Allah swt Tuhanmu dan Tuhanku agar Dia mengampuni dosa-dosaku.

Innâ lillâhi wa innâ ilayhi râji’ûn (3 kali)
Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.

Ushibnâ bika yâ habîba qulubinâ famâ a’zhamal mushîbata bika haytsunwatha’a ‘annal wahyu wa haytsu faqadnâka fainnâ lillâhi wa innâ ilayhi râj’ûn.

Duhai kekasih hati kami, kami merasakan musibah yang menimpa keluargamu. Betapa besar musibah setelah kepergianmu dan setelah kau tinggalkan kami. Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.

Yâ Sayyidanâ yâ Rasûlallâh shalawâtullahi ‘alayka wa ‘alâ âli baytikath thâhirîn.
Duhai Junjungan kami, ya Rasulallah, semoga shalawat Allah senantiasa mencurahkan kepadamu dan Ahlul baitmu yang suci.

Hâdzâ yawmus sabti wa huwa yawmuka wa anâ fîhi dhayfuka wa jâruka fa-adhifnî wa ajirnî
Hari ini adalah hari Sabtu. Hari Sabtu adalah harimu. Pada hari ini aku adalah tamumu
dan tetanggamu. Maka jamulah aku dan tolonglah aku.

Fainnaka karîmun tuhibbudh dhiyâfah wa ma’mûrun bi-ijârah.
Sesungguhnya engkau adalah orang yang dermawan, suka menjamu tamu, dan diperintahkan untuk memberi pertolongan.

Fa-adhifnî wa ahsin dhiyâfatî, wa ajirnâ wa ahsin ijâratanâ bimanzilatillâhi ‘indaka wa ‘inda âli baytika, wa bimanzilatihim ‘indahu wa bimastawda’akum min ‘ilmihi fainnahu Akramal akramîn.

Maka jamulah daku dengan jamuan yang terbaik, tolonglah kami dengan pertolongan yang terbaik di sisi Allah di dekatmu dan di dekat Ahlul baitmu, dengan kedudukan mereka di sisi Allah dan dengan ilmu-Nya yang dititipkan kepadamu, sesungguhnya Allah Maha Mulia dari semua yang memuliakan.

Assalâmu’alayka yâ Rasûlallâh wa rahmatullâhi wa barakâtuh
Salam atasmu ya Rasulallah, semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan keberkahan-Nya kepadamu

Assalâmu’alayka yâ Muhammadubnu ‘Abdillâh
Salam atasmu duhai Muhammad bin Abdillah

Assalâmu’alayka yâ khiyatallâh
Salam atasmu duhai pilihan Allah

Assalâmu’alayka yâ habîballâh
Salam atasmu duhai kekasih Allah

Assalâmu’alayka yâ shifwatallâh
Salam atasmu duhai pilihan Allah

Assalâmu’alayka yâ amînallâh
Salam atasmu duhai kepercayaan Allah

Asyhadu annaka rasûlullâh wa asyhadu annaka Muhammadubnu ‘Abdillâh
Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasul Allah, dan aku bersaksi engkau adalah Muhammad putera Abdillah

Wa asyhadu annaka qad nashahta liummatika wa jâhadta fî sabîli Rabbika, wa ‘abadtallâha hattâ atâkal yaqîn, fajazâkallâhu yâ Rasûlallâh afdhala mâ jazâ nabiyyan ‘an ummatihi.

Aku bersaksi bahwa engkau telah menasehati ummatmu, telah berjuang di jalan Tuhanmu,
mengabdi kepada-Nya sehingga engkau dipanggil ke haribaan-Nya, semoga Allah
membalasmu ya Rasulallah dengan karunia yang paling utama dari apa yang dikaruniakan kepada para nabi.

Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad afdhala mâ shallayta ‘alâ Ibrâhîma wa âli Ibrâhim innaka Hamîdum Majîd.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad shalawat yang lebih utama dari shalawat yang kau sampaikan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.
(Dikutip dari kitab Mafâtihul Jinân, kunci-kunci surga)

Yang berminat tek arab doa ziarah ini, bisa copi dari Milis “Keluarga Bahagia” atau milis “Shalat-doa” atau hubungi Sekretariat Yayasan Al-Mushthafa.

Wassalam,

Rabu, 21 Januari 2009

Perintah Bershalawat dan Keutamaannya.

Allah swt memerintahkan kita agar bershawat kepada Rasulullah saw dan keluarganya (sa): "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkan salam kepadanya." (Al-Ahzab: 56).

Rasulullah saw bersabda:
"Sebagaimana orang bermimpi, aku pernah bermimpi pamanku Hamzah bin Abdullah dan saudaraku Ja'far Ath-Thayyar. Mereka memegang tempat makanan yang berisi buah pidara dan mereka makan sebentar, kemudian buah pidara itu berubah menjadi buah anggur. Kemudian mereka makan sebentar dan buah anggur itu berubah menjadi buah kurma yang masih segar. Kemudian mereka makan sebentar, lalu aku mendekati mereka dan bertanya kepada mereka: Demi ayahku jadi tebusan kalian, amal utama apakah yang kalian dapatkan? Mereka menjawab: Demi ayahku dan ibuku jadi tebusanmu, kami dapatkan amal yang paling utama adalah shalawat kepadamu, memberi minuman, dan cinta kepada Ali bin Abi Thalib (sa)." (Ad-Da'awat Ar-Rawandi, halaman 90, bab 224, hadis ke 227)

Rasulullah saw bersabda:
"Ketika aku diperjalankan di malam hari untuk mi'raj ke langit, aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan di setiap tangannya seribu jari-jemari. Ketika ia sedang menghitung dengan jari-jarinya, aku bertanya kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang ia hitung? Jibril menjawab: ia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi.
Aku bertanya kepada malaikat itu: Apakah kamu mengetahui jumlah tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia? Ia menjawab: Ya Rasulallah, demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran kepada makhluk-Nya, aku tidak hanya mengetahui setiap tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi
aku juga mengetahui secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di daratan, di bangunan, di perkebunan, di daratan yang bergaram, dan di pekuburan.

Rasulullah saw bersabda: Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam perhitungan. Ia berkata: Ya Rasulallah, ada yang tak sanggup aku menghafal dan mengingatnya dengan perhitungan tangan dan jari-jemariku.
Rasulullah saw bertanya: Perhitungan apakah itu? Ia menjawab: Aku tidak sanggup menghitung pahala shalawat yang disampaikan oleh sekelompok ummatmu ketika namamu disebut di suatu majlis." (Al-Mustadrah, Syeikh An-Nuri, 5: 355, hadis ke 72)

Rasulullah saw bersabda: "Pada hari kiamat nanti semua kaum muslimin akan melihatku kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang tidak bershalawat kepadaku ketika namaku disebutkan." (Jamus Sa'adah 2: 263).

Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata:
"Ketika nama Nabi saw disebutkan, maka perbanyaklah bershalawat kepadanya, sesungguhnya orang yang bershalawat kepada Nabi saw satu kali, Allah bershalawat kepadanya seribu kali bersama seribu barisan malaikat. Tidak ada satu pun makhluk Allah kecuali ia bershalawat kepada hamba-Nya karena Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepadanya. Barangsiapa yang tidak mencintai shalawat, ia adalah orang
yang jahil dan ghurur (tertipu). Allah dan Rasul-Nya serta Ahlul baitnya berlepas diri darinya." (Al-Kafi, jilid 2, halaman 492)

Ketika menjelaskan makna firman Allah swt: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi... Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata: "Shalawat dari Allah azza wa jalla adalah rahmat, shalawat dari malaikat adalah pensucian, dan shalawat dari manusia adalah doa." (Ma'anil akhbar, halaman 368)

Shalawat dan Mizan amal
Rasulullah saw bersabda: "Pada hari kiamat nanti aku akan berada di dekat mizan amal. Barangsiapa yang amal buruknya lebih berat dari amal baiknya, aku akan datang bersama shalawat sehingga amal baiknya lebih berat berkat shalawat itu." (Tsawabul A'mal, halaman 186)

Muhammad Al-Baqir (sa):"Tidak ada suatupun amal yang lebih berat dalam mizan amal daripada shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.
Ssesungguhnya akan ada seseorang yang ketika amalnya diletakkan di mizan amal, timbangan amalnya miring. Kemudian Nabi saw mengeluarkan shalawat untuknya dan meletakkan di mizan amalnya, maka beruntunglah ia berkat shalawat itu." (Al-Kafi, jilid 2, halaman 494)

Shalawat dan Pengampunan dosa
Rasulullah saw bersabda:"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku tiga kali setiap hari dan tiga kali setiap malam karena cinta dan rindu kepadaku, maka Allah azza wa jalla berhak mengampuni dosa-dosanya pada malam itu dan hari itu." (Ad-Da'awat Ar-Rawandi, halaman 89, hadis ke 226)

Rasulullah saw bersabda:"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku saat akan membaca Al-Qur'an, maka malaikat akan selalu memohonkan ampunan baginya selama namaku berada di dalam Al-Qur'an." (Al-Biharul Anwar 94: 71)

Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata:"Barangsiapa yang tidak sanggup menutupi dosa-dosanya, maka perbanyaklah bershalawat kepada Rasulullah dan keluarganya, sesungguhnya shalawat itu benar-benar dapat menghancurkan dosa-dosa." (Al-Amali Ash-Shaduq, halaman 68)

Pahala Shalawat
Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) pernah ditanyai: Apakah pahala shalawat?
Beliau menjawab: "Ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti keadaan bayi yang baru lahir dari ibunya." (Ma'anil akhbar, halaman 368)

Dalam suatu hadis tentang shalawat yang dianjurkan untuk dibaca setiap bakdah shalat Ashar dan hari Jum'at yaitu:

اللّهمّ صلّ على محمّد وآل محمّد الاوصياء المرضيين بأفضل صلواتك وبارك
عليهم بأفضل بركاتك والسلام عليه وعليهم ورحمة الله وبركاته

"Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, para washi yang diridhai shalawat-Mu yang paling utama, berkahi mereka dengan keberkahan-Mu yang paling utama, semoga salam dan rahmat serta keberkahan Allah senantiasa tercurahkan kepadanya dan kepada mereka."

Dalam hadis itu disebutkan: "Barangsiapa yang membaca shalawat ini (7 kali), Allah membalasnya setiap ibadah satu kebaikan, amalnya hari itu diterima, dan ia akan datang pada hari kiamat dengan cahaya di antara kedua matanya." (Safinah Al-Bihar, jilid 5, halaman 170)

Dalam suatu hadis disebutkan: "Barangsiapa yang membaca shalawat berikut ini sesudah shalat Fajar dan sesudah shalat Zuhur, ia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Al-Qâim (Imam Mahdi) dari keluarga Nabi saw:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan percepatlah kemenangan mereka ." (Biharul Anwar 86: 77)

Wassalam,

Selasa, 13 Januari 2009

Peristiwa-peristiwa alam saat Al Husein AS terbunuh.

Dalam Sunan Al-Baihaqi 3: 337, hadis ke 6352:
Abu Qubail berkata: “Ketika Al-Husein bin Ali (as) terbunuh, terjadi gerhana matahari dan semua bintang nampak di siang hari, sehingga kami mengira hal itu terjadi demikian.” (juga dalam Majma’ Az-Zawaid 9: 197).

Dalam Tahdzib At-Tahdzib 2: 354, hadis ke 615:
Khalaf bin Khalifah berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh, langit menghitam dan bintang-bintang nampak di siang hari.”

Dalam Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu hajar: 116, hadis ke 30:
“Terjadi gerhana matahari sehingga bintang-bintang nampak di siang hari, manusia mengira bahwa kiamat akan segera terjadi.”

Dalam Dzakhair Al-‘Uqba, halaman 145:
Ummu Salim berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh, turun hujan seperti darah ke rumah-rumah kami…”

Ummu Salamah berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh turun hujan darah kepada kami.”

Dalam tafsir Ibnu Jarir 25: 740, hadis ke 31120, tentang firman Allah:
“Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka” (Ad-Dukhkhan: 29): As-Sudi berkata: “Ketika Husein bin Ali (as) terbunuh, langit menangisinya, tangisannya adalah kemerah-merahannya.”

Dalam tafsir Ad-Durrul Mantsur, Jalaluddin As-Suyuthi, tentang firman Allah:
“Rasa kasih sayang yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian, dan ia adalah seorang yang bertakwa,” (Maryam: 13): Qurrah berkata: “Langit tidak pernah menangisi siapapun kecuali Yahya bin Zakariya dan Husein bin Ali (as), dan tangisannya adalah kemerah-merahannya.”

Dalam tafsir Ad-Durrul Mantsur, Jalaluddin As-Suyuthi, tentang surat Ad-Dukhkhan, 29:
Ibrahim berkata: “Langit tidak pernah menangis sejak dunia diciptakan kecuali atas dua orang. Tahukah kamu tangisan langit? Ia menjawab: Tidak. Tangisan langit adalah berwarna kemerah-merahan dan nampak seperti asap. Sungguh ketikaYahya bin Zakiya (as) terbunuh langit memerah dan meneteskan darah, dan sungguh ketika Al-Husein (as) terbunuh langit memerah. Zaid bin Ziyad berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh ufuk-ufuk langit memerah selama empat bulan.”

Dalam Hilyatul Awliya’, Abu Na’im, 2: 276, hadis ke 193:
Dari Hisyam dari Muhammad, ia berkata: Tidakkah kamu melihat ufuk-ufuk langit berwarna kemerahan-merahan saat Al-Husein (as) terbunuh…”

Riwayat-riwayat ini dan yang semakna juga terdapat dalam kitab:
1. Kanzul Ummal, Al-Muttaqi, jilid 7 halaman 111, hadis ke 37.
2. Majmaj Az-Zawaid, Al-Haitsami, jilid 9 halaman 197. Jamil bin Zaid berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh langit memerah.” Aku berkata: Mana bukti yang kamu katakan itu? Ia menjawab: “Sungguh pendusta itu adalah munafik, karena sesungguhnya langit itu memerah saat Al-Husein (as) terbunuh.” Riwayat ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.
3. Majma’ Az-Zawaid, Al-Haitsami, jilid 1 halaman 196.
4. Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu Hajar, halaman 116, hadis ke 30.
5. Tahdzib At-Thahdzib, Ibnu Hajar, jilid 2 halaman 354, hadis ke 615.
6. Dzakhair Al-‘Uqba, halaman 145.
7. Faydh Al-Qadir Al-Mannawi, jilid 1 halaman 240.

Wassalam,