tag:blogger.com,1999:blog-73298627550206584822024-03-13T01:09:34.192-07:00BennyProphet Mohammad SAW and His Family (Ahl al-Bayt).
This Blog site make for every one who's follower of Them.Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.comBlogger52125tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-36776483219503441282012-01-31T15:50:00.000-08:002012-01-31T15:51:07.870-08:00Doa sebelum belajarبسم الله الرحمن الرحيم<br />اللهم صل على محمد وآل محمد<br />اَللَّهُمَّ اَخْرِجْنِي مِنْ ظُلُمَاتِ الْوَهْمِ، وَاَكْرِمْنِي بِنُوْرِ الْفَهْمِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ عَلَيْنَا اَبْوَابَ رَحْمَتِكَ، وَانْشُرْ عَلَيْنَا خَزَآئِنَ عُلُوْمِكَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ<br /><br />Bismillâhir Rahmânir Rahîm<br />Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad<br />Allâhumma akhrijnî min zhulumâtil wahmi, wa akrimnî bi nûril fahmi. Allâhummaftah ‘alaynâ abwâba rahmatika, wansyur ‘alaynâ khazâina ‘ulûmi- ka birahmatika yâ Arhamar râhimîn.<br />Dengan asma AllahYang Maha Pengasih dan Maha Penyayang<br />Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya<br />Ya Allah, keluarkan aku dari gelapnya kebingungan dan muliakan aku dengan cahaya pemahaman. Ya Allah, bukakan kepada kami pintu-pintu rahmat-Mu, dan curahkan kepada kami khazanah-khazanah ilmu-Mu dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.<br /><br />(Mafatihul Jinan, kunci-kunci surga)Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-78461532678014267042012-01-31T15:46:00.000-08:002012-01-31T15:47:57.480-08:00Pernyataan Sikap Konferensi Islam Internasional Soal Mazhab dalam IslamKonferensi ini diadakan di Amman, Yordania, dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern” (27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.)<br />Bismillahir-Rahmanir-Rahim<br />SALAM DAN SALAWAT SEMOGA TERCURAH PADA BAGINDA NABI MUHAMMAD DAN KELUARGANYA YANG SUCI<br />Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa… (Al-Nisa’,4:1)<br />Sesuai dengan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh YTH Imam Besar Syaikh Al-Azhar, YTH Ayatollah Sayyid Ali Al-Sistani, YTH Mufti Besar Mesir, para ulama Syiah yang terhormat (baik dari kalangan Syiah Ja’fari maupun Zaidi), YTH Mufti Besar Kesultanan Oman, Akademi Fiqih Islam Kerajaan Saudi Arabia, Dewan Urusan Agama Turki, YTH Mufti Besar Kerajaan Yordania dan Para Anggota Komite Fatwa Nasional Yordania, dan YTH Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi;Sesuai dengan kandungan pidato Yang Mulia Raja Abdullah II bin Al-Hussein, Raja Yordania, pada acara pembukaan konferensi;<br />Sesuai dengan pengetahuan tulus ikhlas kita pada Allah SWT;<br />Dan sesuai dengan seluruh makalah penelitian dan kajian yang tersaji dalam konferensi ini, serta seluruh diskusi yang timbul darinya;<br />Kami, yang bertandatangan di bawah ini, dengan ini menyetujui dan menegaskan kebenaran butir-butir yang tertera di bawah ini:<br />(1) Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan.<br />Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.<br />(2) Ada jauh lebih banyak kesamaan dalam mazhab-mazhab Islam dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan mazhab Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip-prinsip utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an sebagai wahyu Allah; dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh manusia.<br />Semua sepakat pada lima rukun Islam: dua kalimat syahadat (syahadatayn); kewajiban shalat;zakat; puasa di bulan Ramadhan, dan Haji ke Baitullah di Mekkah. Semua percaya pada dasar-dasar akidah Islam: kepercayaan pada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk dari sisi Allah. Perbedaan di antara ulama kedelapan mazhab Islam tersebut hanya menyangkut masalah-masalah cabang agama (furu’) dan tidak menyangkut prinsip-prinsip dasar (ushul) Islam. Perbedaan pada masalah-masalah cabang agama tersebut adalah rahmat Ilahi. Sejak dahulu dikatakan bahwa keragaman pendapat di antara ‘ulama adalah hal yang baik.<br />(3) Mengakui kedelapan mazhab dalam Islam tersebut berarti bahwa mengikuti suatu metodologi dasar dalam mengeluarkan fatwa: tidak ada orang yang berhak mengeluarkan fatwa tanpa keahlihan pribadi khusus yang telah ditentukan oleh masing-masing mazhab bagi para pengikutnya. Tidak ada orang yang boleh mengeluarkan fatwa tanpa mengikuti metodologi yang telah ditentukan oleh mazhab-mazhab Islam tersebut di atas. Tidak ada orang yang boleh mengklaim untuk melakukan ijtihad mutlak dan menciptakan mazhab baru atau mengeluarkan fatwa-fatwa yang tidak bisa diterima hingga membawa umat Islam keluar dari prinsip-prinsip dan kepastian-kepastian Syariah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab yang telah disebut di atas.<br />(4) Esensi Risalah Amman, yang ditetapkan pada Malam Lailatul Qadar tahun 1425 H dan dideklarasikan dengan suara lantang di Masjid Al-Hasyimiyyin, adalah kepatuhan dan ketaatan pada mazhab-mazhab Islam dan metodologi utama yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab tersebut. Mengikuti tiap-tiap mazhab tersebut di atas dan meneguhkan penyelenggaraan diskusi serta pertemuan di antara para penganutnya dapat memastikan sikap adil, moderat, saling memaafkan, saling menyayangi, dan mendorong dialog dengan umat-umat lain.<br />(5) Kami semua mengajak seluruh umat untuk membuang segenap perbedaan di antara sesama Muslim dan menyatukan kata dan sikap mereka; menegaskan kembali sikap saling menghargai; memperkuat sikap saling mendukung di antara bangsa-bangsa dan negara-negara umat Islam; memperkukuh tali persaudaraan yang menyatukan mereka dalam saling cinta di jalan Allah. Dan kita mengajak seluruh Muslim untuk tidak membiarkan pertikaian di antara sesama Muslim dan tidak membiarkan pihak-pihak asing mengganggu hubungan di antara mereka.<br />Allah berfirman:<br />Sesungguhnya orang-orang beriman adalah bersaudara. Maka itu islahkan hubungan di antara saudara-saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah sehingga kalian mendapat rahmat-Nya. (Al-Hujurat, 49:10).<br />Amman, 27-29 Jumadil Ula 1426 H./ 4-6 Juli 2005 M.<br />Para penandatangan:<br />AFGHANISTAN<br />1. YTH. Nusair Ahmad Nour<br />Dubes Afghanistan untuk Qatar<br />ALJAZAIR<br />1. YTH. Lakhdar Ibrahimi<br />Utusan Khusus Sekjen PBB; Mantan Menlu Aljazair<br />2. Prof. Dr. Abd Allah bin al-Hajj Muhammad Al Ghulam Allah<br />Menteri Agama<br />3. Dr. Mustafa Sharif<br />Menteri Pendidikan<br />4. Dr. Sa’id Shayban<br />Mantan Menteri Agama<br />5. Prof. Dr. Ammar Al-Talibi<br />Departemen Filsafat, University of Algeria<br />6. Mr. Abu Jara Al-Sultani<br />Ketua LSM Algerian Peace Society Movement<br />AUSTRIA<br />1. Prof. Anas Al-Shaqfa<br />Ketua Komisi Islam<br />2. Mr. Tar afa Baghaj ati<br />Ketua LSM Initiative of Austrian Muslims<br />AUSTRALIA<br />1. Shaykh Salim ‘Ulwan al-Hassani<br />Sekjen, Darulfatwa, Dewan Tinggi Islam<br />AZERBAIJAN<br />1. Shaykh Al-Islam Allah-Shakur bin Hemmat Bashazada<br />Ketua Muslim Administration of the Caucasus<br />BAHRAIN<br />1. Syaikh Dr. Muhammad Ali Al-Sutri<br />Menteri Kehakiman<br />2. Dr. Farid bin Ya’qub Al-Miftah<br />sekretaris Kementerian Agama<br />BANGLADESH<br />1. Prof. Dr. Abu Al-Hasan Sadiq<br />Rektor Asian University of Bangladesh<br />BOSNIA dan HERZEGOVINA<br />1. Prof. Dr. Syaikh Mustafa Ceric<br />Ketua Majlis ‘Ulama’dan Mufti Besar Bosnia dan Herzegovina<br />2. Prof. Hasan Makic<br />Mufti Bihac<br />3. Prof. Anes Lj evakovic<br />Peneliti dan Pengajar, Islamic Studies College<br />BRAZIL<br />1. Syaikh Ali Muhmmad Abduni<br />Perwakilan International Islamic Youth Club di Amerika Latin<br />KANADA<br />1. Shaykh Faraz Rabbani<br />Guru, Hanafijurisprudence,Sunnipath.com<br />REPUBLIK CHAD<br />1. Shaykh Dr. Hussein Hasan Abkar<br />Presiden, Higher Council for Islamic Affair; Imam Muslim, Chad<br />MESIR<br />1. Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq<br />Menteri Agama<br />2. Prof. Dr. Ali Jumu’a<br />Mufti Besar Mesir<br />3. Prof. Dr. Ahmad Muhammad Al-Tayyib<br />Rektor Universitas Al-Azhar University<br />4. Prof. Dr. Kamal Abu Al-Majd<br />Pemikir Islam; Mantan Menteri Informasi;<br />5. Dr. Muhammad Al-Ahmadi Abu Al-Nur<br />Mantan Menteri Agama Mesir; Profesor Fakultas Syariah, Yarmouk University, Jordan<br />6. Prof. Dr. Fawzi Al-Zifzaf<br />Ketua Masyayikh Al-Azhar; Anggota the Academy of Islamic Research<br />7. Prof. Dr. Hasan Hanafi<br />Peneliti dan Cendekiawan Muslim, Departemen Filsafat, Cairo University<br />8. Prof. Dr. Muhammad Muhammad Al-Kahlawi<br />Sekjen Perserikatan Arkeolog Islam;<br />Dekan Fakultas Studi Kesejarahan Kuno, Cairo University<br />9. Prof. Dr. Ayman Fuad Sayyid<br />Mantan Sekjen, Dar al-Kutub Al-Misriyya<br />10. Syaikh Dr. Zaghlul Najjar<br />Anggota Dewan Tinggi Urusan Islam, Mesir<br />11. Syaikh Moez Masood<br />Dai Islam<br />12. Dr. Raged al-Sirjani<br />13. Dr. Muhammad Hidaya<br />PERANCIS<br />1. Syaikh Prof. Dalil Abu Bakr<br />Ketua Dewan Tinggi Urusan Agama Islam dan Dekan Masjid Paris<br />2. Dr. Husayn Rais<br />Direktur Urusan Budaya, Masjid Jami’ Paris<br />JERMAN<br />1. Prof. Dr. Murad Hofmann<br />Mantan Dubes Jerman untuk Maroko<br />2. Syaikh Salah Al-Din Al- Ja’farawi<br />Asisten Sekjen World Council for Islamic Propagation<br />INDIA<br />1. H.E. Maulana Mahmood Madani<br />Anggota Parlemen<br />Sekjen Jamiat Ulema-i-Hind<br />2. Ja’far Al-Sadiq Mufaddal Sayf Al-Din<br />Cendikiawan Muslim<br />3. Taha Sayf Al-Din<br />Cendikiawan Muslim<br />4. Prof. Dr. Sayyid Awsaf Ali<br />Rektor Hamdard University<br />5. Prof. Dr. Akhtar Al-Wasi<br />Dekan College of Humanities and Languages<br />INDONESIA<br />1. Dr. Tutty Alawiyah<br />Rektor Universitas Islam Al-Syafi’iyah<br />2. Rabhan Abd Al-Wahhab<br />Dubes RI untuk Yordania<br />3. KH Ahmad Hasyim Muzadi<br />Mantan Ketua PBNU<br />4. Rozy Munir<br />Mantan Wakil Ketua PBNU<br />5. Muhamad Iqbal Sullam<br />International Conference of Islamic Scholars, Indonesia<br />IRAN<br />1. Ayatollah Syaikh Muhammad Ali Al-Taskhiri<br />Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah.<br />2. Ayatollah Muhammad Waez-zadeh Al-Khorasani<br />Mantan Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah<br />3. Prof. Dr. Mustafa Mohaghegh Damad<br />Direktur the Academy of Sciences; Jaksa; Irjen Kementerian Kehakiman<br />4. Dr. Mahmoud Mohammadi Iraqi<br />Ketua LSM Cultural League and Islamic Relations in the Islamic Republic of Iran<br />5. Dr. Mahmoud Mar’ashi Al-Najafi<br />Kepala Perpustakaan Nasional Ayatollah Mar’ashi Al-Najafi<br />6. Dr. Muhammad Ali Adharshah<br />Sekjen Masyarakat Persahabatan Arab-Iran<br />7. Shaykh Abbas Ali Sulaymani<br />Wakil Pemimpin Spiritual Iran di wilayah Timur Iran<br />IRAK<br />1. Grand Ayatollah Shaykh Husayn Al-Mu’ayyad<br />Pengelola Knowledge Forum<br />2. Ayatollah Ahmad al-Bahadili<br />Dai Islam<br />3. Dr. Ahmad Abd Al-Ghaffur Al-Samara’i<br />Ketua Diwan Waqaf Sunni<br />ITALIA<br />1. Mr. Yahya Sergio Pallavicini<br />Wakil Ketua, Islamic Religious Community of Italy (CO.RE.IS.)<br />YORDANIA<br />1. Prof. Dr. Ghazi bin Muhammad<br />Utusan Khusus Raja Abdullah II bin Al-Hussein<br />2. Syaikh Izzedine Al-Khatib Al-Tamimi<br />Jaksa Agung<br />3. Prof. Dr. Abdul-Salam Al-Abbadi<br />Mantan Menteri Agama<br />4. Prof. Dr. Syaikh Ahmad Hlayyel<br />Penasehat Khusus Raja Abdullah dan Imam Istana Raja<br />5. Syaikh Said Al-Hijjawi<br />Mufti Besar Yordania<br />6. Akel Bultaji<br />Penasehat Raja<br />7. Prof. Dr. Khalid Touqan<br />Menteri Pendidikan dan Riset<br />8. Syaikh Salim Falahat<br />Ketua Umum Ikhwanul Muslimin Yordania<br />9. Syaikh Dr. Abd Al-Aziz Khayyat<br />Mantan Menteri Agama<br />10. Syaikh Nuh Al-Quda<br />Mantan Mufti Angkatan Bersenjata Yordania<br />11. Prof. Dr. Ishaq Al-Farhan<br />Mantan Menteri Pendidikan<br />12. Dr. Abd Al-Latif Arabiyyat<br />Mantan Ketua DPR Yordania;<br />Shaykh Abd Al-Karim Salim Sulayman Al-Khasawneh<br />Mufti Besar Angkatan Bersenjata Yordania<br />13. Prof. Dr. Adel Al-Toweisi<br />Menteri Kebudayaan<br />14. Mr.BilalAl-Tall<br />Pemimpin Redaksi Koran Liwa’<br />15. Dr. Rahid Sa’id Shahwan<br />Fakultas Ushuluddin, Balqa Applied University<br />KUWAIT<br />1. Prof. Dr. Abdullah Yusuf Al-Ghoneim<br />Kepala Pusat Riset dan Studi Agama<br />2. Dr. Adel Abdullah Al-Fallah<br />Wakil Menteri Agama<br />LEBANON<br />1. Prof. Dr. Hisham Nashabeh<br />Ketua Badan Pendidikan Tinggi<br />2. Prof. Dr. Sayyid Hani Fahs<br />Anggota Dewan Tinggi Syiah<br />3. Syaikh Abdullah al-Harari<br />Ketua Tarekat Habashi<br />4. Mr. Husam Mustafa Qaraqi<br />Anggota Tarekat Habashi<br />5. Prof. Dr. Ridwan Al-Sayyid<br />Fakultas Humaniora, Lebanese University; Pemred Majalah Al-Ijtihad<br />6. Syaikh Khalil Al-Mays<br />Mufti Zahleh and Beqa’ bagian Barat<br />LIBYA<br />1. Prof. Ibrahim Al-Rabu<br />Sekretaris Dewan Dakwah Internasional<br />2. Dr. Al-Ujaili Farhat Al-Miri<br />Pengurus International Islamic Popular Leadership<br />MALAYSIA<br />1. Dato’ Dr. Abdul Hamid Othman<br />Menteri Sekretariat Negara<br />2. Anwar Ibrahim<br />Mantan Perdana Menteri<br />3. Prof. Dr. Muhamad Hashem Kamaly<br />Dekan International Institute of Islamic Thought and Civilisation<br />4. Mr. Shahidan Kasem<br />Menteri Negara Bagian Perlis, Malaysia<br />5. Mr. Khayri Jamal Al-Din<br />Wakil Ketua Bidang Kepemudaan UMNO<br />MALADEWA<br />1. Dr. Mahmud Al-Shawqi<br />Menteri Pendidikan<br />MAROKO<br />1. Prof. Dr. Abbas Al-Jarari<br />Penasehat Raja<br />2. Prof. Dr. Mohammad Farouk Al-Nabhan<br />Mantan Kepala DarAl-Hadits Al-Hasaniyya<br />3. Prof. Dr. Ahmad Shawqi Benbin<br />Direktur Perpustakaan Hasaniyya<br />4. Prof. Dr. Najat Al-Marini<br />Departemen Bahasa Arab, Mohammed V University<br />NIGERIA<br />1. H.H. Prince Haji Ado Bayero<br />Amir Kano<br />2. Mr. Sulayman Osho<br />Sekjen Konferensi Islam Afrika<br />KESULTANAN OMAN<br />1. Shaykh Ahmad bin Hamad Al-Khalili<br />Mufti Besar Kesultanan Oman<br />2. Shaykh Ahmad bin Sa’ud Al-Siyabi<br />Sekjen Kantor Mufti Besar<br />PAKISTAN<br />1. Prof. Dr. Zafar Ishaq Ansari<br />Direktur Umum, Pusat Riset Islam, Islamabad<br />2. Dr. Reza Shah-Kazemi<br />Cendikiawan Muslim<br />3. Arif Kamal<br />Dubes Pakistan untuk Yordania<br />4. Prof. Dr. Mahmoud Ahmad Ghazi<br />Rektor Islamic University, Islamabad; Mantan Menteri Agama Pakistan<br />PALESTINA<br />1. Shaykh Dr. Ikrimah Sabri<br />Mufti Besar Al-Quds dan Imam Besar Masjid Al-Aqsa<br />2. Shaykh Taysir Raj ab Al-Tamimi<br />Hakim Agung Palestina<br />PORTUGAL<br />1. Mr. Abdool Magid Vakil<br />Ketua LSM Banco Efisa<br />2. Mr. Sohail Nakhooda<br />Pemred Islamica Magazine<br />QATAR<br />1. Prof. Dr. Shaykh Yusuf Al-Qaradawi<br />Ketua Persatuan Internasional Ulama Islam<br />2. Prof. Dr. Aisha Al-Mana’i<br />Dekan Fakultas Hukum Islam, University of Qatar<br />RUSIA<br />1. Shaykh Rawi Ayn Al-Din<br />Ketua Urusan Muslim<br />2. Prof. Dr. Said Hibatullah Kamilev<br />Direktur, Moscow Institute of Islamic Civilisation<br />3. Dr. Murad Murtazein<br />Rektor, Islamic University, Moskow<br />ARAB SAUDI<br />1. Dr. Abd Al-Aziz bin Uthman Al-Touaijiri<br />Direktur Umum, The Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO)<br />2. Syaikh al-Habib Muhammad bin Abdurrahman al-Saqqaf<br />SENEGAL<br />1. Al-Hajj Mustafa Sisi<br />Penasehat Khusus Presiden Senegal<br />SINGAPORA<br />1. Dr. Yaqub Ibrahim<br />Menteri Lingkuhan Hidup dan Urusan Muslim<br />AFRIKA SELATAN<br />1. Shaykh Ibrahim Gabriels<br />Ketua Majlis Ulama Afrika Utara South African ‘Ulama’<br />SUDAN<br />1. Abd Al-Rahman Sawar Al-Dhahab<br />Mantan Presiden Sudan<br />2. Dr. Isam Ahmad Al-Bashir<br />Menteri Agama<br />SWISS<br />1. Prof. Tariq Ramadan<br />Cendikiawan Muslim<br />SYRIA<br />1. Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buti<br />Dai, Pemikir dan Penulis Islam<br />2. Prof. Dr. Syaikh Wahba Mustafa Al-Zuhayli<br />Ketua Departemen Fiqih, Damascus University<br />3. Syaikh Dr. Ahmad Badr Hasoun<br />Mufti Besar Syria<br />THAILAND<br />1. Mr. Wan Muhammad Nur Matha<br />Penasehat Perdana Menteri<br />2. Wiboon Khusakul<br />Dubes Thailand untuk Irak<br />TUNISIA<br />1. Prof. Dr. Al-Hadi Al-Bakkoush<br />Mantan Perdana Menteri Tunisia<br />2. Dr. Abu Baker Al-Akhzuri<br />Menteri Agama<br />TURKI<br />1. Prof. Dr. Ekmeleddin I lis an og hi<br />Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI)<br />2. Prof. Dr. Mualla Saljuq<br />Dekan Fakultas Hukum, University of Ankara<br />3. Prof. Dr. Mustafa Qag nci<br />Mufti Besar Istanbul<br />4. Prof. Ibrahim Kafi Donmez<br />Profesor Fiqih University of Marmara<br />UKRAINa<br />1. Shaykh Dr. Ahmad Tamim<br />Mufti Ukraina<br />UNI EMIRAT ARAB<br />1. Mr. Ali bin Al-Sayyid Abd Al-Rahman Al-Hashim<br />Penasehat Menteri Agama<br />2. Syaikh Muhammad Al-Banani<br />Hakim Pengadilan Tinggi<br />3. Dr. Abd al-Salam Muhammad Darwish al-Marzuqi<br />Hakim Pengadilan Dubai<br />INGGRIS<br />1. Syaikh Abdal Hakim Murad / Tim Winter<br />Dosen, University of Cambridge<br />2. Syaikh Yusuf Islam /Cat Steven<br />Dai Islam dan mantan penyanyi<br />3. Dr.FuadNahdi<br />Pemimpin Redaksi Q-News International<br />4. SamiYusuf<br />Penyanyi Lagu-lagu Islam<br />AMERIKA SERIKAT<br />1. Prof. Dr. Seyyed Hossein Nasr<br />Penulis dan profesor Studi-studi Islam, George Washington University<br />2. Syaikh Hamza Yusuf<br />Ketua Zaytuna Institute<br />3. Syaikh Faisal Abdur Rauf<br />Imam Masjid Jami Kota New York<br />4. Prof. Dr. Ingrid Mattson<br />Profesor Studi-studi Islam, Hartford Seminary; Ketua Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA)<br />UZBEKISTAN<br />1. Syaikh Muhammad Al-Sadiq Muhammad Yusuf<br />Mufti Besar<br />YAMAN<br />1. Syaikh Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz<br />Ketua Madrasah Dar al-Mustafa, Tarim<br />2. Syaikh Habib Ali Al-Jufri<br />Dai Internasional<br />Prof. Dr. Husayn Al-Umari<br />Anggota UNESCO; Profesor Sejarah, Universitas SanBennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-77512401348465762302012-01-30T05:05:00.000-08:002012-01-30T05:07:50.837-08:00Warisan Rasulullah SAWRasulullah SAW bersabda: “Aku tinggalkan dua pusaka untuk kalian, dimana bila kalian berpegang teguh pada keduanya niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya; yaitu Kitab Allah dan Ahlul Baitku. Sesungguhnya keduanya tidak akan berpisah sehingga berjumpa denganku di telaga (Kautsar).”<br /><br />Reference(s):<br />Shahîh Muslim, jilid 7, hal. 122<br />Sunan ad-Dârimî, jilid 2, hal. 432<br />Musnad Ahmad, jilid 3, hal. 14, 17, 26, 59, jilid 4, hal. 366, 371, jilid 5, hal. 182<br />Mustadrak al-Hâkim, jilid 3, hal. 109, 148, 533Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-35414976706166096112011-01-08T19:17:00.000-08:002011-01-08T19:18:19.802-08:00Kedahsyatan Akibat Durhaka pada Orang TuaBegitu dahsyat azab akibat durhaka kepada orang tua, Allah swt tidak ditundanya di akhirat. Tetapi azab itu disegerakan di dunia berupa kesengsaraan hidup, selain azab itu ditimpakan saat sakratul juga di akhirat.<br /><br />Durhaka tidak hanya terjadi di saat orang tua masih hidup tetapi juga bisa terjadi ketika orang tua telah wafat. Bagaimana seorang anak bisa durhaka kepada orang tua setelah mereka wafat? Mari simak sabda Nabi saw!<br /><br />Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya ada orang yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tetapi ia dicatat sebagai anak yang durhaka kepada mereka, karena ia tidak memohonkan ampunan untuk mereka setelah wafat. Dan sungguh ada orang yang durhaka kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tapi ia dicatat sebagai anak yang berbakti kepada mereka setelah mereka wafat, karena memperbanyak istighfar (memohonkan ampunan) untuk mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 2: 112)<br /><br />Tolok Ukur durhaka kepada orang tua<br />Allah swt berfirman: “Jika salah seorang di antara mereka telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23).<br /><br />Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw: Apa ukuran durhaka kepada orang tua?<br /><br />Rasulullah saw menjawab: “Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 15: 195)<br /><br />Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Wasail 21: 389; Al-Faqîh 4: 371)<br /><br />Tingkatan Dosa durhaka kepada orang tua<br />Rasulullah saw bersabda: “Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua...” (Al-Mustadrak 17: 416)<br /><br />Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.” (Al-Mustadrak 12: 360)<br /><br />Rasulullah saw bersabda: “...Di atas setiap durhaka ada durhaka yang lain kecuali durhaka kepada orang tua. Jika seorang anak membunuh di antara kedua orang tuanya, maka tidak ada lagi kedurhakaan yang lain di atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122)<br /><br />Akibat-akibat durhaka kepada orang tua<br />Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat-akibat durhaka kepara orang tua antara lain:<br /><br />Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla<br />Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).<br /><br />Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan<br />Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” (Al-Kafi 2: 447)<br /><br />Celaka di dunia dan akhirat<br />Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563)<br /><br />Dilaknat oleh Allah swt<br />Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371)<br /><br />Dikeluarkan dari keagungan Allah swt<br />Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua orang tua.” (Al-Faqih 3: 565)<br /><br />Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt<br />Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).<br /><br />Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt<br />Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2: 349).<br /><br />Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat<br />Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama¬ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).<br /><br />Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka<br />Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 262).<br /><br />Tidak akan mencium aroma surga<br />Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…” (Al-Wasâil 21: 501)<br /><br />Penderitaan saat Saktatul maut<br />Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:<br /><br />Kisah nyata di zaman Nabi saw<br />Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.<br /><br />Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?<br />Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.<br />Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?<br />Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.<br />Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!<br />Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.<br /><br />Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.<br />Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.<br />Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?<br />Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.<br /><br />Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:<br /><br />Yâ May yaqbilul yasîr wa ya’fû ‘anil katsîr, iqbal minnil yasîr wa’fu ‘annil katsîr, innaka Antal Ghafûrur Rahîm.<br /><br />“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)<br /><br />Sang pemuda kini dapat mengucapkannya.<br />Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat?<br />Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku.<br />Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?<br />Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).<br /><br />__________<br />1). Doa ini dikenal sebagai doa Yasîr, doa untuk memperoleh kemudahan saat sakaratul maut.Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-33855937839040992352010-05-31T07:43:00.000-07:002010-05-31T07:58:02.931-07:00Imam Mahdi ASNasrani memperhatikan hal tersebut Masuknya Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat<br />kehadirannya—ke Baitul Maqdis jelas terjadi setelah adanya pembersihan Baitul Maqdis dari kerusakan dan kebatilan yang dilakukan oleh orang Yahudi dan penguasaan<br />mereka terhadap Baitul Maqdis. Oleh karena itu, mungkin Imam Mahdi<br />Manusia<br />Allah Swt berfirman,<br /> ِ _ ِلاَّ لِيَعْبُدُ _ لْاِنْسَ _ _ لْجِنَّ َ _ مَا خَلَقْتُ _َ<br />“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-<br />Dzariyat:56)<br />Ayat al-Quran yang suci ini menunjukkan tentang tujuan tertentu dalam penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah yang sesungguhnya hanya pada Allah Swt.<br /><br />10 Hal seperti inilah yang kelak terealisasi di bawah naungan pemerintahan Imam Mahdi yang dijanjikan baik berkaitan dengan pribadi maupun sosial dengan bentuk yang sempurna. Hal ini telah kami jelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Sayid Syahid Muhammad Shadr mengaitkan sebuah pembahasan keyakinan dan penafsiran yang disandarkan pada ayat ini untuk menetapkan kepastian kemunculan pemerintahan<br />al-Mahdi yang dijanjikan.<br />11 Pasalnya, terwujudnya tujuan ini adalah sebuah kepastian dan merupakan<br />satu kemustahilan berpalingnya makhluk dari tuuan penciptaan. Ayat al-Quran berbicara mengenai bentuk manusia dan terwujudnya penghambaan yang sejati pada tataran pribadi maupun sosial secara umum dalam masyarakat manusia. Hal inilah yang belum terwujud dalam sejarah manusia di atas muka bumi sejak Allah<br />menurunkan manusia ke bumi ini. Oleh sebab itu, kita hanya dapat mengatakan mengenai<br />kepastian tewujudnya hal-hal tersebut di masa mendatang di dalam pemerintahan ketuhanan yang membangun masyarakat yang berrtauhid, beramal saleh, hanya menyembah pada Allah semata dan Teladan Abadi.<br /><br />Pemerintahan ini adalah pemerintahan Imam Mahdi sebagaimana yang ditunjukkan ayat-ayat sebelumnya dan juga dijelaskan oleh berbagai riwayat yang diiwayatkan dari dua jalur.<br />5. Terhentinya Penolakan Terhadap Agama<br />Allah Swt berfirman,<br /><br />[ للهَُّ بِقَوٍْ _ يَأْتِي V ينِهِ فَسَوْ َ " مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ ِ _ مَنُو __ لَّذِينَ َ _ َيُّهَا ( يَا<br />فِي َ _ لْكَافِرِينَ يُجَاهِدُ _ عَلَى _ َعِزٍَّ ( لْمُؤْمِنِينَ _ لَّةٍ عَلَى S َِ( يُحِبُّونَهُ _ يُحِبُّهُمْ َ<br />للهَُّ __ َ _ للهَِّ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاُ _ لِكَ فَضْلُ S لَوْمَةَ لَائِمٍ َ لَا يَخَافُو َ _ للهَِّ َ _ سَبِيلِ<br />سِعٌ عَلِيمٌ __َ<br /><br />“Wahai orang-orang yang beriman, siapa yang murtad di antara kalian dari agamanya, maka kelak Allah mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah. Bersikap lembut pada orang-orang yang beriman dan bersikap tegas terhadap orangorang kafir, berjuang di jalan Allah, dan tidak takut menghadapi celaan orang-orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang Dia beikan kepada orang yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui.” (QS. al-<br />Maidah:54)<br />Allamah Thabathaba’i membahas ayat ini dan menafsirkan ayat tersebut melalui ayat-ayat al-Quran lainnya dan menggunakan riwayat untuk membuktikan bahwa ayat tersebut berbicara mengenai masa kemunculan Imam Mahdi as. Adapun yang dimaksud dengan kemurtadan dalam ayat tersebut adalah kemurtadan dari agama yang benar namun<br />tetap berada di dalam agama Islam secara lahir.<br />Dengan begitu, orang-orang Yahudi, Nasrani, dan para pengikut mereka dalam kehidupan di berbagai sisinya sebagaimana yang terjadi saat ini, tergolong di dalamnya. Kemurtadan ini adalah kemurtadan yang dicegah oleh ayat-ayat sebelumnya melalui ayat ini yang berbicara mengenai penyimpangan yang terjadi dalam dunia sebelum kemenangan Imam Mahdi as.<br /><br />Berdasarkan uraian tersebut, sesungguhnya termasuk bagian dari kekhususan masa pemerintahan Imam Mahdi adalah mencegah kemurtadan dari agama yang benar dan mengikuti orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam tataran kehidupan. Selanjutnya, mengembalikan umat Islam ke jalan yang islami dalam kehidupan di segala sisinya. Hal ini sesuai dengan kekhususan lainnya di masa al-Mahdi yang dibicarakan oleh ayatayat<br />sebelumnya.<br />Sejarah Kemunculan Imam Mahdi as Hadis-hadis yang menyebutkan bahwa Imam Mahdi as<br />muncul pada tahun ganjil dari tahun Hijriah,13 yakni tahun ganjil dan beliau muncul pada hari Jumat.14 Dalam beberapa riwayat lainnya menyebutkan bahwa kemunculan beliau<br />terjadi pada hari Sabtu tanggal 10 Muharam. 15 Mungkin dapat kita gabungkan di antara kedua sejarah tersebut bahwa kemunculan beliau terjadi pada hari Jumat dan pada hari itu beliau berkhotbah di Masjidil Haram. Kemudian, beliau keluar dari Masjidil Haram menuju Kufah pada hari Sabtu. Tempat Kemunculan Beliau dan Munculnya Revolusi Teladan Abadi<br /><br />Sejumlah hadis menyebutkan bahwa awal kemunculan beliau terjadi di Madinah al-Munawarrah dan penyebaran gerakan beliau terjadi di Mekkah al- Mukarramah16 di<br />Masjidil Haram. Saat itu beliau mengumumkan gerakannya dan menyeru untuk hal itu dalam sebuah khotbah yang mengagumkan yang memiliki makna-makna penting.<br />Khotbah tersebut diriwayatkan dari Imam Baqir dalam sebuah hadis yang panjang tentang kemunculan keturunan beliau, yaitu Al Mahdi as. Dalam bagian hadis tersebut,<br />Imam Muhammad Baqir berkata,<br /><br />حَقَّهُ. ` لنَّا ُ __ للهَ َ _ كْعَتَيْنِ ثُمَّ يَنْشُدُ _ َ # فَيُصَلِّيَ عِنْدَُ [ لْمَقَاِ _ a ِ َ _ ثُمَّ يَنْتَهِي<br />سَلِبَ حَقَّنَا، مَنْ _ للهَ عَلىَ مَنْ ظَلَمْنَا َ _ ِنَّا نَنْتَصِرُ ) ` لنَّا ُ _ : يَأَيُّهَا _ فَيَقُوْ ُ<br />، [َ" بِآَ ` َلنَّا ِ _ a_ َْ ( فَأَنَا [ِ"َf ِ g مَنْ حَاجَتُنَا _ لَى بِاللهِ َ _ َْ ( للهِ فَإِ َّ _ g يُحَاجِّنَا ِ<br />مَنْ حَاجَنَا بِمُحَمَّدٍ فَإِنَّا _ هِيْمَ، َ _ بِإِبْرَ ` لنَّا ِ _ aَ _ َْ ( مَنْ حَاجَنَا بِمُحَمَّدٍ فَإِنَّا _َ<br />مَنْ _ بِالنَّبِيِّيْنَ، َ ` لنَّا ِ _ aَ _ َْ( لنَّبِيِّيْنَ فَأَنَا _ j مَنْ حَاجَنَا ِ _ بِمُحَمَّدٍ ، َ ` لنَّا ِ _ aِ _ َْ(<br />َشْهَدُ (نَشْهَدُ) ( َنَا ( للهِ، _ m بِكِتَا ِ ` لنَّا ِ _ َ a_ َْ ( للهِ فَنَحْنُ _ m كِتَا ِ g حَاجَنَا ِ<br />نَا _ يَاِ " َخْرِجْنَا مِنْ ِ __ بُغِيَ عَلَيْنَا َ _ نَا َ " طُرِْ _ ِنَّا ظُلِمْنَا َ ) [ لْيَوَْ _ كُلُّ مُسْلِمِ _َ<br />كُلَّ مُسْلِمٍ. [ لْيَوَْ _ للهَ _ َنَا نَسْتَنْصِرُ ( َلاَ _ قُهْرِنَا، _ َهْلِيْنَا َ __ لِنَا َ _ َمْوَ __َ<br /><br />“Kemudian, beliau sampai pada maqam lalu mengerjakan shalat dua rakaat. Lalu beliau memuji Allah dan menyebutkan hak-hak manusia, dan berkata, ‘Wahai manusia, sesungguhnya kita mengharapkan pertolongan Allah terhadap orang-orang yang telah<br />menzalimi kita dan merampas hak-hak kita. Siapa yang membandingkan kami untuk bersama Allah sesungguhnya kami lebih berhak bersama Allah.<br />Siapa yang membandingkan kami dengan Adam, maka sesungguhnya kami adalah manusia yang lebih layak terhadap Adam. Siapa yang membandingkan kami dengan Nuh, maka sesungguhnya kami adalah manusia yang lebih layak terhadap Nuh. Siapa<br />yang membandingkan kami dengan Ibrahim, maka sesungguhnya kami adalah manusia yang lebih layak terhadap Ibrahim. Siapa yang membandingkan kami dengan Muhammad, maka sesungguhnya kami adalah manusia yang lebih layak terhadap Muhammad. Siapa yang membandingkan kami dengan para nabi, maka sesungguhnya kami adalah manusia yang lebih layak terhadap para nabi. Siapa yang membandingkan kami dengan kitab Allah, maka sesungguhnya kami adalah manusia yang lebih layak terhadap kitab Allah. Aku bersaksi (kami bersaksi) dan orang-orang Muslim pada hari ini menjadi saksi bahwa kami telah dizalimi, dibuang, kami dibenci, kami diusir dari rumah kami, kami dibatasi dari harta-harta kami, dan kami dikekang. Ketahuilah bahwa aku memohon<br />pertolongan Allah pada hari ini untuk menolong orang orang Muslim.<br />Dalam sebuah riwayat yang dinukil dari Na’im bin Hammad yang termasuk perawi utama menurut Bukhari, meriwayatkan juga dengan sanadnya dari Imam Muhammad Baqir as tentang khotbah kedua beliau di tempat yang sama namun setelah menunaikan shalat Isya. Dia meriwayatkan dari Imam Muhammad Baqir, beliau berkata,<br /><br />، ` لنَّا ُ _ َيُّهَا ( للهُ _ كِّرُكُمُ S َُ( : _ بِأَعْلىَ صَوْتِهِ يَقُوْ ُ 6" نَاَ _ لْعِشَاِ _ صَلىَّ _S فَإَِ<br />_ َنْزَ َ __ َ _ ْلأَنْبِيَاَ _ بَعَثَ _ لْحُجَّةَ َ _ تَّخَذَ _ بِّكُمْ، فَقَدِ _ َ 8 مَقَامِكُمْ بَيْنَ يَدَ َّ _َ<br />طَاعَةِ _ عَلىَ طَاعَتِهِ َ _ تُحَافِظُوْ َْ (_ بِهِ شَيْئًا َ _ لاَ تُشْرِكُوْ َْ ( َمَرَكُمُ __ ، َ m لْكِتَا َ _<br />Teladan Abadi<br />/<br />299<br />نًا _ َعْوَ ( _ تَكُوْنُوْ _ ، َ M َمَا َ ( مَا _ تُمِيْتُوْ _ ، َ َ f لْقُرْ _ ُحِيَ ( مَا _ تُحِبُّوْ َ ْ (_ سُوْلِهِ، َ _َ<br />لَهَا، __َrَ_ هَا َ s نَا فِنَاَ " لدُّنْيَا قَدْ َ _ ، فَإِ َّ 6 لتَّقْوَ _ عَلىَ __ًrْ_َ_ ، َ 6 لْهُد َ _ عَلىَ<br />لْعَمَل بِكِتَابِهِ، __ سُوْلِهِ، َ _ ََ a ِ__ للهِ، َ _ a ِ َ _ كُمْ _ عُوْ " َْ( t ، فَإِ ِّ uِ _" نْتُ بِالْوََ Sِf_َ<br />سُنَّتِهِ... _ ِحْيَاِ )_ لْبَاطِلِ، َ _ ِمَاتَةِ )_َ<br /><br />“…setelah beliau menunaikan shalat Isya, beliau menyeru dengan suara yang lantang dan<br />berkata, ‘Aku memperingatkan kalian wahai manusia dan mengingatkan kedudukan kalian di sisi Tuhan kalian. Sungguh Allah telah menurunkan hujjah-Nya, mengutus para nabi, dan menurunkan kitabkitab suci. Allah memerintahkan kalian untuk tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, menjaga ketaatan kepada-Nya dan ketaatan kepada Rasul-Nya, menghidupkan sesuatu yang dihidupkan oleh al-Quran dan mematikan apa yang dimatikan al-Quran, memerintahkan kalian untuk menjadi para penolong<br />atas petunjuk, menjaga ketakwaan. Sesungguhnya dunia adalah rendah, hina, dan akan sirna serta diizinkan dengan perpisahan. Sungguh aku menyeru kalian menuju pada Allah, pada Rasul-Nya, beramal sesuai dengan kitab-Nya, memadamkan kebatilan,<br />dan menghidupkan sunnah-sunnahnya….<br />Diam Sejenak Ketika Khotbah Pengumuman Revolusi Dalam khotbah pertama dapat diperhatikan akan adanya penekanan terhadap objek pembicaraan beliau, yaitu para pemeluk seluruh agama langit mengenai revolusi beliau yang mendunia dan agamis. Beliau menggambarkan jalan para nabi seluruhnya dan menyeru pada tujuantujuan<br />yang tinggi yang diserukan oleh seluruh nabi. Ini hal pertama yang ditekankan.<br />Hal kedua yang beliau tekankan adalah bahwa beliau merupakan cerminan dari ajaran tsaqalain, beliau adalah cerminan Ahlulbait, pusaka kedua yang tidak pernah<br />berpisah dari pusaka pertama, al-Quran. Oleh karena itu, mereka adalah manusia yang paling layak terhadap kitab Allah, paling mengetahui atas segala sesuatu yang ada<br />di dalamnya, dan merupakan tali hidayah bagi manusia menuju cahaya hidayah langit.<br />Kemudian, hal ketiga yang beliau sampaikan adalah keteraniayaan Ahlulbait as, memaparkan segala bentuk kezaliman dan kejahatan yang menyebabkan kegaiban<br />washi terakhir mereka—semoga Allah mempercepat kemunculannya. Beliau memaparkan semua itu sebagai penentangan terhadap pemerintah thaghut, penghambaan terhadap penguasa, dan menjabarkan penguasaan mereka terhadap harta-harta manusia, upaya menjauhkan dari beribadah pada Allah, dan mencegah Ahlulbait untuk<br />menegakkan keadilan Tuhan serta memimpin manusia menuju kebahagiaan.<br />Selanjutnya, beliau membantu setiap Muslim untuk menentang kezaliman ini yang dengan penentangan<br />tersebut merupakan kebaikan bagi manusia secara<br />menyeluruh. Penyerahan segala urusan kepada seseorang<br />yang mencerminkan metode para nabi, keadilan al-Quran<br />adalah merealisasikan tujuan-tujuan keadilan Tuhan.<br />Akan tetapi, beliau—semoga Allah Swt mempercepat<br />kemunculannya—pertama-tama memohon pertolongan<br />pada Allah Zat Yang Mahakuasa. Hal ini merupakan sebuah<br />isyarat kepastian kemenangan revolusi kebaikan beliau.<br />Beliau adalah al-Mudthar (orang yang dalam kondisi<br />Teladan Abadi<br />/<br />301<br />terpaksa) yang doanya diijabah oleh Allah, beliau adalah<br />penutut balas darah manusia yang terbunuh secara keji dan<br />teraniaya, dan beliau adalah manusia yang dibantu oleh<br />Allah. Dengan isyarat-isyarat seperti ini, beliau mendorong<br />manusia untuk membantunya agar mereka berhasil<br />memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, terhindar<br />dari kesengsaraan dunia dan siksa akhirat melalui tangan<br />suci beliau.<br />Memproklamirkan Tujuan-tujuan Revolusi<br />Adapun khotbah kedua yang beliau sampaikan<br />seusai shalat Isya menjelaskan tentang tujuan-tujuan<br />umum revolusi beliau. Tujuan-tujuan itulah yang akan<br />membantu manusia, mencerminkan sisi lain bantuan<br />terhadap keteraniayaan Ahlulbait dan ajaran mereka.<br />Beliau menjelaskan tujuan pertama secara umum yang<br />beliau gambarkan dengan menegakkan ketauhidan yang<br />murni yang karena hal itulah para nabi diutus, diturunkan<br />bagi mereka kitab-kitab suci langit. Tujuan tersebut dapat<br />terjelma melalui ketaatan pada Allah Swt dan kepada<br />Rasul-Nya Muhammad saw, menghidupkan segala sesuatu<br />yang telah dihidupkan dalam al-Quran, menghidupkan<br />sunnah Rasul, dan memadamkan segala sesuatu yang<br />telah dipadamkan oleh al-Quran berupa kebatilan, bid’ahbid’ah,<br />kesyirikan, dan segala bentuk penghambaan yang<br />hina. Seruan beliau adalah seruan menuju Allah, menuju<br />ketauhidan, dan menuju pada Rasulullah saw serta beramal<br />sesuai dengan sunnahnya yang mengantarkan kepada Allah<br />Swt.<br />Berdasarkan hal tersebut, jelaslah permohonan<br />bantuan beliau terhadap keteraniayaan keluarga kenabian<br />adalah sebuah ajakan pada sebuah pertolongan menuju<br />/<br />302<br />Imam Mahdi<br />pada sebuah tujuan dan penjagaan terhadap ketakwaan.<br />Pengabulan untuk Membantu Beliau dan Berbaiat<br />padanya<br />Manusia pertama yang terlintas dan tergambar saat<br />itu di tempat tersebut, yaitu antara rukn dan maqam yang<br />akan membaiat dan membantu beliau adalah umat Islam.<br />Hal tersebut merupakan salah satu sifat penolong beliau.<br />_ لنُّجَبَاَ _ ، فِيْهِمْ _ َهْلِ بَدٍْ ( _ نِيْف، عِدَُّ _ ثَلاَثَمِائَةِ َ [ لْمَقَاِ __ لرُّكْنِ َ _ فَيُبَايِعُ مَا بَيْنَ<br />.vِ _ لْعِرَ _ َهْلِ ( مِنْ _ ْلأَخْيَاُ __ َ [ لشَّاِ _ َهْلِ ( مِنْ _َ _ ْلأَبْدَ __ َهْلِ مِصْرٍ ( مِنْ<br />“Maka berbaiat antara rukn dan maqam 313 orang<br />sebagian penduduk Badar, di antara mereka ada<br />pembesar dari Mesir, wakil-wakil dari Syam, dan<br />orang-orang pilihan dari Irak.”19<br />Dari sejumlah hadis yang diriwayatkan di berbagai<br />sumber Ahlusunnah, dapat disimpulkan bahwa kemunculan<br />beliau dan pembaiatan pada beliau terjadi setelah<br />perdebatan dan pertentangan di antara kabilah-kabilah<br />Hijaz. Pada mulanya, beliau menolak untuk menerima<br />baiat. Beliau berkhotbah pada orang-orang yang hendak<br />berbaiat dan berkata,<br />؟# قَدْ سَفَكْتُمُوُ [ٌ" كَمْ َ _ ؟ َ # يْحَكُمْ ! كَمْ عَهْدٌ قَدْ نَقَضْتُمُوُ _ َ<br />“Celaka kalian! Berapa banyak janji yang<br />kalian ingkari? Berapa banyak darah yang kalian<br />tumpahkan?” 20<br />Teranglah, penolakan ini adalah upaya mengembalikan<br />perasaan-perasaan para pembaiat mengenai tanggung<br />jawab, mengikuti baiat, dan tugas penting yang harus<br />mereka terima. Hal ini serupa dengan apa yang telah<br />Teladan Abadi<br />/<br />303<br />dilakukan oleh kakek beliau yaitu Imam Ali as ketika<br />manusia menerima untuk berbaiat kepada beliau setelah<br />terbunuhnya Utsman.<br />Dari beberapa hadis lainnya, dapat disimpulkan bahwa<br />gerakan-gerakan pendukung kemunculan Imam Mahdi as<br />mendorong mereka untuk berbaiat kepada Imam Mahdi<br />as. Beliau berada di Mekkah21 kemudian memperbaharui<br />baiat tersebut.<br />Sebagian hadis yang lainnya menjelaskan bahwa<br />sahabat-sahabat khusus Imam Mahdi as berjumlah 313<br />orang yang mereka berkumpul di Mekkah dengan cara<br />mukjizat atau dengan cara yang cepat dengan sarana<br />transportasi yang maju yang dicapai pada masa kehadiran<br />Imam dan mereka berbaiat. 22<br />Pergi Menuju Kufah dan Pembersihan Internal<br />Imam Mahdi as bersama pasukannya bergerak menuju<br />Kufah sebagai titik tolak pergerakan militer23 setelah<br />menghentikan fitnah yang ditimbulkan oleh Sufyani dan<br />al-Khasaf yang mengerahkan pasukan di al-Baida. 24<br />Beliau mengibarkan bendera Rasulullah saw yang<br />terpendam di Najaf Kufah.25 Para malaikat yang dulu<br />membantu kakek beliau Rasulullah saw di peperangan<br />Badar, kini turun untuk membantu beliau.26 Hadis-hadis<br />juga menyebutkan bahwa beliau bersama para sahabat dan<br />tentara beliau menghadapi berbagai kesulitan terutama pada<br />tahap awal gerakan militer,27 menghadapi peperangan yang<br />terus berlangsung selama delapan bulan untuk memulihkan<br />kondisi intern. Hal ini berlangsung selama 20 tahun.28<br />Di sini, dapat kita perhatikan bahwa perjalanan yang<br />ditempuh oleh Imam Mahdi adalah perjalanan kakek beliau<br />/<br />304<br />Imam Mahdi<br />Imam Husain as dalam kebangkitan dan kesyahidan beliau<br />dari Mekkah menuju Kufah. Kakek beliau, Sayyid asy-<br />Syuhada Husain as, tertahan tidak bisa sampai ke Kufah,<br />tetapi kini keturunannya, Imam Mahdi as, mencapai tempat<br />tersebut. Beliau berhasil merealisasikan tujuan-tujuan<br />revolusi pada umat Muhammad yang dulu telah diupayakan<br />oleh kakek beliau Imam Husain as.<br />Manakala beliau memasuki Kufah, beliau mendapati<br />tiga panji yang sedang mengalami keguncangan.29 Imam<br />menyatukan mereka dan mencegah terjadinya keguncangan<br />dengan dikibarkan bendera Muhammad yang tersimpan.<br />Imam mencegah keikutsertaan orang-orang munafik<br />yang tersisa dalam kota dalam peperangan bersama<br />pasukan beliau yang disifati dalam hadis sebagai pasukan<br />terbaik.30<br />Memasuki Baitul Maqdis dan Turunnya Al-Masih<br />Riwayat-riwayat banyak menjelaskan bahwa beliau<br />bersama pasukannya memasuki Baitul Maqdis sebagai<br />peristiwa penting, yaitu turunnya nabi Allah, Isa putra<br />Maryam, yang dikabarkan kembali dalam nas-nas Injil<br />selain dari riwayat-riwayat dalam kitab-kitab hadis yang<br />diriwayatkan oleh para perawi dari kalangan Ahlusunnah<br />maupun Syi’ah.31 Hadis-hadis juga menceritakan tentang<br />shalat subuh Nabi Isa di belakang Imam Mahdi as<br />setelah beliau menolak mengimami shalat. Adapun sebab<br />penolakan yang beliau lakukan disebabkan shalat tersebut<br />didirikan karena Imam Mahdi as. Nabi Isa mempersilakan<br />Imam Mahdi untuk mengimami dan beliau pun shalat di<br />belakang Imam sebagai isyarat berakhirnya risalah Nabi<br />Muhammad saw. Hal ini sangat membantu revolusi Imam<br />Mahdi karena dunia Barat yang mayoritas beragama<br />Teladan Abadi<br />/<br />305<br />Nasrani memperhatikan hal tersebut.<br />Masuknya Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat<br />kehadirannya—ke Baitul Maqdis jelas terjadi setelah adanya<br />pembersihan Baitul Maqdis dari kerusakan dan kebatilan<br />yang dilakukan oleh orang Yahudi dan penguasaan<br />mereka terhadap Baitul Maqdis. Oleh karena itu, mungkin<br />benar pendapat yang mengatakan bahwa Imam Mahdi<br />as memasuki Baitul Maqdis setelah dilakukan upaya<br />pembersihan internal sebagai pengantar untuk menghadapi<br />musuh di luar Islam seperti Romawi sesuai dengan<br />ungkapan hadis dan sebagai mukadimah untuk membuka<br />dunia. Dari sini, dapat kita pahami rahasia shalat Nabi Isa<br />dan turunnya beliau bersamaan dengan masuknya Imam<br />Mahdi as ke Baitul Maqdis.<br />Pembunuhan Dajjal dan Berakhirnya Kekuasaan Budaya<br />Matrealis<br />Sesungguhnya sebagian besar hadis-hadis yang<br />membicarakan tentang turunnya Nabi Isa as juga menyebutkan<br />tentang kebangkitan beliau untuk menghancurkan salib-salib<br />dan mengembalikan umat Nasrani dari menuhankannya.32<br />Kemudian, terjadi pembunuhan terhadap Dajjal—yang<br />merupakan simbol dari peradaban materialis—di tangan<br />beliau atau di tangan Imam Mahdi as atau dengan bantuan<br />salah seorang dari keduanya.<br />Dengan kembalinya umat Nasrani dari menuhankan<br />Nabi Isa as dan penyaksian mereka terhadap bantuan yang<br />beliau berikan kepada washi terakhir dari para pemimpin<br />Islam yang maksum, maka terbuka lebar pintu-pintu bagi<br />mereka untuk memeluk agama Islam—mereka termasuk<br />penduduk bumi terbanyak—dengan mudah. Hasil yang<br />/<br />306<br />Imam Mahdi<br />ditimbulkan dari hal tersebut adalah Dajjal dapat terbunuh<br />dengan mudah, menyelesaikan peradaban thaghut, dan<br />membuka dunia serta mendirikan pemerintahan Islam yang<br />adil dan mendunia. Dimulailah proses pembangunan dan<br />reformasi guna mewujudkan tujuan-tujuan para nabi.<br />Inilah—secara ringkas—kondisi-kondisi pokok bagi<br />pergerakan Imam Mahdi as setelah kemunculan beliau.<br />Masing-masing mencakup perincian-perincian yang cukup<br />banyak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.<br />Oleh karena itu, pembahasan kita lanjutkan—tetap secara<br />ringkas—tentang kehidupan beliau setelah kemunculannya<br />di beberapa aspek yang paling menonjol dari kekhususankekhususan<br />masa tersebut.<br />Sejarah Imam Mahdi adalah Sejarah Kakek Beliau<br />Rasulullah saw<br />Dalam hadis-hadis disebutkan bahwa perjalanan<br />kehidupan Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat<br />kehadirannya—berjalan seperti sejarah kehidupan kakek<br />beliau, Rasulullah saw. Beliau bersabda,<br />لاَ هُمَا _ ُْ ( هُمَا شَرٌّ مِنْ _ بُعٍِثْتُ بَيْنَ جَاهِلِيَتَيْنِ لِاُخْرَ<br />“Aku diutus di antara dua masa jahiliah, yang<br />terakhir lebih berbahaya dari jahiliyah pertama.”<br />33<br />Beliau juga menjelaskan kepada umat tentang contohcontoh<br />bahaya yang lebih besar dari jahiliyah pertama. Oleh<br />karena itu, Imam Mahdi,<br /> مَا كَا َ [ سَلَّمَ يُهْدُِ _ لِهِ َ f _ للهَُّ عَلَيْهِ َ _ للهَِّ صَلَّ _ _ سُو ُ _ يَصْنَعُ كَمَا يَصْنَعُ َ<br />لِهِ f _ للهَُّ عَلَيْهِ َ _ للهَِّ صَلَّ _ _ سُو ُ _ َ [ قَبْلَهُ كَمَا هَدََ<br />Teladan Abadi<br />/<br />307<br />_ جَدِيْدً [ لْاِسْلاَُ _ يَسْتَأْنِفُ _ قَبْلَهُ َ سَلَّمَ مَا كَا َ _َ<br />“Berbuat sebagaimana yang diperbuat oleh<br />Rasulullah saw, menghancurkan sesuatu yang<br />telah berlalu sebagaimana Rasulullah saw<br />menghancurkan sesuatu sebelumnya. Islam akan<br />muncul dengan wajah baru.” 34<br />Nabi Muhammad saw telah membicarakan mengenai<br />keterasingan Islam setelahnya dan umat Muslim juga<br />menukil hal tersebut.35<br />Imam Mahdi as menghancurkan jahiliah bentuk kedua<br />sebagaimana kakek beliau Rasulullah saw menghancurkan<br />jahiliah pertama. Islam kembali digandrungi setelah<br />terasing sebagaimana diawali dengan keterasingan. Akan<br />tetapi, terdapat perbedaan di antara kedua sejarah tersebut<br />yang masing-masing dimiliki berdasarkan kekhususankekhususan<br />yang terjadi di setiap masa. Kondisi masa<br />inilah yang menimbulkan perbedaan dalam sejarah mereka<br />berdua. Kita dapat perhatikan hal tersebut dalam sisi<br />kemiliteran, hukum, pengaturan, agama, dan lain-lain. Oleh<br />karena itu, tidaklah bertentangan secara hakekat bahwa<br />sejarah mereka berdua—shalawat dan salam Allah semoga<br />tercurah untuk mereka—adalah satu.<br />Menghidupkan Sunnah dan Peninggalan-peninggalan<br />Nabi<br />Gerakan reformasi Imam Mahdi ditegakkan dengan<br />landasan menghidupkan sunnah Nabi Muhammad saw,<br />menegakkannya yang merupakan tonggak pembangunan<br />Islam sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw,<br />لْوَحْيِ _ َنَا عَلَي _ جُلٌ مِنْ عِتْرَتِي يُقَاتِلُ عَلَي سُنَّتِى كَمَا قَاتَلْتُ _ َ<br />/<br />308<br />Imam Mahdi<br />“Seorang laki-laki dari keluargaku akan berperang<br />berlandaskan sunnahku sebagaimana aku<br />berperang berlandaskan wahyu.”36<br />Beliau juga bersabda,<br />لاَ يُخْطِئُ 8 َثَرِ ( يَقْفُو<br />“Dia berdiri di atas sunnahku sehingga ia tidak<br />salah.”37<br />Beliau bersabda,<br />يَعْمَلُ بِسُنَّتِى _ للهَُّ فِيْهِ َ _ ِسْمُهُ كَاِسْمِي يَخْفَظَنِيَ _ جُلٌ مِنِّي _ َ<br />“Seorang laki-laki dariku, namanya seperti<br />namaku, Allah menjaganya seperti menjagaku,<br />dan dia akan beramal dengan sunnahku.”38<br />Imam Mahdi adalah لنَّبِيَ _ ثَرَ f يُبَيِّنُ “menjelaskan sunnah<br />nabi.”39 Beliau akan menyeru manusia kepada sunnah<br />Rasulullah saw. Beliau adalah pembaharu sebagaimana<br />pembaharu bagi Dunia Islam. Menampakkan ajaran yang<br />tersembunyi dan disembunyikan. Beliau di namakan al-<br />Mahdi karena beliau “memberi petunjuk manusia menuju<br />perkara yang telah tertutupi dan masyarakat banyak tersesat<br />karena hal itu.”40<br />Ketegasan dan Kasih Sayang Beliau terhadap Umat<br />Sesungguhnya sejarah kehidupan Imam Mahdi as<br />mengenai dirinya dan umatnya mencerminkan gambaran<br />seorang pemimpin Islam yang idealis yang menjadikan<br />pemerintahan sebagai sarana untuk berkhidmat pada<br />manusia dan memberi petunjuk pada mereka. Bukan<br />menjadi sumber pengumpulan harta benda, sarana<br />kezaliman, dan perbudakan manusia. Beliau menghidupkan<br />Teladan Abadi<br />/<br />309<br />gambaran sejati tentang seorang pemimpin Islam yang<br />telah direalisasikan sebelumnya—apapun namanya—oleh<br />ayah-ayah beliau dan dari Rasulullah saw serta washinya<br />Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as—shalawat dan<br />salam semoga tercurah untuk mereka. Adapun Imam<br />Mahdi terhadap dirinya, “pakaiannya adalah pakaian yang<br />kasar dan makanannya adalah sya’ir (gandum berkualitas<br />rendah).” 41 Beliau adalah “peringatan dari Allah, tidak<br />meletakkan kesulitan di atas kesulitan, tidak menghukum<br />seseorang dalam wilayahnya (kekuasaannya) dengan<br />cambukan kecuali sesuai dengan batasan.”42<br />Beliau terhadap umatnya “penuh cinta dan kasih<br />sayang.” Beliau disifati sebagai orang yang sangat terkait<br />dengan orang-orang miskin.43 Beliau memiliki kelapangan<br />dada sehingga umat mendapatkan beliau sebagai<br />penyelamat mereka. “Umat mengelilingi beliau bak lebah<br />mengelilingi ratunya” 44 atau “bak lebah mengelilingi<br />sarangnya.”45<br />Sejarah Beliau dalam Memutuskan<br />Imam Mahdi al Muntazhar as—semoga Allah Swt<br />mempercepat kemunculannya—adalah figur yang akan<br />memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah<br />dipenuhi dengan kezaliman dan kejahatan. Hal ini sesuai<br />dengan hadis-hadis yang mutawatir. Untuk mewujudkan<br />tugas penting ini, dibutuhkan pengambilan keputusan<br />yang tepat. Oleh karena itu, beliau dalam hal ini mengikuti<br />sejarah hidup kakek beliau, Imam Ali as, yang sangat<br />tegas dalam menerapkan hak-hak manusia yang terzalimi<br />dan berupaya mengembalikannya dari para perampas<br />kendati hak itu sudah berada dalam gigitan geraham atau<br />telah menjadi sutra sebagai maskawin. Imam Mahdi akan<br />/<br />310<br />Imam Mahdi<br />mengembalikan hak-hak orang-orang yang terzalimi<br />meskipun hak itu telah ada dalam genggaman orang<br />maka Imam akan mengambilnya dan mengembalikan<br />kepada yang berhak.46 Imam Mahdi menerapkan keadilan<br />sampai-sampai “orang-orang yang hidup mengharapkan<br />orang-orang yang mati”47 yakni mereka mengharapkan<br />orang-orang yang telah meninggal kembali agar mereka<br />mendapatkan kenikmatan dan kebenaran atas kehadiran<br />beliau.<br />Sejumlah hadis yang mulia menyebutkan bahwa<br />Imam Mahdi as menetapkan hukum dengan hukum Nabi<br />Sulaiman dan Nabi Daud dalam peradilan, yakni beliau<br />menghukumi dengan ilmu laduni tanpa membutuhkan<br />pembuktian. 48 Mungkin hal itu didasari tanggung jawab<br />beliau untuk menerapkan keadilan yang sesungguhnya<br />bukan keadilan semu yang terkadang dapat dibuat melalui<br />pembuktian yang zahir, meskipun bertentangan dengan<br />keadilan yang sesungguhnya. Inilah kenyataan yang<br />tersebar dan sejarah Islam dan manusia menyaksikan<br />hal tersebut. Begitu pula fakta sejarah saat ini banyak<br />menyaksikan kenyataan-kenyataan seperti itu yang selalu<br />berpegang pada pembuktian lahiriah yang dapat menutupi<br />keadilan sebenarnya. Keadilan ditegaskan tetapi hanya<br />tampilan luarnya saja. Pada akhirnya, hal ini merupakan<br />salah satu keistimewaan masa beliau dan sesuai dengan<br />kondisi alamiah secara umum pada masa tersebut.<br />Kehidupan Beliau di Hadapan Aliran dan Agama-agama<br />Lain<br />Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat<br />kemunculannya—akan melenyapkan segala bentuk<br />kesyirikan dan menyebarkan ketauhidan yang murni.<br />Teladan Abadi<br />/<br />311<br />“Tidak tersisa satu bagian pun di muka bumi ini yang<br />menyembah selain Allah dan hanya Allahlah yang disembah<br />di muka bumi ini. Beliau menjadikan agama seluruhnya<br />kembali pada Allah meskipun orang-orang musyrik tidak<br />menyukainya.”49 Imam Mahdi as menebarkan keimanan<br />pada seluruh manusia dan mencegah kondisi kemazhaban.<br />Beliau menyatukan mazhab-mazhab Islam dan Allah<br />memperbaiki kondisi umat serta menghilangkan perbedaan<br />di antara aliran-aliran dengan cara menyatukan hati-hati<br />mereka50 atas dasar Sunnah Nabi yang suci yang telah<br />disembunyikan atau dihilangkan dari pilar-pilar Islam<br />yang asli. Imam Mahdi seperti yang disabdakan kakek<br />beliau Rasulullah saw تي_ ع_ ي_ شر _ __ تي _ ملَّ_ ى _ عل_ __ لنَّا _ م _ ي ق_ _ تي ي _ سنَّ _ ه _ ت_ سنَّ _<br />“Sunnahnya adalah sunnahku dan dia akan menegakkan<br />manusia atas dasar ajaran dan syariatku.”51<br />Dari sebagian riwayat dapat dipahami bahwa Imam<br />Mahdi as menegakkan agama dengan mengeluarkan<br />Taurat dan Injil yang tidak mengalami perubahan dalam<br />sebuah gua di Antoliyah dan berhujjah dengan keduanya<br />terhadap orang-orang yang Yahudi dan Nasrani. Beliau<br />akan mengeluarkan perhiasan Baitul Muqadas dan<br />hidangan Sulaiman dan mengembalikannya ke Baitul<br />Maqdis.52 Sikap beliau tersebut didukung oleh Nabi Isa<br />as yang dibutuhkan umat Nasrani di Romawi dan Cina53<br />saat beliau menolak kesetiaan orang Yahudi dan Nasrani<br />setelah turunnya beliau. Mereka mendatangi Nabi Isa dan<br />mengklaim bahwa mereka adalah sahabat-sahabat beliau.<br />Namun, Nabi Isa menolak mereka dan menjelaskan bahwa<br />sahabatnya adalah orang-orang Muslim yang tergantung<br />dalam kelompok al-Mahdi.54<br />Hal inilah yang menyebabkan orang-orang Nasrani<br />berpaling dari menuhankan beliau. Nabi Isa as melaksanakan<br />/<br />312<br />Imam Mahdi<br />kewajiban haji ke Baitul Haram55 dan dimakamkan di<br />samping makam Rasulullah saw. 56<br />Sebagian riwayat menyebutkan bahwa Imam Mahdi<br />mengeluarkan Taurat yang asli dari sebuah gunung di Syam<br />dan berargumentasi dengan Taurat tersebut di hadapan<br />orang-orang Yahudi. Sebagian besar mereka menerima.57<br />Kemudian, Imam Mahdi juga mengeluarkan Tabut penenang<br />dari Bahirah Thibriyah dan meletakkan di hadapannya dan<br />diletakkan di Baitul Maqdis. Maka, orang-orang Yahudi<br />menerimanya dan tidak ada yang menentang kecuali dalam<br />jumlah yang sedikit.58<br />Memerangi Ahli Bid’ah dan Menafikan Penyimpangan<br />Imam Mahdi as—semoga Allah Swt mempercepat<br />kemunculannya—menghapus segala bentuk penyimpangan<br />dan memberantas seluruh bid’ah yang telah diwariskan<br />kepada kaum Muslim sejak berabad-abad lamanya. Bid’ahbid’ah<br />yang telah menjauhkan umat Islam dari Tsaqalain<br />dan Sunnah nabi yang murni. Hal ini merupakan tujuan<br />kemunculan beliau.<br />كُلَّ m للهَُّ بِهِ بَا َ _ لْفِتَنَ كُلَّهَا يَفْتَحُ _ يُمِيْتُ بِهِ _ كُلَّهَا َ u لْبِدَ َ _ للهَُّ بِهِ _ لِيَمْحُو<br />كُلَّ بَاطِلٍ m يُغْلِقُ بِهِ بَا َ _ حَقٍّ َ<br />“Allah Swt menghapus semua bid’ah melaluinya<br />dan mematikan seluruh fitnah melalui dirinya.<br />Allah membuka semua pintu kebenaran dan<br />menutup seluruh pintu kebatilan.”59<br />Ini adalah hal pertama yang beliau lakukan. Hadishadis<br />banyak menyebutkan mengenai hal tersebut<br />seperti penghancuran istana-istana yang dibangun oleh<br />Bani Umayah di masjid untuk menurunkan imam dari<br />Teladan Abadi<br />/<br />313<br />para makmumnya.60 Selain itu, beliau mengembalikan<br />makam Ibrahim ke tempat asalnya61 dan menghancurkan<br />segala sesuatu yang dibuat-buat di dalam masjid dan<br />mengembalikannya pada sunnah Islamnya yang pertama<br />yang merupakan jalan Nabi Muhammad saw.62<br />Sejarah Pemerintahan Imam Mahdi<br />Imam Mahdi as—semoga Allah Swt mempercepat<br />kemunculannya—dalam pemerintahannya memilih<br />beberapa pembantu yang termasuk sahabat-sahabat terbaik<br />beliau yang memiliki sifat-sifat yang mulia dan memiliki<br />tingkatan yang tinggi, keberanian, dan keikhlasan.63<br />Kendatipun demikian, beliau selalu mengawasi pekerjaanpekerjaan<br />mereka, metode pelaksanaannya, dan memantau<br />dengan teliti. Sesungguhnya “tanda al-Mahdi adalah giat<br />dalam bekerja, dermawan dalam harta dan penuh kasih<br />sayang terhadap orang-orang miskin.”64<br />Di masa beliau ئ_ لْمُسِ _ عَلَى m يُتَا ُ _ ِحْسَانِهِ َ _ لْمُحْسِنُ فِي _ "ُ_ يُزَ “Orangorang<br />yang baik akan menambah kebaikannya dan orangorang<br />yang jahat bertobat dari kejahatannya.”65<br />Imam Mahdi as sangat tegas terhadap orang-orang<br />yang berlebihan terhadap agama dan nilai-nilai suci Islam<br />dan terhadap orang-orang yang berusaha menyesatkan<br />manusia. Imam mencegah mereka untuk berbuat hal<br />seperti itu. Di antara hal-hal yang beliau tegakkan pada<br />awal kemunculan beliau adalah memotong tangantangan<br />penutup Ka’bah dan mempermalukan mereka<br />di hadapan manusia agar tidak tertipu dengan mereka<br />karena sesungguhnya mereka adalah “pencuri-pencuri<br />milik Tuhan.”66<br />/<br />314<br />Imam Mahdi<br />Kehidupan Perjuangan Beliau<br />Imam Mahdi as—semoga Allah mempercepat<br />kemunculannya—bangkit dengan pedang. Kemunculan<br />kebangkitan beliau terjadi setelah sempurnanya hujjah<br />dan adanya kejelasan kebenaran secara sempurna serta<br />terbukanya seluruh pintu kebenaran dan tertutupnya pintu<br />kebatilan. Dalam kebangkitan tersebut, terjadi mukjizatmukjizat<br />dan karamah-karamah yang menjadi bukti bagi<br />mereka bahwa beliau mendapat legitimasi dari Tuhan<br />dan mendapat pertolongan dari para malaikat yang hadir<br />di perang Badar. Beliau memiliki gamis (pakaian) Nabi<br />Yusuf, tongkat Nabi Musa, cincin Nabi Sulaiman, dira’u<br />Rasulullah saw, pedang beliau, dan panji-panji beliau serta<br />seluruh warisan para nabi. Imam Mahdi as menampakkan<br />seluruhnya,67 menjelaskan ajaran-ajaran mereka, dan<br />berusaha mewujudkan tujuan-tujuan ketuhanan mereka<br />serta menegakkan keadilan langit. Dengan penjelasanpenjelasan<br />seperti itu, tidak ada seorang pun yang<br />bertahan pada kebatilan kecuali para penyimpang dan<br />pembuat kerusakan yang tidak mengharapkan apa pun<br />kecuali kerusakan, gangguan, dan kezaliman. Imam Mahdi<br />diwajibkan menyucikan semua itu dari pemerintahan beliau.<br />Karena itu, dapat kita saksikan kehidupan perjuangan beliau<br />yang tegas dan tidak kenal kompromi terhadap orang-orang<br />yang zalim dan menyimpang. Imam tidak akan menyisakan<br />mereka untuk tinggal di bumi dan tidak memberikan<br />kesempatan pada mereka untuk berbuat kerusakan.<br />Sesungguhnya hadis-hadis yang mulia menjelaskan<br />bahwa Imam Mahdi al-Muntazhar—semoga Allah Swt<br />mempercepat kemunculannya—berjalan sesuai dengan<br />perjalanan kakek-kakek beliau, yaitu Rasulullah saw dan<br />washinya, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib—shalawat<br />Teladan Abadi<br />/<br />315<br />Allah untuk mereka berdua dan keluarga mereka—dalam<br />memerangi para penyimpang dan para pembuat kerusakan.<br />Beliau tidak memulai peperangan kecuali kebenaran yang<br />sesungguhnya dan agama yang suci telah beliau paparkan<br />pada mereka68 dan berhujjah terhadap mereka dengan<br />sesuatu yang mereka yakini. Upaya beliau tersebut dapat<br />kita saksikan dengan mengeluarkan Taurat dan Injil. Hal<br />ini merupakan masalah lain yang sangat penting dalam<br />kehidupan perjuangan beliau.<br />Dari beberapa riwayat, dapat disimpulkan bahwa dalam<br />perjalanan perjuangan, beliau melakukan pembersihan<br />internal, yaitu upaya pemurnian dunia Islam dari<br />penyimpangan sebelum memulai perjuangan melawan<br />pihak asing. Beliau mencegah gerakan Sufyani, masuknya<br />upaya pemandulan Islam, penakwilan orang-orang bodoh<br />dan Nawashib yang menentang dan tersesat.69 Untuk tujuan<br />tersebut beliau menunda peperangan terhadap Romawi<br />sebelum menghadapi perlawanan orang-orang Yahudi<br />kemudian Romawi, pembunuhan Dajjal, dan membuka<br />dunia seluruhnya. Bahkan, beliau sengaja sebelum memulai<br />upaya pembersihan internal, beliau mengatur barisan<br />pasukan beliau, membantu mempersiapkan panglimapanglima<br />militer yang mumpuni, mengikat mereka dengan<br />keutamaan-keutamaan, menghilangkan kerendahan<br />dan kelemahan para penolongnya, menguatkan hati<br />mereka,70 memenuhinya dengan keimanan yang sejati,<br />dengan keimanan itulah mereka berjuang, menguji dan<br />mempersiapkan mereka71 sehingga mereka dapat bergerak<br />untuk merealisasikan tugas-tugas penting reformasi dunia<br />dengan tentara keyakinan yang kuat dan solid yang dihiasi<br />dengan kesiapan berperang dan kekuatan spiritual yang<br />dibutuhkan.<br />/<br />316<br />Imam Mahdi<br />Kehidupan Imam Mahdi dari Sisi Materi<br />Imam Mahdi as—semoga Allah Swt mempercepat<br />kemunculannya—mempersiapkan satu sistem “kesetaraan<br />dalam pemberian”72 yang pernah dilaksanakan di masa<br />Rasulullah saw kemudian diubah dan diganti oleh orangorang<br />setelah beliau. Sebagai gantinya, mereka mengubah<br />dengan tolok ukur-tolok ukur yang baru berdasarkan<br />keutamaan dan tingkatan kasta. Begitu pula beliau<br />berpegang teguh terhadap upaya yang telah dilakukan oleh<br />kakek beliau, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as, yang<br />mengembalikan sistem kesetaraan tersebut dan diikuti putra<br />beliau Imam Hasan as selama bulan-bulan kepemimpinan.<br />Setelah terbunuhnya kedua pemimpin tersebut, maka<br />sistem kesetaraan lenyap. Mulailah pemerintahan Bani<br />Umayah mengumpulkan harta-harta umat Islam dan<br />mengaitkan pemberian dari baitul mal sesuai dengan<br />kepentingan politik mereka. Mereka mengubah sistem<br />kesetaraan menjadi sistem suap yang mencoba menarik<br />para pembantu mereka dalam kebatilan dengan sistem<br />tersebut atau membeli sebagian lainnya untuk diam dari<br />kebenaran.<br />Imam Mahdi al-Muntazhar menjadikan baitul mal<br />sebagai bagian yang sama di kalangan umat Islam tanpa<br />ada perbedaan atau pengistimewaan. Seluruh umat Islam<br />memiliki hak yang sama untuk dapat memanfaatkan salah<br />satu nikmat Tuhan ini dan bantuan yang bermanfaat dari<br />harta orang banyak. Imam menerapkan salah satu sisi<br />keadilan Nabi Muhammad saw yang harus beliau tegakkan.<br />Hadis-hadis menjelaskan bahwa beliau melarang pemberian<br />upeti sesuai dengan nas yang menyatakan,<br />لْقَطَائِعُ فَلاَ قَطَائِعَ _ ِضْمَحَلَّتْ _ قَائِمُنَا [ قَاَ _S َِ)<br />Teladan Abadi<br />/<br />317<br />“Jika Al Qaim dari keluarga kami bangkit, maka<br />upeti-upeti akan terhapus dan tidak ada lagi<br />upeti.”<br />Yang dimaksudkan dengan upeti adalah pemberian<br />tanah-tanah garapan pertanian atau lain-lainnya dari<br />kekayaan dan hasil bumi kepada pemerintah agar bisa dekat<br />dengan mereka. Kondisi ini tampak jelas terjadi setelah<br />wafat Rasulullah saw khususnya pada masa khalifah ketiga<br />dan lebih khusus lagi pada masa dinasti Bani Umayah.<br />Beberapa hadis banyak membicarakan tentang<br />sejumlah pemberian Imam Mahdi as yang diungkapkan<br />sebagai satu tanda istimewa bagi beliau. Beliau _ و_ ث ح_ "_ ا_ لم _ ثو _ ح _ ي<br />“penebar harta benda” ketika ada seseorang yang meminta<br />kepada beliau. Hal ini merupakan isyarat kedermawanan<br />beliau dan melimpahnya keberkahan serta kebaikan<br />pada masa beliau. Kendatipun demikian, hal itu juga<br />menerangkan satu poin penting lainnya dalam kehidupan<br />perekonomian beliau, yaitu memperkaya manusia dari<br />sesuatu yang dibutuhkan, menyejahterakan kehidupan<br />mereka yang memungkinkan bagi mereka untuk taat<br />beribadah dan melakukan perbaikan diri maupun sosial.<br />Berdasarkan penjelasan di atas, sesungguhnya sisi<br />materi terkait dengan tugas penting beliau dalam perbaikan<br />dan membangun masyarakat bertauhid yang murni dalam<br />penghambaan pada Allah Swt. Yang dimaksudkan dari itu<br />semua adalah memenuhi kebutuhan dan menghapus segala<br />akibat yang ditimbulkan dari kekurangan.<br />Gambaran Umum Pemerintahan Imam Mahdi Menurut<br />Nas Syariat<br />Pada kali ini, kita sampai pada akhir pembahasan yang<br />/<br />318<br />Imam Mahdi<br />dalam hal ini kami akan menyampaikan secara ringkas<br />gambaran yang disampaikan nas-nas syariat mengenai<br />pemerintahan Imam Mahdi as.<br />Pemerintahan Imam Mahdi as berdiri untuk mencegah<br />krisis yang sangat lama yang terjadi pada kehidupan<br />manusia dan mencegah kezaliman dan kejahatan yang<br />telah memenuhi bumi sebagai hasil dari pemerintahan<br />thaghut yang didasari oleh hawa nafsu dan syahwat serta<br />materialisme. Hal itu dapat terwujud setelah penantian yang<br />cukup lama saat kemunculan Imam Mahdi as. Disebutkan<br />dalam hadis<br />مَانَهُ r َ َ _َ" َْ_ لْاُمَّةِ فَطُوبَى لِمِنْ _ للهَُّ عَنِ _ € يُفَرِّ ُ<br />“Allah Swt melapangkan umat maka beruntunglah<br />orang-orang yang menjumpai masanya.” 73<br />Allah Swt mewujudkan umat Muslim bagi manusia<br />secara keseluruhan, mewujudkan kebutuhan-kebutuhan<br />fitrah yang suci dan menghapus kesyirikan serta<br />membentuk sebuah masyarakat bertauhid, menyembah<br />Allah Swt, memerintahkan pada kebaikan dan mencegah<br />kemungkaran; selain itu, Dia juga membentuk masyarakat<br />yang selalu bersegera menuju pada kebaikan pada sesuatu<br />yang membantunya menuju pada kesempurnaan dan<br />peningkatan spiritual.<br />Bumi mengeluarkan keberkahan begitu pula langit. Apa<br />pun yang dihasilkan manusia tidak hanya kekayaan materi<br />tetapi juga pengayaan. Dalam sebuah hadis disebutkan<br />يَسَعَهُمْ عَدْلَهُ _ لِهِ غِنًى َ f _ للهَُّ عَلَيْهِ َ _ ُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّ _ m للهَُّ قُلُو َ _ يَمْلَأُ<br />“Allah Swt memenuhi hati umat Muhammad<br />saw dengan kekayaan dan berupaya mencapai<br />Teladan Abadi<br />/<br />319<br />keadilan.”74<br />Yakni membebaskan mereka dari dampak buruk<br />yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan materi yang<br />terbatas. Imam Mahdi as yang membebaskan umat Islam<br />dari kehinaan mengikuti kesesatan dan penyimpangan<br />sebagaimana yang dijelaskan nas hadis<br />َعْنَاقِكُمْ _ عَنْ v لرِ ِّ _ _ُّ S ِ € بِهِ يَخْرُ ُ _َ<br />“…melalui beliau kehinaan akan terlepas dari<br />leher mereka.”75<br />Masyarakat dibebaskan dari kehinaan kehidupan<br />kebinatangan dan ketundukan terhadap keburukan hawa<br />nafsu kemudian dibukakan pintu-pintu kesempurnaan bagi<br />manusia, tangga-tangga pencapaian spiritual. Pada masa<br />itu, terjadi perkembangan pemikiran spiritualitas yang<br />tinggi seperti yang digambarkan oleh Imam Muhammad<br />Baqir as yang berkata,<br />_ فَجُمِعَ بِهَا عُقُولُهُمْ َ " لْعِبَاِ _ `ٍ _sُ_ عَلَى ُ # للهَُّ يَدَُ _ ضَعَ _ قَائِمُنَا َ [ قَاَ _S َِ)<br />َحَلاَمُهُمْ ( كَمُلَتْ بِهِ<br />“Jika al-Qaim dari keluarga kami bangkit, Allah<br />Swt meletakkan tangannya di atas kepala-kepala<br />hamba-Nya maka akal-akal mereka tergabung<br />dan dengan beliau moralitas mereka mencapai<br />kesempurnaan.”76 Hal yang membantu terwujudnya<br />kondisi tersebut—selain faktor penting dan pokok<br />seperti yang telah disebutkan—adanya faktor kedua<br />berupa perkembangan yang mereka saksikan pada<br />masa itu.<br />Hal ini diisyaratkan oleh Imam Ja’far Shadiq as<br />berikut,<br />/<br />320<br />Imam Mahdi<br />هِمْ _ َبْصَاِ (_ َسْمَاعِهِمْ َ ( j جَلَّ لِشِيْعَتِنَا ِ _ للهُ عَزَّ َ _ مَدَّ [ قَاَ _S َِ) قَائِمَنَا َِّ )<br /> َ _ يَنْظُرُ ْ _ َ لْقَائِمِ بَرِيْدٌ؛ يُكَلِّمُهُمْ فَيَسْمَعُوْ َ _ بَيْنَ _ بَيْنَهُمْ َ لاَ يَكُوْ َ . حَ َّ<br />مَكَانِهِ. g هُوَ ِ _ ِلَيْهِ َ )<br />“Sesungguhnya al-Qaim dari kami jika beliau<br />bangkit, Allah Swt membantu Syi’ah kami dalam<br />pendengaran dan penglihatan mereka sehingga<br />tidak terjadi jarak antara mereka dan al-Qaim.<br />Ketika al-Qaim berbicara pada mereka, mereka<br />mendengarkannya dan menyaksikan beliau sementara<br />al-Qaim tetap berada di tempatnya.”77<br />Mungkin hal itu terjadi melalui sarana gaib yang<br />melalui sarana tersebut mereka mampu berhubungan<br />dengan Imam sesuai tingkatan spiritual yang mereka miliki.<br />Kendati hal itu telah menjadi sebuah kemungkinan pada<br />tingkatan yang terbatas di masa sekarang, seperti melalui<br />sarana komunikasi yang berkembang saat ini. Akan tetapi,<br />yang ditekankan—berdasarkan hadis—bahwa banyak<br />hakikat dan masalah-masalah gaib tampak pada masa<br />pemerintahan Imam Mahdi as. Hal itu mendorong sejumlah<br />besar orang mukmin untuk mencapai tingkatan tertinggi<br />dari pengenalan terhadap rahasia-rahasia kegaiban dan<br />ilmu kitab, melampaui sebab-sebab dan aturan alamiah<br />serta masih banyak lagi fenomena yang pada hari ini kita<br />sebut sebagai mukjizat yang luar biasa.78<br />Dengan dipenuhinya seluruh aspek penyempurnaan<br />materi dan spiritual, pemerintahan Imam Mahdi membangun<br />sebuah masyarakat yang bertauhid yang menyembah Allah<br />Swr dengan keikhlasan. Karena itu, jalinan keterkaitan<br />keimanan semakin erat dan dikuatkan dengan adanya<br />bara’ah (berlepas diri) dari لْمُؤْمِنُ _ ثَقُ مِنْهُ بِأَخِيْهِ _ َْ( بِالرَّهْنِ كَا َ ، “orangTeladan<br />Abadi<br />/<br />321<br />orang yang lebih kuat jalinan hubungannya pada ternak<br />dibanding saudara seimannya” seperti بًا _ لْمُؤْمِنِ ِ _ لْمُؤْمِنِ عَلىَ _ بْحُ _ ِ<br />“mengambil keuntungan atas orang mukmin adalah riba.”79<br />Bahkan pada masa itu, aktivitas perdagangan merupakan<br />ibadah yang murni hanya untuk Allah Swt karena aktifitas<br />itu dilakukan dengan tujuan berkhidmat kepada hamba<br />Allah.<br />Imam Ali as berkata dalam sebuah hadis mengenai<br />sifat menyeluruh pemerintah Imam Mahdi as. Imam Ali<br />berkata,<br />َهْلِ ( عَلىَ # يَظْهَرَُ _ بِأَيآتِهِ َ # يَنْصُرُُ _ َ #ُ_ َنْصَاَ ( يَعْصِمُ _ للهُ بِمَلاَئِكَتِهِ َ _ # يُؤَيُّدُُ<br />__ نُوًْ _ قِسْطًا َ _ عَدْلاً َ Fَ _ ْلأَْ _ يَمْلَأُ _ كَرْهًا، َ _ طَوْعًا َ _ يُدِيْنُوْ . حَ َّ Fِ _ ْلأَْ _<br />لاَ _ مِنَ َ f ِلاَّ _ لاَ يَبْقىَ كَافِرٌ . طُوْلَهَا حَ َّ _ َ " لْبِلاَِ _ F بُرْهَانًا، يُدِيْنُ لَهُ عَرَ َ _َ<br />بَرَكَاتِهَا Fُ _ ْلأَْ _ € تَخْرُ ُ _ َ u لسِّبَا َ _ مُلْكِهِ g يَصْطَلِحُ ِ _ ِلاَّ صَلَحَ َ _ طَالِحٌ<br />بَعِيْنَ _ َْ( لْخَافِقِيْنَ _ ، يَمْلِكُ مَا بَيْنَ r لْكُنُوُْ _ تَظْهَرُ لَهُ _ بَرَكَتِهَا َ _ لسَّمَاَ _ _ تَنْزِ ُ _َ<br />يَسْمَعُ كَلاَمَهُ. _ َيَّامَهُ َ _ َ _َ" َْ_ لِمَنْ . عَامًا فَطُوْ َ<br />“Allah Swt membantunya dengan malaikatmalaikat-<br />Nya, menjaga para penolongnya. Allah<br />menolong imam dengan tanda-tanda-Nya,<br />menampakkannya pada penduduk bumi sehingga<br />mereka mengikutinya baik dengan sukarela maupun<br />terpaksa. Beliau memenuhi bumi dengan keadilan,<br />cahaya, dan bukti nyata. Dia memaparkan agama<br />pada seluruh negeri sehingga tidak ada seorang kafir<br />yang tersisa kecuali dia beriman, tidak ada penjahat<br />kecuali menjadi manusia yang baik, binatangbinatang<br />buas jadi jinah, bumi mengeluarkan<br />berkahnya, langit pun menurunkan berkahnya.<br />Nampak baginya al-kanuz, beliau berkuasa di antara<br />/<br />322<br />Imam Mahdi<br />dua kecemasan selama 40 tahun maka beruntunglah<br />orang-orang yang menjumpai hari-harinya dan<br />mendengar ucapannya.”80<br />Jelaslah, dalam naungan pemerintahan Imam Mahdi<br />as—semoga Allah mempercepat kehadirannya—tampak<br />bagi para penghuni alam semesta bahwa kebaikan manusia<br />dan penyempurnaannya dari sisi materi maupun spiritual<br />hanya dapat terwujud dalam naungan risalah langit,<br />melalui tangan-tangan kekasih Allah yang maksum. Hal<br />itu akan diwujudkan oleh Allah Swt melalui tangan suci<br />kekasih Allah terakhir, pemimpin terakhir dari dua belas<br />pemimpin, yaitu Imam Mahdi yang dijanjikan Allah kepada<br />umat sebagaimana yang disampaikan oleh kakek beliau,<br />Rasulullah saw, dalam sebuah sabdanya,<br />_ لسَّمَاِ _ سَاكِنُ _ َ Fِ _ لْاَْ _ لِذَلِكَ يَرْضَى عَنْهُ سَاكِنُ _َ<br />“Oleh karena itu, penduduk bumi dan penghuni<br />langit meridhainya.”81<br />PENCERAHAN DARI WARISAN IMAM<br />MAHDI<br />Ucapan Beliau tentang Tauhid dan Menghapus Sikap<br />Berlebihan<br />Beliau berkata,<br />، لأَنَّهُ لَيْسَ بِجِسْمٍ vَ _rَ_ ْلأَْ _ قَسَّمَ _ َ [ ْلأَجْسَاَ _ خَلَقَ 8 لَّذِ ْ _ هُوَ a للهَ تَعَا َ _ َِّ )<br />ْلأَئِمَّةُ _ َمَّا (_ لْعَلِيْمُ، َ _ لسَّمِيْعُ _ هُوَ _ جِسْمٍ، لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ َ g ِ _ لاَ حَا ٍّ _َ<br />ِيْجَابًا لِمَسْأَلَتِهِمْ ) vُ r يَسْأَلُوْنَهُ فَيُرَْ _ فَيُخْلَقُ َ a للهَ تَعَا َ _ فِإَنَّهُمْ يَسْأَلُوْ َ<br />ِعْظَامًا لِحَقِّهِمْ. )_َ<br />Teladan Abadi<br />/<br />323<br />“Sesungguhnya Allah Swt adalah Zat Yang<br />Menciptakan jasad, membagi-bagikan rezeki,<br />sesungguhnya Dia tidaklah berjasad dan juga<br />bukan kondisi dalam jasad. Tidak ada sesuatu<br />yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar<br />dan Maha Mengetahui. Adapun para imam<br />sesungguhnya mereka memohon kepada Allah Swt<br />kemudian diciptakan lalu memohon pada-Nya lalu<br />diberi rezeki sebagai jawaban atas permohonan<br />mereka dan pengagungan atas hak mereka.”82<br />Sebab Penciptaan dan Pengutusan Para Nabi Serta<br />Penentuan Para Washi<br />Beliau berkata,<br />، بَلْ 6 َهْمَلَهُمْ سُدً ( لاَ _ لَمْ يَخْلُقِ عَبَثًا، َ a للهَ تَعَا َ _ َِّ ) للهُ، _ يَرْحَمُكَ _ يَا هَذَ<br />ِلَيْهِمُ ) َلْبَابًا، ثُمَّ بَعَثَ (_ قُلُوْبًا َ _ َ __ َبْصَاً (_ َسْمَاعًا َ ( جَعَلَ لَهُمْ _ تِهِ َ _ خَلَقَهُمْ بِقُدَْ<br />،ْ مَعْصِيَتِهِ، u يَنْهَوْنَهُمْ َ _ نَهُمْ بِطَاعَتِهِ َ _ يْنَ، يَأْمُرُ ْ _ مُنْذِِ _ لنَّبِيِّيْنَ مُبَشِّرِيْنَ َ _<br />بَعَثَ _ عَلَيْهِمْ كِتَابًا َ _ َنْزَ َ (_ يْنِهِمْ، َ "ِ_ َمْرِ خَالِقِهِمْ َ ( مِنْ # يُعَرِّفُوْنَهُمْ مَا جَهِلُوُْ _َ<br />جَعَلَهُ 8 لَّذِ _ ِلَيْهِمْ بِالْفَضْلِ ) بَيْنَ مَنْ بُعِثُهُمْ _ ِلَيْهِمْ مَلاَئِكَةً، يَأْتِيْنَ بَيْنَهُمْ َ )<br />M ْلآيَا ِ __ َ _ لْبَاهِرَِ _ هِيْنَ _ لْبَرَ __ َ _ لظَّاهِرَِ _ لدَّلاَئِلِ _ تَاهُمْ مِنَ f مَا _ لَهُمْ عَلَيْهِمْ، َ<br />مِنْهُمْ _ خَلِيْلاً، َ #ُ_ تَّخَذُْ __ سَلاَمًا، َ _ َ _" عَلَيْهِ بَرًْ _ لنَّاَ _ لْغَالِبَةِ، فَمِنْهُمْ مَنْ جَعَلَ _<br />مِنْهُمْ مَنْ _ للهِ،u1614 َ _ ِ S بِإِْ . ْلأَبْرَ َ __ ْلأَكْمَهَ َ _ َ ( َبْرَ (_ للهِ، َ _ ِ S لْمَوْتىَ بِإِْ _ . َحْ َ ( مَنْ<br />للهُ عَلَيْهِ _ صَلىَّ _ تِيَ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ ثُمَّ بَعَثَ مُحَمَّدً _ ُْ (_ لطَّيْرِ َ _ عَلَّمَهُ مِنْطِقَ<br />` لنَّا ِ _ a ِ َ _ سَلَهُ _ َْ(_ ،َ #ُ_ َنْبِيَاَ ( خَتَمَ بِهِ _ تَمَّمَ بِهِ نِعْمَتَهُ، َ _ حْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، َ _ لِهِ َ f_َ<br />عَلاَمَاتِهِ مَا بَيَّنَ، ثُمَّ _ يَاتِهِ َ f بَيَّنَ مِنْ _ َظْهَرَ، َ ( َظْهَرَ مِنْ صِدْقِهِ مَا (_ كَافَّةً، َ<br />aَ _ ِ # ْلأَمْرَ بَعْدَُ _ جَعَلَ _ ، َ _ سَعِيْدً _ فَقِيْدً _ لِهِ حَمِيْدً f_ للهُ عَلَيْهِ َ _ قَبَضَهُ صَلىَّ<br />/<br />324<br />Imam Mahdi<br />مِنْ _ صِيَاِ _ ْلأَْ _ a ِ َ ) َبِيْ طَالِبِ ، ثُمَّ ( ثِهِ عَلِيِّ _ِ__َ_ صِيِّهِ َ _َ_ بْنِ عَمَّهِ َ __ َخِيْهِ َ (<br />جَعَلَ بَيْنَهُمْ _ ، َ #ُ_ َتَمَّ بِهِمْ نُوَْ (_ يْنَهُ، َ " َحْيَى بِهِمْ ِ ( ، _ حِدً __ َ _ حِدً __ َ # لْدِِ _ُ<br />بِهِ V حَامِهِمْ فُرْقَانًا نَبِيًّا يُعْرَ ُ _ َْ( 8_ِS نَيْنَ مِنْ َ " نَيْنَ فَاْلأَْ " ْلأَْ __ بَنِي عَمِّهِمْ َ _َ<br />، m لذُّنُوْ ِ _ عَصَمَهُمْ مِنَ ، بِأَ َّ [ لْمَأْمُوِْ _ مِنْ [ ْلإِمَاُ __ ، َ € لْمَحْجُوْ ِ _ لْحَجَّةُ مِنَ _<br />جَعَلَهُمْ _ للَّبَسِ، َ _ نَزَّهَهُمْ مِنَ _ لدَّنَسِ، َ _ طَهَّرَهُمْ مِنَ _ ، َ m لْعُيُوْ ِ _ َهُمْ مِنَ ( بَرَّ _َ<br />لَوْ _ َيَّدَهُمْ بِالدَّلاَئِلِ، َ (_ ، َ # مَوْضِعَ سِرَُّ _ حِكْمَتِهِ، َ uَ " مُسْتَوَْ _ عِلْمِهِ، َ َ _ خُزَّ<br />َحَدٍ، ( جَلَّ كُلُّ _ للهِ عَزَّ َ _ َمْرَ _ عىَ " لاََّ _ ، َ _ٍ_ عَلىَ سَوَ ` لنَّا ُ _ لِكَ لَكَا َ S لاَ َ<br />لْجَاهِلِ. _ لْعَالِمُ مِنَ _ لاَ _ لْبَاطِلِ، َ _ لْحَقُّ مِنَ _ V لَمَّا عُرِ َ _َ<br />“Wahai Fulan, semoga Allah Swt merahmatimu,<br />sesungguhnya Allah Swt tidak menciptakan<br />makhluk-Nya dengan sia-sia, tidak membiarkannya<br />begitu saja. Akan tetapi, Allah menciptakan<br />mereka dengan kekuasaan-Nya, memberikan<br />kepada mereka pendengaran, penglihatan, hati,<br />dan akal. Kemudian, Allah utus pada mereka para<br />nabi sebagai pembawa berita gembira dan pemberi<br />peringatan, memerintahkan mereka untuk taat<br />kepada-Nya, mencegah mereka bermaksiat<br />kepada-Nya, mengajarkan mereka sesuatu yang<br />mereka tidak ketahui dari penciptaan mereka dan<br />agama mereka. Allah menurunkan pada mereka<br />kitab-kitab, mengutus pada mereka para malaikat<br />yang menjumpai mereka dan orang-orang yang<br />diutus kepada mereka dengan keutamaan yang<br />Allah Swt berikan kepada mereka sebagai bukti<br />pada manusia. Allah Swt memberi mereka sesuatu<br />yang merupakan bukti yang nyata, argumentasi<br />yang jelas, dan tanda-tanda yang sangat bernilai.<br />Teladan Abadi<br />/<br />325<br />Di antara mereka (para nabi), Allah merubah api<br />menjadi dingin dan sejuk, dijadikan kekasih-Nya.<br />Di antara mereka, ada yang diajak berbicara dalam<br />satu pembicaraan, Allah mengubah tongkatnya<br />menjadi ular yang nyata. Di antara mereka, ada<br />yang menghidupkan orang mati dengan izin<br />Allah, menyembuhkan kusta dan lepra dengan<br />izin Allah. Di antara mereka, mengetahui bahasa<br />burung, diberikan segala sesuatu. Kemudian,<br />Allah mengutus Muhammad saw sebagai rahmat<br />bagi seluruh alam, menyempurnakan nikmat-<br />Nya, mengakhiri para utusan-Nya, dan beliau<br />diutus bagi seluruh manusia, menampakkan<br />dari kebenaran-Nya sesuatu yang ditampakkan,<br />menjelaskan ayat-ayat-Nya dan tanda-tanda-Nya<br />sesuatu yang perlu dijelaskan. Kemudian, Allah<br />Swt memanggilnya dengan penuh pujian sebagai<br />sebuah kehilangan dan merupakan kebahagiaan.<br />Kemudian, perkara setelah beliau diserahkan<br />kepada saudaranya, anak pamannya, washinya,<br />dan pewaris dirinya, yaitu Ali bin Abi Thalib as.<br />Kemudian, pada para washi dari putra-putranya<br />satu demi satu. Mereka menghidupkan agama-Nya,<br />menyempurnakan cahaya-Nya, dan menjadikan<br />antara mereka dan saudara-saudara mereka<br />dari keturunan paman mereka dan seterusnya<br />sebagai pemisah yang nyata. Dengan ini diketahui<br />bukti dan sesuatu yang dibuktikan, imam dan<br />makmum. Allah menjaga mereka dari dosa,<br />melindungi mereka dari segala cela, menyucikan<br />mereka dari kehinaan, membersihkan mereka<br />dari segala kerendahan. Allah menjadikan sebagai<br />/<br />326<br />Imam Mahdi<br />gudang ilmu-Nya, tempat penitipan hikmah-Nya,<br />penjaga rahasia-Nya. Allah menguatkan mereka<br />dengan bukti-bukti. Andaikan tidak demikian,<br />maka sesungguhnya manusia sama. Setiap orang<br />mengklaim diperintah oleh Allah Swt dan tidak<br />diketahui antara hak dan kebatilan serta tidak<br />dapat dibedakan antara orang yang mengetahui<br />dan yang tidak mengetahui.”83<br />Kedudukan Para Imam<br />Imam Mahdi as berkata,<br />g للهِ ِ _ _ خُلَفَاُ _ َئِمَّةٌ، َ (_ للهِ َ _ _َ_ ِنَّا قُدَْ ) _ تَقُوْلُوْ َ ْ ( لَكُمْ _ يَجِبُ عَلَيْكُمْ َ 8 َلَّذِ ْ _<br />[َ_ لْحَرَ (_ َ _ لْحَلاَ َ _ V ، نَعْرِ ُ #ِ" بِلاَِ g حُجَجُهُ ِ _ عَلىَ خَلْقِهِ، َ #ُ_ ُمَنَاُ __ ضِهِ َ _ َْ(<br />.m لْخِطَا ِ _ فَضْلَ _ َ m لْكِتَا ِ _ يْلَ _ تَأِْ V نَعْرِ ُ _َ<br />“Yang diwajibkan atas kalian dan bagi kalian<br />hendaknya mengatakan, ‘Sesungguhnya kami<br />adalah figur dan pemimpin dari Allah, khalifah Allah<br />di atas muka bumi, pengaman-pengaman-Nya atas<br />ciptaan-Nya, bukti-bukti Allah di negeri-Nya. Kami<br />mengetahui yang halal dan yang haram, mengetahui<br />takwil al-Quran dan fashlul khitab.’” 84<br />Sistem Imamah dan Bumi Tidak Pernah Kosong dari<br />Hujjah<br />Dalam risalah beliau kepada wakil khusus beliau yaitu<br />al-Amri dan putranya, beliau berkata,<br />ِنْتَهَى ) َسْعَدَكُمَا بِمَرْضَاتِهِ، (_ يْنِهِ، َ " ثَبَّتَكُمَا عَلىَ ِ _ للهُ لِطَاعَتِهِ، َ _ فَّقَكُمَا _َ<br />تِهِ مَنْ لَقِيَ، _ مُنَاظَرَ _ َ _ لْمُخْتَاِ _ ُخْبِرُكُمَا عَنِ ( لْمَيْثَمَي _ ََّ ( كَرْتُمَا S ِلَيْنَا مَا َ )<br />Teladan Abadi<br />/<br />327<br />فَهِمْتُ جَمِيْعَ _ َ # ِيَّاُ ) تَصْدِيْقِهِ _ حْتِجَاجُهُ بِأَنَّهُ لاَ خُلْفَ غَيْرُ جَعْفَرِبْنِ عَلِيِّ َ __َ<br />لْعَمِيَ بَعْدَ _ بِاللهِ مِنَ S َعُوُْ ( َنَا (_ َصْحَابُكُمَا عَنْهُ، َ ( _ مَا كَتَبْتُمَا بِهِ مِمَّا قَا َ<br />M يَا ِ " مُرِْ _ ، َ _ ْلأَعْمَا ِ _ M مِنْ مُوْبِقَا ِ _ ، َ 6 لْهُدَ _ لضَّلاَلَةِ بَعْدَ _ مِنَ _ ، َ _ لْجَلاَِ _<br />_ يَقُولُو َ ْ ( _ يُتْرَكُو َ ْ ( ` لنَّا ُ _ َحَسِبَ ( ، ._ : _ جَلَّ يَقُوْ ُ _ لْفِتَنِ، فَإِنَّهُ عَزَّ َ _<br />، _ لْحِيْرَِ _ j ِ َ _ْ "ُ" يَتَرََّ _ لْفِتْنَةِ، َ _ g ِ . كَيْفَ يَتَسَاقُطُوْ َ هُمْ لَا يُفْتَنُو َ _ مَنَّا َ __َ<br />لْحَقَّ، _ __ عَانِدُ ْ [ َْ( ،_ تَابُوْ _ْ_ [ َِ( يْنَهُمْ، " ِ _ قُوْ _ شِمَالاً، فَاْ _ نَهُ يَمِيْنًا َ _ يَأْخُذُ ْ _َ<br />_ َْ( لصَّحِيْحَةُ، _ _ ْلأَخْبَاُ __ صَةُ َ " لصَّاِ _ M يَا ُ __ لرَِّ _ بِهِ Mْ _ مَا جَاَ _ جَهِلُوْ [ َْ(<br />ِمَّا ) مِنْ حُجَّةٍ _ لاَ تَخْلُوْ Fَ _ ْلأَْ _ ََّ ( ، مَا يَعْلَمُوْ َ _ لِكَ فَتَنَاسُوْ S َ _ عَلِمُوْ<br />.__ ِمَّا مغُموً )_ َ _ ظَاهِرً<br />َفْضَى ( َ ْ ( a ِ َ ) حِدٍ __ بَعْدَ َ _ حِدً __ َئِمَّتِهِمْ بَعْدَ نَبِيِّهِمْ َ ( [ نْتِظَاَ _ _ لَمْ يَعْلَمُوْ _ ََ(<br />[ مَقَاَ [ ْلحَسَنُ بْنُ عَلِيُّ فَقَاَ _ لْمَاضِي يَعْنِي _ a ِ َ ) جَلَّ _ للهِ عَزَّ َ _ ْلأَمْرُ بِأَمْرِ _<br />شِهَابًا _ سَاطِعًا، َ __ نُوًْ _ طَرِيْقِ مُسْتَقِيْمٍ، كَانُوْ a ِ َ )_ لْحَقِّ َ _ a ِ َ ) 8 بَائِهِ يَهْدِ f<br />فَمَضَى عَلىَ # جَلَّ لَهُ مَا عِنْدَُ _ للهُ عَزَّ َ _ _ حْتَاَ _ ، ثُمَّ _ هِرً (r َ _ قَمَرً _ لاَمِعًا، َ<br />a ِ َ ) صَى بِهَا _ َْ ( صِيَّةٍ _َ_ ، َ # لنَّعْلِ عَلىَ عَهْدٍ عَهَدَُ _ _ بَائِهِ حَذَْ f € مِنْهَا ِ<br />_ َخْفَى مَكَانَهُ بِمَشِيْئَةٍ لِلْقَضَاِ (_ غَايَةٍ، َ a ِ) # جَلَّ بِأَمْرِِ _ للهُ عَزَّ َ _ # صِيٍّ سَتَرَُ _َ<br />للهُ عَزَّ _ َ S َِ( لَوْ قَدْ _ لَنَا فَضْلُهُ، َ _ فِيْنَا مَوْضِعُهُ، َ _ لنَّافِذِ، َ _ _ لْقَدَِ (_ لسَّابِقِ َ _<br />هُمْ __ بِهِ مِنْ حُكْمِهِ لَأََ 6 عَنْهُ مَا قَدْ جَرَ _ ََ _r ََ(_ جَلَّ فِيْمَا قَدْ مَنَعَهُ عَنْهُ َ _َ<br />عَنْ لأبَا َ _ ضَحَ عَلاَمَةٍ، َ _ َْ (_ لاَلَةٍ، َ " َبْيَنَ َ (_ بِأَحْسَنِ حِلْيَةٍ، َ _ لْحَقَّ ظَاهِرً _<br />" تُهُ لاَ تُرَُّ "َ(_ َِ)_ جَلَّ لاَ تُغَالِبُ َ _ للهُ عَزَّ َ _ _َ_ َقْدَ ( لَكِنَّ _ بِحُجَّتِهِ، َ [ قَاَ _ نَفْسِهِ َ<br />َصْلِهِمُ ( عَلىَ _ لْيُقِيْمُوْ _ ، َ 6 لْهَوَ _ u ِتِّبَا َ _ عَنْهُمْ _ تَوْفِيْقُهُ لاَ يُسْبِقُ، فَلْيَدْعُوْ _َ<br />_ لاَ يَكْشِفُوْ _ ، َ _ عَمَّا سُتِرَ عَنْهُمْ فَيَأْثَمُوْ ( لاَ يَبْحَثُوْ _ عَلَيْهِ، َ _ كَانُوْ 8 لَّذِ _<br />لِكَ S َ _ فِيْنَا، لاَ يَقُوْ ُ _ ْلحقََّ مَعَنَا َ _ ََّ ( _ لْيَعْلَمُوْ _ ، َ _ جَلَّ فَيَنْدِمُوْ _ للهِ عَزَّ َ _ سِتْرَ<br />/<br />328<br />Imam Mahdi<br />__ ، فَلْيَقْتَصِرُ ْ 8 غَوِ ٌّ _ ِلاَّ ضَا ٌّ ) لاَ يَدَّعِيْهِغَيْرُنَا _ مُفْتَرٍ، َ mٌ _ ِلاَّ كَذَّ ) نَا _ سِوَ<br /> َ _ْ " لِكَ بِالتَّعْرِيْضِ ُ S مِنْ َ _ يَقْ،َعُوْ _ لتَّفْسِيْرِ، َ _ َ _ْ " لْجُمْلَةِ ُ _ # عَلىَ هَذِِ<br />لله. _ _ شَاَ ِ ْ ) لتَّصْرِيْحِ _<br />“Semoga Allah Swt memberi taufik kepada kalian<br />berdua untuk taat kepada-Nya, memantapkan kalian<br />dalam agama-Nya dan membahagiakan kalian dengan<br />keridhaan-Nya. Telah sampai kepada kami apa yang<br />kalian sebutkan bahwa Maitsam memberitahukan<br />kalian berdua mengenai Mukhtar dan perdebatannya<br />bersama orang yang dia jumpai serta pembuktiannya<br />bahwa tidak ada pengganti (imam) selain Ja’far bin Ali<br />dan dia pun membenarkannya. Aku memahami apa<br />yang kalian tulis tentang ucapan sahabat-sahabat<br />kalian mengenai dirinya. Aku berlindung pada Allah<br />dari kebutaan setelah kejelasan, dari kesesatan setelah<br />petunjuk, dan aku berlindung dari segala perbuatan<br />buruk, kejahatan fitnah. Sungguh Allah Swt berfirman,<br />‘Alif lam mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka<br />ditinggalkan begitu saja lalu berkata, ‘Kami beriman.’<br />sementara mereka belum diuji.’85 Bagaimana mereka<br />bisa terjerumus dalam fitnah, meragukan dalam<br />kebingungan, mencari pegangan ke kanan dan ke kiri,<br />meninggalkan agama mereka, apakah karena mereka<br />ragu, ataukah menolak kebenaran, apakah mereka<br />tidak mengetahui riwayat-riwayat yang benar dan<br />hadis-hadis yang sahih, ataukah mereka mengetahui<br />semua itu namun mereka melupakannya, tidakkah<br />mereka mengetahui bahwa bumi tidak pernah kosong<br />dari hujjah baik yang tampak maupun tersembunyi.<br />“Apakah mereka tidak mengetahui kepemimpinan<br />Teladan Abadi<br />/<br />329<br />pemimpin-pemimpin mereka setelah nabi mereka satu<br />demi satu sehingga perkara tersebut dikembalikan<br />kepada Allah setelah berlalu Hasan bin Ali as.<br />Kemudian, menduduki kedudukan ayah-ayahnya,<br />memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan<br />yang lurus. Mereka adalah cahaya yang terang<br />benderang, kilat yang berkilau, purnama yang<br />bersinar. Kemudian, Allah memilih bagi-Nya sesuatu<br />yang ada di sisi-Nya, maka dia pun berjalan di atas<br />tuntunan-tuntunan ayah-ayahnya sebagai pasangan<br />atas janji yang dijanjikan, wasiat yang diwasiatkan<br />kepada washinya. Lalu Allah menutupinya dengan<br />tujuan menyembunyikan tempatnya dengan qadha<br />yang telah berlalu dan qadar yang tetap. Kamilah<br />tempat-Nya, dan pada kami keutamaan-Nya.<br />Andaikan Allah Swt mengizinkan pada sesuatu yang<br />sebelumnya dilarang, menghapus sesuatu yang<br />terjadi dari hikmah-Nya, maka kalian akan melihat<br />kebenaran tampak dalam bentuk mulianya, jelas<br />pembuktiannya, terlihat tanda-tandanya. Dia enggan<br />untuk hal itu namun tetap berhujjah dengannya.<br />Sungguh kekuasaan Allah tidak terkalahkan,<br />kehendak-Nya tidak bisa ditolak, taufik-Nya tidak<br />dapat didahului. Apa yang mereka serukan tidak<br />lain adalah mengikuti hawa nafsu. Mereka hendak<br />menegakkan keaslian mereka yang sebelumnya ada<br />pada mereka, tidak membahas apa yang tertutupi<br />dari mereka, lalu mereka berbuat dosa. Rahasia<br />Allah tidak akan disingkap oleh mereka sehingga<br />mereka menyesal. Saat itu, mereka mengetahui<br />bahwa kebenaran bersama kami dan ada pada kami.<br />Tidak mengatakan hal itu selain kami kecuali para<br />/<br />330<br />Imam Mahdi<br />pembohong dan tidak mengklaim hal itu selain kami<br />kecuali penyesat. Mereka memotong perkataan kami<br />tanpa menafsirkannya, mencukupkan diri mereka<br />hanya dengan memaparkan tanpa menjelaskan.<br />Insya Allah.”86<br />Ketakwaan pada Allah dan Keselamatan dari Fitnah<br />Imam Mahdi as dalam risalah kedua beliau kepada<br />Syekh Mufid yang merupakan salah satu risalah yang<br />dikeluarkan oleh beliau pada masa kegaiban panjang.<br />Beliau menulis,<br />[ قَوٍْ ` تُقَابِلَ لِذَلِكَ فِتْنَةً تَسْبُلُ نُفُوْ َ َْ ( [ لَّتِي لاَ تَنَاُ _ للهُ بِعَيْنِهِ _ فَلْتَكُنْ حَرَسَكَ<br /> يَحْزُ ُ _ ، َ لْمُؤْمِنُوْ َ _ يَبْتَهِجُ لَدَمَّرَهَا _ لْمُبْطِلِيْنَ َ _ m حَرَثَتْ بَاطِلاً لاسْتَرْهَا ِ<br />لْمُعَظَّمِ مِنْ _ [ للَّوْثَةِ بِالْحَرَِ _ # يَةُ حَرَكَتِنَا مِنْ هَذِِ f_ ، َ لْمُجْرِمُوْ َ _ لَذَلِكَ<br /> ْلإِيْمَا ِ _ َهْلَ ( # ، يَعْمَدُ بِكَيْدِِ [ لْمُحَرَِّ _ [ جْسٍ مُنَافِقٍ مُذَمِّمٍ، مُسْتَحِلٍّ لِلدَِّ _َ<br />حِفْظِهِمْ _ِ__َ_ ، لأَنَّنَا مِنْ َ ِ __ لْعُدَْ __ لظُّلْمِ لَهُمْ َ _ لاَ يَبْلُغُ بِذَلِكَ غَرَضَهُ مِنَ _َ<br />، فَلْتَطْمَئِنَّ بِذَلِكَ _ لسَّمَاِ __ َ Fِ _ ْلأَْ _ لاَ يُحْجَبُ عَنْ مَلِكِ 8 لَّّذِ _ _ بِالدُّعَاِ<br />، m لْخُطُوْ ُ _ عَتْهُمْ بِهِمُ __ َ ِ ْ )_ بِالْكِفَايَةِ مِنْهُ، َ _ لْيَثَّقُوْ _ ، َ m لْقُلُوْ ُ _ لِيَائِنَا _ َْ ( مِنْ<br />لْمَنْهِيَّ _ _ جْتَنَبُوْ _ لَهُمْ مَا _ حَمِيْدًَ للهِ سُبْحَانَهُ تَكُوْ ُ _ لْعَاقِبَةُ بِجَمِيْلِ صُنْعِ (_َ<br />.m لذُّنُوْ ِ _ عَنْهُ مِنَ<br />للهُ _ َيَّدَ َ ( لظَّالِمِيْنَ _ لْمُجَاهِدُ فِيْنَا _ لْمُخْلِصُ _ لْوَلِيُّ _ َيُّهَا ( ِلَيْكَ ) نَحْنُ نُعَهِّدُ _َ<br />بَّهُ مِنْ _ تَّقَى َ _ َنَّهُ مَنِ ( لصَّالِحِيْنَ، _ لِيَائِنَا _ َْ ( لسَّلَفَ مِنْ _ َيَّدَ بِهِ ( 8 لَّذِ _ # بِنَصْرِِ<br />لْفِتْنَةِ _ مِنًا مِنَ f مُسْتَحِقَّيْهِ، كَا َ a ِ َ ) مِمَّا عَلَيْهِ € َخْرَ َ (_ لدِّيْنِ َ _ j نِكَ ِ _ ِخْوَ )<br />للهُ مِنْ _ #ُ_ َعَاَ ( مَنْ بَخِلَ مِنْهُمْ بِمَا _ لْمُضِلَّةِ َ _ لْمُظْلِمَةِ _ مِحَنِهَا _ لْمُبْطِلَةِ، َ _<br />خِرَتِهِ، f_ َ # لاَُ _ بِذَلِكَ لاُْ _ خَاسِرً بِصَلَّتِهِ، فَإِنَّهُ يَكُوْ ُ # َمَرَُ ( نِعْمَتِهِ عَلىَ مَنْ<br />Teladan Abadi<br />/<br />331<br />_ لْوَفَاِ _ j ِ m لْقُلُوْ ِ _ مِنَ u ِجْتِمَا ٍ _ للهُ لِطَاعَتِهِ عَلىَ _ فَّقَهُمُ _ َشْيَاعَنَا َ ( ََّ ( لَوْ _َ<br />لْيُمْنُ بِلِقَائِنَا... _ بِالْعَهْدِ عَلَيْهِمْ لَمَا تَأَخَّرَ عَنْهُمُ<br />“Hendaknya Allah menjagamu dengan kedua<br />mata-Nya yang tidak pernah tidur, ketika kamu<br />menghadapi fitnah yang mencaci maki jiwa-jiwa suatu<br />kaum yang menginginkan kebatilan dan penghancuran<br />orang-orang yang berbuat kebatilan dan orangorang<br />mukmin berusaha menghancurkannya, para<br />pendosa merasa sedih dengan hal itu. Tanda gerakan<br />kami dari pengotoran ini adalah sebuah peristiwa di<br />Masjidil Haram yang agung dari noda orang-orang<br />munafik dan pendosa. Orang-orang menghalalkan<br />darah yang diharamkan untuk ditumpahkan, mereka<br />mendiamkan tipu daya mereka terhadap orang-orang<br />beriman. Namun, tujuan mereka berupa kezaliman<br />dan permusuhan terhadap orang beriman tidak<br />pernah tercapai. Karena kami menolong mereka dari<br />balik (di belakang) mereka dengan doa yang tidak<br />terhalangi dari Zat pemilik bumi dan langit. Hati para<br />kekasih kami tetap tenang dengan kondisi itu, mereka<br />memiliki pegangan yang cukup menghadapi hal itu,<br />kendati fitnah tertuju pada mereka. Akibat sesuatu<br />merupakan ciptaan Tuhan semuanya menjadi pujian<br />bagi mereka dan orang-orang yang dicegah dari dosa<br />mereka tidak menjauh dari hal itu.<br />“Kami berjanji padamu wahai kekasih yang ikhlas<br />dan penuh perjuangan pada kami, untuk menjagamu<br />dari orang-orang zalim. Allah menguatkanmu dengan<br />pertolongan-Nya sebagaimana Allah menguatkan<br />para kekasih-Nya yang saleh di masa terdahulu.<br />Sesungguhnya siap yang bertakwa dari saudara/<br />332<br />Imam Mahdi<br />saudaramu seagama dan mengeluarkan sesuatu<br />yang menjadi kewajibannya pada orang-orang yang<br />berhak, maka dia terselamatkan dari fitnah yang<br />menyesatkan, sisi-sisi gelap kezaliman. Siapa yang<br />bakhil (pelit) di antara mereka atas nikmat yang<br />Allah titipkan kepadanya terhadap orang-orang yang<br />hendaknya dihubungkan, maka dia sengsara karena<br />hal itu baik di dunia maupun di akhirat. Andaikan<br />syi’ah-syi’ah kami—semoga Allah memberi taufik<br />pada mereka untuk taat kepada-Nya—bersatu hati<br />mereka untuk memenuhi janji atas mereka, maka janji<br />perjumpaan dengan kami tidak akan lama….”87<br />Penjagaan Beliau terhadap Orang Muslim<br />Imam Mahdi as berkata,<br />مَعْرِفَتِنَا _ كُمْ َ _ َخْبَاِ ( عَنَّا شَيْئٌ مِنْ m لاَ يَعْزُ ُ _ فَإِنَّا نُحِيْطُ عِلْمًا بِأَنْبَائِكُمْ َ<br />لصَّالِحُ عَنْهُ _ لسَّلَفُ _ مَا كَأ َ a ِ َ _ َصَابَكُمْ مُذْ جَنَحَ كَثِيْرٌ مِنْكُمْ ( 8 لَّذِ _ _ بِالذُّ ِّ<br />. هِمْ كَأَنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْ َ _ ظُهُوِْ _َ__َ_ َ S لْمَأْخُوَْ _ لْعَهْدَ _ __ نَبَذُ ْ _ شَاسِعًا، َ<br />_ لِكَ لَنَزَ َ S لَوْ لاَ َ _ لاَ نَاسِيْنَ لِذِكْرِكُمْ، َ _ عَاتِكُمْ، َ _ ِنَّا غَيْرُ مُهْمِلِيْنَ لِمُرَ )<br />نا _ ظَاهِرُ ْ _ للهَ جَلَّ جَلاَلَهُ َ _ _ فَاتَّفَقُوْ _ُ_ ْلأَعْدَ _ صْطَلَمَكُمُ __ . َ _ُ__ لَّلأَ _ بِكُمُ<br />َجَلُهُ ( َنَافَتْ عَلَيْكُمْ يَهْلِكُ فِيْهَا مَنْ حُمَّ ( ِنْتِيَاشِكُمْ مِنْ فِتْنَةٍ قَدْ _ عَلىَ<br />مُبَاثَّتِكُمْ _ حَرَكَتِنَا َ Vِ _ْr لِأُُ _ٌ_ َمَاَ ( هِيَ _ َمَلَهُ، َ ( َ _َ" َْ( يُحْمَى عَنْهَا مَنْ _َ<br />. لْمُشْرِكُوْ َ _ # لَوْ كَرَِ _ َ #ِ_ للهُ مُتِمُّ نُوِْ __ نَهْيِنَا، َ _ بِأَمْرِنَا َ<br />…Sesungguhnya kami memiliki pengetahuan<br />tentang berita-berita kalian. Tidak terlewati sesuatu<br />apa pun dari kami tentang kabar kalian. Pengetahuan<br />kami berkenaan dengan kehinaan yang menimpa<br />kalian telah kami miliki sejak banyak orang condong<br />Teladan Abadi<br />/<br />333<br />pada kalian sampai salaf shalih (orang-orang<br />terdahulu) jauh sebelumnya. Mereka melakukan<br />perjanjian di balik punggung mereka seakan-akan<br />mereka tidak mengetahuinya.<br />“Sesungguhnya kami tidak penah lalai untuk<br />menjaga kalian, tidak pula lupa untuk mengingat<br />kalian. Andaikan tidak demikian, maka turun pada<br />kalian panji-panji dan para musuh menyerah pada<br />kalian. Oleh karena itu, bertakwalah pada Allah Swt dan<br />kehadiran kami mengeluarkan kalian dari fitnah yang<br />telah menyesakkan kalian, menghancurkan siapa yang<br />tiba ajalnya dan dilindungi siapa yang mendapatkan<br />harapannya. Sesungguhnya fitnah itu memerintahkan<br />untuk menghentikan gerakan kami, membuat kalian<br />tidak peduli terhadap perintah dan larangan kami.<br />Sesungguhnya Allah Zat yang menyempurnakan<br />cahaya-Nya, meskipun orang-orang musyrik tidak<br />menyukainya.”88<br />Persiapan yang Terus Menerus untuk Kemunculan<br />Imam Mahdi as berkata,<br />يَتَجَنَّبُ مَا يُدْنِيْهِ _ بِهِ مِنْ مَحَبَّتِنَا، َ m مِنْكُمْ بِمَا يَقْرُ ُ _ٍ6 مْرِ _ فَلْيَعْمَلْ كُلُّ<br />لاَ _ ،ْفَعُهُ تَوْبَةٌ َ M حِيْنَ لاَ َ _ٌ_ َمْرَنَا بَغْتَةٌ فُجَاَ ( سَخَطِنَا فَإِ َّ _ هَتِنَا َ _ مِنْ كَرَ<br />يَلْطُفُ لَكُمْ _ لرُّشْدَ، َ _ للهُ يُلْهِمُكُمُ __ عَلىَ حَوْبَةٍ َ [ يُنْجِيْهِ مِنْ عِقَابِنَا نَدٌَ<br />لتَّوْثِيْقِ بِرَحْمَتِهِ _ gِ<br />“Hendaknya setiap orang di antara kalian berbuat<br />sesuatu yang mendekatkan kecintaan kepada kami,<br />menjauhkan diri dari hal-hal yang kami tidak sukai<br />dan kami benci. Sesungguhnya perkara kami adalah<br />/<br />334<br />Imam Mahdi<br />perkara yang mendadak saat tobat tidak lagi berguna<br />dan penyesalan tidak dapat menyelamatkannya dari<br />azab kami. Sungguh Allah telah mengilhamkan pada<br />kalian perkembangan dan lemah lembut terhadap<br />kalian dengan memberikan taufik dan rahmat-Nya<br />pada kalian.”89<br />Contoh-contoh Jawaban Ringkas Beliau<br />Di antara jawaban ringkas beliau atas pertanyaan<br />Ishaq bin Ya’qub adalah sebagai berikut,<br />َهْلِ ( مِنْ . لْمُنْكِرِيْنَ ِ _ َمْرِ ( ثَبَّتَكَ مِنْ _ للهُ َ _ شَدَ َ _ َْ( َمَّا مَا سَأَلَتْ عَنْهُ (<br />مَنْ _ بَةٌ، َ _ َحَدٍ قَرَ ( بَيْنَ _ جَلَّ َ _ للهِ عَزَّ َ _ َنَّهُ لَيْسَ بَيْنَ ( بَنِي عَمِّنَا فَأعْلَمْ _ بَيْتِنَا َ<br /># لَدِِ _َ_ َمَّا سَبِيْلُ عَمِّي جَعْفَرَ َ ( ، . بْنُ نُوْ ِ _ سِيْلُهُ سَبِيْلُ _ َنْكَرَنِي فَلَيْسَ مِنِّي َ (<br />يُوْسُف. _ ِخْوََ ) فَسَبِيْلُ<br />_ مَنْ شَاَ _ فَلْيَصِلْ َ _ ، فَمَنْ شَاَ __ ِلاَّ لِتَطْهَرُ ْ _ لُكُمْ فَمَا نَقْبَلُهَا _ َمْوَ _ َمَّا (_َ<br />... لْوَقَّاتُوْ َ _ m كَذِ َ _ َ # كْرُُ S ِ a للهِ تَعَا َ _ a ِ َ _ فَإِنَّهُ € لْفَرَ ِ _ _ َمَّا ظُهُوَْ (_ فَلْيَقْطَعُ..َ<br />_ لدُّعَاَ _ __ َكْثِرُ ْ (_ طَهَرَ...َ _ َ m ِلاَّ لِمَا طَا َ _ عِنْدَنَا _ صَلْتَنَا بِهِ فَلاَ قَبُوْ َ _ َمَّا مَا َ (_َ<br />لِكَ فَرَجَكُمْ... S فِي َ فَإِ َّ € لْفَرَ ِ _ بِتَعْجِيْلِ<br />“Adapun hal yang Anda tanyakan, semoga Allah<br />memberimu petunjuk dan memantapkan dirimu<br />dari hal pengingkaran terhadapku dari keluarga<br />kami, anak dari paman kami. Ketahuilah, tidak ada<br />kedekatan antara Allah dan seseorang. Siapa yang<br />mengingkariku, bukanlah termasuk golonganku.<br />Jalan yang dia tempuh adalah jalan putra Nuh.<br />Adapun jalan pamanku Ja’far dan putranya, adalah<br />jalan saudara-saudara Yusuf …<br />Teladan Abadi<br />/<br />335<br />“Adapun harta-harta kalian, kami tidak<br />menerimanya kecuali untuk kalian sucikan, siapa<br />yang ingin menghubunginya atau memutusnya<br />silahkan…Adapun kemunculan al-faraj (kelapangan),<br />sesungguhnya hal itu kembali pada Allah Swt.<br />Pembohong orang yang menetapkan waktu…<br />Adapun sesuatu yang kalian sampaikan pada kami,<br />hal itu tidak kami terima kecuali untuk sesuatu yang<br />baik dan suci… perbanyaklah doa untuk memohon<br />disegerakan al-faraj. Sesungguhnya pada masalah<br />tersebut terdapat kelapangan kalian….”90<br />Contoh-contoh Doa dan Ziarah Beliau<br />Salah satu doa beliau untuk orang-orang mukmin<br />secara umum adalah sebagai berikut,<br />لْبَحْرِ، تَفَضَّلَ عَلىَ __ لْبَرِّ َ _ g ِ عَا َ " بِحَقِّ مَنْ َ _ ، َ ِلَهي بِحَقِّ مَنْ نَاجَا َ )<br />لْمُؤْمِنِيْنَ _ _ َحْيَاِ ( عَلىَ _ لصِّحَّةِ، َ __ َ _ بِالشِّفَاِ M لْمُؤْمِنَا ِ __ لْمُؤْمِنِيْنَ َ _ _ِ_ فُقَرَ<br />M لْمُؤْمِنَا ِ __ لْمُؤْمِنِيْنَ َ _ Mِ _ َمْوَ ( عَلىَ _ مَة، َ _ لْكَرَ __ بِاللُّطْفِ َ M لْمُؤْمِنَا ِ (_َ<br />طَانِهِمْ _ َْ ( a ِ َ _ " بِالرَِّّ M لْمُؤْمِنَا ِ __ لْمُؤْمِنِيْنَ َ _ عَلىَ غُرَبَاِ _ لرَّحْمَةِ، َ __ َ _ بِالْمَغْفِرَِ<br />َجْمَعِيْنَ. ( لِهِ f_ سَالِمِيْنَ غَانِمِيْنَ، بِمُحَمَّدٍ َ<br />“Ya Allah, dengan hak orang-orang yang<br />bermunajat kepada-Mu, dengan hak orang-orang<br />yang berdoa kepada-Mu di daratan maupun di<br />lautan, berikan kekayaan dan kecukupan pada<br />orang-orang mukmin laki-laki dan wanita yang<br />fakir. Berikan kesehatan dan kesembuhan bagi<br />orang-orang mukmin laki-laki dan wanita yang<br />sedang sakit. Karuniakan bagi orang-orang<br />mukmin laki-laki dan wanita yang masih hidup,<br />/<br />336<br />Imam Mahdi<br />kasih sayang dan kemuliaan. Limpahkan kepada<br />orang-orang mukmin laki-laki dan wanita yang<br />sudah meninggal, pengampunan dan rahmat-Mu.<br />Kasihanilah orang-orang mukmin laki-laki dan<br />wanita yang terasing, dengan mengembalikan<br />mereka ke tempat asal mereka dengan penuh<br />keselamatan dan mendapatkan kekayaan. Dan<br />dengan keutamaan Muhammad saw dan seluruh<br />keluarganya.”91<br />Di antara doa beliau ketika membaca doa qunut adalah<br />sebagai berikut,<br />، __s كَيْفَ شَاُ _ قْتَهُمْ كَيْفَ شِئْتَ َ rَ_َ_ خَلَقْتَ بِهِ َ 8 لَّّذِ _ َسْأَلُكَ بِاسْمِكَ (_َ<br />َ _" حِيْنَ نَاَ . بِهِ نُوْ ٌ عَا َ " بِمَا َ عُوْ َ " َْ( للَّيَالِي __ َ [ ْلأَيَّاُ _ # يَا مَنْ لاَ يُغَيِّرُُ<br />هِيْمُ خَلِيْلُكَ _ ِبْرَ _ عَا َ " بِمَا َ عُوْ َ " َْ(_ َهْلَكَتْ قَوْمَهُ، َ (_ مَنْ مَعَهُ َ _ فَأَنْجَيْتَهُ َ<br /> عَا َ " بِمَا َ عُوْ َ " َْ(_ سَلاَمًا، َ _ َ _" عَلَيْهِ بَرًْ _ لنَّاَ _ جَعَلْتَ _ فَأَنْجَيْتَهُ َ َ _" حِيْنَ نَاَ<br />ئِيْلَ، _ ِسْرَ ) بَنِي _ لْبَحْرَ فَأَنْجَيْتَهُ َ _ فَفَلَقْتَ لَهُ َ _" بِهِ مُوْسَى كَلِيْمُكَ حِيْنَ نَاَ<br />حُكَ _ْ _ بِهِ عِيْسَى ُ عَا َ " بِمَا َ عُو َ " َْ(_ ْليَمِّ، َ _ قَوْمَهُ فِي _ َ َغْرَقْتَ فِرْعَوْ َ (_َ<br />بِهِ عَا َ " بِمَا َ عُوْ َ " َْ(_ فَعْتَهُ، َ _ ِلَيْكَ َ )_ ئِهِ َ _ َعْدَ ( ، فََنَجَّيْتَهُ مِنْ َ _" حِيْنَ نَاَ<br />مِنَ _ لِهِ، فَاسْتَجَبْتَ لَهُ َ f_ للهُ عَلَيْهِ َ _ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلىَّ _ صَفِيُّكَ َ _ حَبِيْبُكَ َ<br />_S َِ) 8 لَّذِ _ َسْأَلُكَ بِاسْمِكَ (_ ئِكَ نَصَرْتَهُ، َ _ َعْدَ ( عَلىَ _ نَجَّيْتَهُ، َ mِ _ ْلأَحْزَ _<br />بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا، . َحَا َ ( ْلأَمْرُ، يَا مَنْ __ ْلخَلْقُ َ _ َجَبْتَ، يَا مَنْ لَهُ ( عِيْتَ بِهِ "ُ<br />لاَ تَتَشَابَهُ _ للَّيَالِيُّ، َ __ َ [ ْلأَيَّاُ _ # ، يَا مَنْ لاَ تُغَيِّرُُ _" َحْصَى كُلَّ شَيْئٍ عَدًَ ( يَا مَنْ<br />لْمُلِحِّيْنَ. _ . ِلْحَا ُ _ لاَ يُبْرِمُهُ _ ، َ M للُّغَا ُ _ لاَ تَخْفَى عَلَيْهِ _ ، َ Mُ _ ْلأَصْوَ _ عَلَيْهِ<br />مُحَمَّدٍ خَيْرَتِكَ مِنْ خَلْقِكَ، فَصَلِّ _ِ f_ تُصَلِّيَ عَلىَ مُحَمَّدٍ َ َ ْ ( َسْأَلُكَ (<br />لَّذِيْنَ _ لْمُرْسَلِيْنَ __ لنَّبِيِّيْنَ َ _ صَلَّ عَلىَ جَمِيْعِ _ تِكَ، َ _ عَلَيْهِمْ بِأَفْضَلِ صَلَوَ<br />Teladan Abadi<br />/<br />337<br />َ " صَلِّ عَلىَ عِبَاِ _ ثِيْقِ بِالطَّاعَةِ، َ _ لْمَوَ _ لَكَ __ عْقَدُ ْ _ ، َ 6 لْهُدَ _ عَنْكَ _ بَلَّغُوْ<br />َجْمَعْ لِي (_ عَدْتَنِي، َ _ َنْجِزْلِي مَا َ ( " لْمِيْعَاَ _ لصَّالِحِيْنَ، يَا مَنْ لاَ يُخْلِفُ _<br />لاَ _ سُوْلِكَ، َ _ ُ _ َعْدَِ (_ ئِكَ َ _ َعْدَ ( نْصُرْنِي عَلىَ __ صَبِّرْهُمْ، َ _ َصْحَابِي، َ (<br />َسِيْرٌ بَيْنَ يَدَيْكَ، ( َمَتِكَ، ( بْنُ _ ، بْنُ عَبْدِ َ __ َ عْوَتِي، فَإِنِّي عَبْدُ َ " تُخَيِّبْ َ<br /> َ _ْ " تَفَضَّلْتَ بِهِ عَلَيَّ ُ _ ، َ [ لْمَقَاِ _ _ مَنَنْتَ عَلَيَّ بِهَذَ 8 لَّذِ _ َنْتَ ( 8 سَيِّدِ<br />r تُنزَِْ َ ْ (_ مُحَمَّدٍ، َ _ِ f_ تُصَلَّيَ عَلىَ مُحَمَّدٍ َ َ ْ ( َسْأَلُكَ ( كَثِيْرٍ مِنْ خَلْقِكَ،<br />َنْتَ عَلىَ (_ ، َ " لْمِيْعَاَ _ لاَ تُخْلِفُ _ ، َ vُ " لصَّاِ _ َنْتَ ( ِنَّكَ ) عَدْتَنِي، _ لِي مَا َ<br />كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.<br />“Aku memohon kepada-Mu dengan nama-Mu<br />yang dengannya Engkau ciptakan makhluk-Mu,<br />Engkau beri rezeki sesuai kehendak-Mu dan sesuai<br />keinginan mereka. Wahai Zat yang hari-hari dan<br />malam-malam tidak mengubah-Nya, aku berdoa<br />kepada-Mu dengan doa yang disampaikan oleh<br />Nuh ketika dia berdoa kepada-Mu, kemudian Kau<br />selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya<br />dan Kau hancurkan kaumnya. Aku memohon<br />kepada-Mu dengan permohonan yang disampaikan<br />kekasih-Mu Ibrahim ketika dia memohon kepada-<br />Mu kemudian Kau selamatkan dia, Kau jadikan<br />api dingin dan sejuk kepadanya. Aku memohon<br />kepada-Mu dengan permohonan yang disampaikan<br />Musa al-Kalim saat dia memohon kepada-Mu dan<br />Kaubelah lautan sehingga dia selamat dan begitu<br />pula Bani Israil. Kau tenggelamkan Firaun dan<br />kaumnya di tengah-tengahnya. Aku memohon<br />kepada-Mu dengan permohonan yang disampaikan<br />Isa ruh-Mu saat dia memohon kepada-Mu dan<br />/<br />338<br />Imam Mahdi<br />kau selamatkan dia dari musuh-musuhnya dan<br />mengangkatnya kembali kepada-Mu. Aku memohon<br />kepada-Mu dengan permohonan yang disampaikan<br />kekasih-Mu, manusia pilihan-Mu, dan nabi-Mu<br />Muhammad saw, kemudian Kau mengabulkannya<br />dan menyelamatkannya dari Ahzab (kelompokkelompok<br />orang kafir), menolongnya dari musuhmusuh-<br />Mu.<br />’’Aku memohon kepada-Mu dengan nama yang<br />jika Engkau diseru dengan nama tersebut,<br />maka Engkau mengabulkannya. Wahai Zat yang<br />memiliki segala penciptaan dan pemilik perkara,<br />wahai Zat Yang meliputi segala sesuatu dengan<br />ilmu-Nya, wahai Zat yang memperhitungkan<br />segala sesuatu, wahai Zat yang hari dan malam<br />tidak mengubah-Nya, dan tidak dapaat diserupai<br />dengan suara-suara, tidak ada bahasa yang<br />tersembunyi dari-Nya, wahai Zat Yang tidak<br />pernah merasa bosan dengan keluhan orangorang<br />yang mengeluh.<br />’’Aku memohon sampaikan shalawat kepada<br />Muhammad dan keluarga Muhammad ciptaan<br />terbaik-Mu, curahkan kepada mereka shalawat<br />terbaik-Mu. Sampaikan shalawat kepada seluruh<br />nabi, para rasul yang telah menyampaikan petunjuk<br />dari sisi-Mu, mengikatkan pada-Mu dengan ikatanikatan<br />ketaatan. Sampaikan shalawat-Mu kepada<br />hamba-hamba-Mu yang saleh. Wahai Zat yang<br />tidak pernah mengingkari janji-Nya, wujudkan<br />sesuatu yang Kau janjikan kepadaku, kumpulkan<br />kepadaku sahabat-sahabatku, beri mereka<br />Teladan Abadi<br />/<br />339<br />kesabaran, bantulah aku menghadapi musuhmusuh-<br />Mu, musuh Rasul-Mu, jangan Kaupalingkan<br />doaku, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu,<br />putra hamba-Mu, terpenjara di hadapan-Mu.<br />Tuanku, Engkaulah yang telah menempatkanku<br />pada kedudukanku saat ini, Engkau utamakan<br />aku di antara sekian banyak makhluk ciptaan-<br />Mu. Aku memohon sampaikanlah shalawat pada<br />Muhammad dan keluarga Muhammad, semoga Kau<br />wujudkan sesuatu yang Kau janjikan kepadaku.<br />Sesungguhnya Engkau adalah Mahabenar dan<br />tidak pernah mengingkari janji-janji-Mu dan<br />Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”92<br />Shalawat Imam Mahdi kepada Nabi Muhammad saw<br />Imam Mahdi as bershalawat kepada Nabi Muhammad<br />saw dalam bentuk seperti ini:<br />mِّ _ حُجَّةِ َ _ لنَّبِيِّيْنَ، َ _ خاتِمِ _ لْمُرْسَلِيْنَ، َ _ َللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ سَيِّدِ _<br />ْلمُطَهَّرِ مِنْ كُلِّ _ ، _ لظِّلاَ ِ _ َلْمُصْطَفىَ فِي _ ، v لْمِيْثَا ِ _ g ْلمُنْتَجَبِ ِ _ لْعَالَمِيْنَ، _<br />F ْلمُفَوِّ ِ _ َلْمُرْتَجى لِلسَّفَاعَةِ، _ ، _ لْمُؤَمِّلِ للنَّجَاِ _ مِنْ كُلِّ عَيْبٍ، _ِ8 َلْبَر _ فَةٍ، f<br />للهِ... _ يْنِ " ِ j ِلَيْهِ ِ )<br />“Ya Allah, samapaikan salawat kepada pemimpin<br />para rasul, nabi terakhir, hujjah Tuhan pengatur<br />alam raya, yang diangkat dari perjanjian, yang<br />terpilih dalam naungan, yang disucikan dari<br />segala kekotoran, yang terlepas dari segala cela,<br />pemberi harapan kemenangan, yang diharapkan<br />syafaatnya, yang diserahi urusan dalam agama<br />Allah…”93<br />/<br />340<br />Imam Mahdi<br />Contoh Ziarah kepada Imam Mahdi<br />8 لذ _ لحمد لله _ لحمد، _ لله _ ، . َك( َلله (_ للهُ َ _ ِلاَّ _ ِلَهَ _ ، لاَ . َك( َلله ( . َك( َلله (<br />لَمْ يَجْعَلْنَا _ َئِمَّتِنَا َ ( _ِ_ فَّقَنَا لِزِيَاَ _َ_ ، َ #ُ_َ_ َعْدَ (_ َ #ُ_ لِيَاَ _ َْ ( عَرَّفَنَا _ ، َ _ نَا لِهَذَ _ هَدَ<br />لْمُرْتَابِيْنَ _ لاَ مِنَ _ لْمُفَوِّضِيْنَ َ _ _ لْغُلاَِ _ لاَ مِنْ _ لنَّاصِبِيْنَ َ _ لْمُعَانِدِيْنَ _ مِنَ<br />لْمُدَّخَرِ _ عَلىَ [ َلسَّلاَُ _ لِيَائِهِ، _ َْ ( بْنِ __ للهِ َ _ لِيِّ _ عَلَى َ [ َلسَّلاَُ _ لْمُقَصِّرِيْنَ، _<br />لْكُفْرِ _ َهْلُ ( "َ__ ََ( 8 لَّذِ _ _ لنُّوِْ _ عَلىَ [ لسَّلاَُ _ ئِهِ _ َعْدَ ( _ِ_ بَوَ _ للهِ َ _ ) _ لِيَاِ _ َْ( مَةِ _ لِكَرَ<br />يُظْهَرَ عَلىَ . حَ َّ _ بِالْحَيَاِ # َمَدَُّ (_ بِكُرْهِهِمْ َ #ُ_ يُتِمَّ نُوَْ َ ْ ( ِلاَّ ) للهُ _ . ، فَأَ َ #ُ_ ِطْفَاِ )<br />َكْمَلَ لَكَ عُلُوْمَهُ (_ َ _ صَغِيْرً صْطَفَا َ _ للهَ _ ََّ ( َشْهَدُ ( لْحَقَّ بِرَغْمِهِمْ، _ # يَدِِ<br />.M لطَّاغُوْ __ لْجِبْتَ َ _ تُبْطِلَ . حَ َّ M َنَّكَ حَيٌّ لاَ تَمُوْ ُ (_ ، َ _ كَبِيْرً<br />_ سِتْرً # سْتُرُْ __ نَأيِهِ، َ _ نِهِ، عَلىَ غَيْبَتِهِ َ _ َعْوَ (_ مِهِ َ _ عَلىَ خُدَّ _ َللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ َ _<br />طْأَتَكَ عَلىَ مُعَانِدِيْهِ، _ للَّهُمَّ َ _ " شْدُِ __ َ _ جْعَلْ لَهُ مَعْقِلاً حِرِيْزً __ َ _ عَزِيْزً<br />، __ مَعْمُوًْ # َللَّهُمَّ كَمَا جَعَلْتَ قَلْبِي بِذِكْرِِ _ ئِرِيْهِ. _rَ_ لِيْهِ َ _ مَوَ ` حْرُ ْ __َ<br />M لْمَوْ ُ _ بَيْنَ لِقَائِهِ _ بَيْنِي َ _ حَا َ ِ ْ )_ َ __ فَاجْعَلْ سِلاَحىِ بِنَصْرَتِهِ مَشْهُوًْ<br />غْمًا، _ بِهِ عَلىَ خَلِيْقَتِكَ َ Mَ _ َقْدَْ (_ حَتْمًا مَقْضِيًّا َ َ " جَعَلْتَهُ عَلَى عِبَاِ 8 لَّذِ _<br />ُجَاهِدَ ( . كَفَنِي، حَ َّ __ مِنْ حَفْرَتِي، مُؤْتَزًِ _ جِهِ، ظَاهِرً _ فَابْعَثْنِي عِنْدَ خُرُ ْ<br />كِتَابِكَ، فَقُلْتُ (كَأَنَّهُمْ g َهْلِهِ ِ ( َثْنَيْتَ عَلىَ ( 8 لَّذِ _ لصَّفِّ _ g بَيْنَ يَدَيْهِ، ِ<br />). . مَرْصُوْ ٌ بُنْيَا ٌ<br />َللَّهُمَّ _ ، _ ْلإِنْتِصَاُ _ صَعُبَ عَلَيْنَا _ ، َ _ لْفَجَّاُ _ شَمُتَ بِنَا _ ، َ _ ْلإِنْتِظَاُ _ _ َللَّهُمَّ طَا َ _<br />يْنُ " َِ( ِنِّي ) َللَّهُمَّ _ ، لْمَنُوْ ِ _ بَعْدَ _ حَيَاتِنَا َ g ، ِ لْمَيْمُوْ َ _ لِيِّكَ _ جْهَ َ _ نَا َ _ َِ(<br />، . َلْغَوْ َ ( ، . َلْغَوْ َ ( . َلْغَوْ َ ( لْبُقْعَةِ، _ # صَاحِبِ هَذِِ 8 لَكَ بِالرَّجْعَةِ، بَيْنَ يَدَ ْ<br />تِكَ _ لِزِيَاَ M هَجَرْ ُ _ ، َ لْخُلاََّ _ صْلَتِكَ _ ُ g ، قَطَعْتُ ِ لزَّمَا ِ _ يَا صَاحِبَ<br />بِّكَ _ شَفِيْعًا عِنْدَ َ لِتَكُوْ َ ِ _ لْبُلْدَ _ َهْلِ ( عَنْ 8 َمْرِ ( َخْفَيْتُ (_ ، َ طَا َ _ ْلأَْ _<br />Teladan Abadi<br />/<br />341<br />لنِّعْمَةِ عَلَيَّ، _ . ِسْبَا ِ )_ لتَّوْفِيْقِ، َ _ لِيَّ فِي حُسْنِ _ بَائِكَ مَوَ f a ِ َ __ بِّي، َ _َ_َ<br />ِلَيَّ. ) ْلإِحْسَا ِ _ v سَوْ ِ _َ<br />_ِ" قَاَ _ لْحَقِّ، َ _ m َصْحَا ِ (_ مُحَمَّدٍ، َ _ِ f عَلىَ _ َللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ َ _<br />عَائِي، " َنْطِقْ بِهِ فِي ُ ( َعْطِنِي مَا لَمْ (_ عَوْتُكَ، َ " سْتَجِبْ مِنِّي مَا َ __ لْخَلْقِ، َ _<br />للهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ _ صَلَّى _ ِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، َ ) ، 8 نْيَا َ "ُ_ يْنِي َ " ِ . مِنْ صَلاَ ِ _َ<br />لطَّاهِرِيْنَ. _ لِهِ f_َ<br />“Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, tiada tuhan<br />selain Allah dan Allah Mahabesar, bagi Allah<br />segala pujian, segala puji bagi Allah yang telah<br />memberi hidayah kami pada hal ini, mengenalkan<br />kepada kami kekasih-kekasih-Nya dan musuhmusuh-<br />Nya. Segala puji bagi Allah yang telah<br />memberi kami taufik untuk berziarah kepada<br />pemimpin-pemimpin kami dan tidak menjadikan<br />kami para penentang dan pengingkar. Tidak<br />menjadikan kami orang-orang yang berlebihan<br />dalam mengembalikan dan tidak menggolongkan<br />kami termasuk orang-orang yang lalai dan<br />mengurangi.<br />“Salam sejahtera bagi kekasih Allah, putra kekasihkekasih<br />Allah. Salam sejahtera bagi pemilik<br />kemuliaan Allah, penentang musuh-musuh-<br />Nya. Salam sejahtera bagi cahaya yang ingin<br />dipadamkan oleh orang-orang kafir. Namun, Allah<br />enggan kecuali menyempurnakan cahaya-Nya<br />dengan ketidaksukaan mereka, memperpanjang<br />kehidupannya sehingga kebenaran ditampakkan<br />melalui kedua tangannya. Aku bersaksi<br />sesungguhnya Allah telah memilihmu pada<br />/<br />342<br />Imam Mahdi<br />saat kecil dan menyempurnakan ilmunya ketika<br />dewasa. Aku bersaksi bahwa engkau hidup belum<br />meninggal, sehingga kau hancurkan penguasa<br />zalim dan pemerintah thaghut.<br />“Ya Allah, sampaikan shalawat kepadanya,<br />pada para pembantu dan penolongnya dalam<br />kegaibannya dan ketersembunyiannya. Ya Allah,<br />tutupi dia dengan tirai kemuliaan, berikan baginya<br />tempat perlindungan dan penjagaan. Ya Allah<br />kuatkan balasan-Mu pada para penentangnya,<br />kuatkan penjagaan-Mu pada para pengikutnya dan<br />penziarahnya. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah<br />menjadikan hatiku selalu mengingatnya, maka<br />jadikan senjataku terkenal dalam membantunya.<br />Ya Allah jika kematian yang Kaujadikan sebagai<br />sebuah kepastian terhadap hamba-hamba-Mu,<br />ketentuan yang Kau tetapkan pada makhluk-Mu<br />menghalangiku untuk berjumpa dengannya, maka<br />utuslah aku saat kemunculannya, bangkitkan<br />aku dari kuburku dengan mengenakan kafanku,<br />sehingga aku dapat berjuang bersamanya, dalam<br />barisannya yang Kaupuji orang-orang yang berada<br />di dalamnya dalam kitab-Mu, ‘Mereka bagaikan<br />bangunan yang tersusun rapi.’<br />“Ya Allah, penantian begitu panjang, para pendosa<br />telah mengelilingi kami, kemenangan sulit kami<br />raih. Ya Allah, tampakkan wajah kekasih-Mu yang<br />indah kepada kami dalam kehidupan kami. Ya<br />Allah, aku memohon kepada-Mu untuk kembali,<br />di hadapan pemilik makam ini, al-Ghauts, al-<br />Ghauts, al-Ghauts. Wahai Shahib az-Zaman,<br />Teladan Abadi<br />/<br />343<br />aku telah memutus persahabatan untuk dapat<br />sampai kepadamu. Aku berhijrah dari negeriku<br />untuk dapat berziarah padamu. Aku sembunyikan<br />urusanku dari penghuni negeri agar kau dapat<br />menjadi pemberi syafaatku di sisi Tuhanmu<br />dan Tuhanku. Begitu pula ayah-ayahmu secara<br />terus menerus dalam taufik kebaikan. Pemuasan<br />kenikmatan terhadapku, satu bentuk kebaikan<br />bagiku.<br />“Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad<br />dan keluarganya, sahabat-sahabat kebenaran,<br />pemimpin-pemimpin makhluk ciptaan, kabulkan<br />doa yang aku panjatkan, berikan padaku sesuatu<br />yang tidak sempat aku utarakan dalam doaku. Dari<br />kebaikan agamaku dan duniaku. Sesungguhnya<br />Engkau Maha Terpuji dan Mahamulia. Sampaikan<br />shalawat kepada Muhammad dan keluarganya<br />yang suci.”<br />Kemudian, masuklah ke dalam dan lakukan shalat dua<br />rakaat. Lalu berdoa,<br />فَرَضْتَ طَاعَتَهُ عَلىَ 8 لَّذِ _ ، _ُ_ لْمَزُ ْ _ لِيِّكَ _ َ _ ئرُ فِي فِنَاِ _ لزَّ _ َللَّهُمَّ عَبْدُ َ _<br />جْعَلْهَا _ َللَّهُمَّ _ : _ لنَّاِ _ mِ _ مِنْ عَذَ َ _ لِيَاَ _ َْ ( بِهِ M َنْقَذْ َ (_ ، َ _ِ_ ْلأَحْرَ __ لْعَبِيْدِ َ _<br />َللَّهُمَّ _ ، m بِوَلِيٍّكَ غَيْرَ مُرْتَا ٍ v مِنْ مُصَدِّ ٍ m مُسْتَجَا ٍ _ عَاٍ " ُ Mَ _S مَقْبُوْلَةً َ _ً_ يَاَ rَ<br />_ِ_ يَاَ rِ_ ، َ # مِنْ مَشْهَدِِ 8 َثَرِ ( لاَ تَقْطَعْ _ تِهِ، َ _ لاَ بِزَيَاَ _ لْعَهْدِ بِهِ َ _ خِرَ f لاَ تَجْعَلْهُ<br />8 نْيَا َ " ُ g قْتَنِي، ِ rَ_ نْفَعْنِي بِمَا َ __ خْلُفْ عَلَيَّ نَفَقَتِي، َ _ َللَّهُمَّ _ ، # جَدِِّ _ َبِيْهِ َ (<br />[ لْإِمَاُ _ َيُّهَا ( للهَ _ عُكَ " َسْتَوِْ ( جَمِيْعِ عِتْرَتِي، _ َ 8 َبَوَ َّ (_ نِي َ _ لإِخْوَ _ خِرَتِي َ f_َ<br />... لْمُكَذِّبُوْ َ _ َ _ لْكَافِرُ ْ _ يَهْلِكُ عَلىَ يَدَيْهِ _ َ لْمُؤمِنُوْ َ _ بِهِ r يَفُوُْ 8 لَّذِ _<br />“Ya Allah, inilah aku hamba-Mu yang berziarah<br />/<br />344<br />Imam Mahdi<br />di hadapan kekasih-Mu yang diziarahi. Kau<br />wajibkan ketaatan terhadapnya pada para budak<br />maupun orang merdeka. Engkau angkat kekasihkekasih-<br />Mu dari siksa neraka melaluinya. Ya<br />Allah, jadikan ziarah ini, ziarah yang dapat<br />diterima, terdapat permohonan yang diijabah dari<br />orang yang membenarkan kekasih-Mu dan tidak<br />mengingkarinya. Ya Allah, jangan Kaujadikan ini<br />adalah janji dan ziarah terakhirku kepadanya.<br />Ya Allah, jangan Kau putus keinginanku untuk<br />menyaksikannya, menziarahi ayahnya dan kakekkakeknya.<br />Ya Allah, wakilkan atasku nafkahku, beri<br />manfaat atas rezeki yang Kauberikan di dunia dan<br />akhiratku. Begitu pula bagi saudara-saudaraku,<br />kedua orang tuaku, seluruh keluargaku. Aku<br />ucapkan selamat tinggal kepadamu wahai Imam,<br />dengannya orang-orang mukmin memperoleh<br />kemenangan dan dengan kedua tangannya orangorang<br />kafir dan para pendusta mendapatkan<br />kehancuran….”94[]<br />CATATAN KAKI<br />1 Rujuk penjelasan lengkap Sayid Muhammad Isfahani mengenai<br />masalah ini dalam kitabnya Mikyal al-Makârim, jil.2, hal.160 dan<br />setelahnya.<br />3 Al-Irsyad, Syekh Mufid, jil.2, hal.368-370.<br />4 Untuk penjelasan lebih luas mengenai tingkatan kepemimpinan<br />yang ditekankan ini, silahkan merujuk pada penjelasan Sayid Syahid<br />Muhammad Baqir Shadr dalam buku beliau Tarikh Ghaybah Kubra,<br />hal. 247 dan setelahnya.<br />Teladan Abadi<br />/<br />345<br />5 Bihâr al-Anwâr, jil.60, hal.213; Tarikh Qum, Hasan bin Muhammad<br />Qummi, No.3, hadis 22 dan 23, dan dalam Muntakhab al-Atsâr,<br />hal.263 dan 443.<br />6 Tafsir Qurthubi, jil.8, hal.12; Tfsir Al-Kabir, jil.16, hal.40. Riwayatriwayat<br />dari jalur Ahlulbait, sangat banyak yang menjelaskan<br />bahwa janji itu terwujud khusus pada masa Imam Mahdi as yang<br />dijanjikan.<br />7 Tafsir Al-Kabir, jil.6, hal.40.<br />8 Tafsir al-Mîzân, jil.14, hal.329-331.<br />9 Allamah Thabatabai mempertanyakan pendapat-pendapat lainnya<br />yang disampaikan para ahli tafsir yang beliau nukil dalam kitab<br />tafsir beliau Al-Mîzân. Beliau menegaskan adanya ketidaksesuaian<br />pendapat ahli tafsir lainnya dengan makna yang ditunjukkan oleh<br />ayat yang tidak mungkin dapat ditafsirkan kecuali dengan pemerintahan<br />Imam Mahdi as.<br />10 Tafsir al-Mîzân, jil.18, hal.286-289.<br />11 Tarikh Ghaybah Kubra, hal.233 dan setelahnya.<br />12 Tafsir al-Mîzân, jil.5, hal.366-400. Rujuk Tafsir Syekh As’ad<br />Buyudhi Tamimi mengenai ayat tersebut dalam kitabnya Zawal<br />Israil Hatmiyah Quraniyah, hal.120-124.<br />13 Al-Irsyâd, Syekh Mufid, jil.2, hal.379 dan dinukil dari kitab tersebut<br />pada kitab al-Fushûl al- Muhimmah, hal.302; Itsbat al-Hudat,<br />jil.3, hal.514.<br />14 Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.496.<br />15 Tahdzib al-Ahkam, Syekh Thusi, jil.4, hal.300 dan 333; Iqbal<br />al-A’mal, Sayid Ibnu Thawus, hal.558; Kamaluddin, hal.653;<br />Al-Ghaybah, Syekh Thusi, hal.274; ‘Aqd ad-Durar, Muqaddasi<br />asy-Syafi’i, hal. 65; Al-Burhân fî ‘Alamat Mahdi Akhir az-Zaman,<br />Muttaqi Hindi, hal.145.<br />16 Al-Burhân, Muttaqi Hindi, hal.144.<br />17 Tafsir al-‘Iyasyi, jil.1, hal.65; Ikhtishash, Syekh Mufid, hal.256.<br />/<br />346<br />Imam Mahdi<br />18 Al Mulahim wa al-Fitân, Na’im bin Hammad, hal. 95; ‘Aqd ad-<br />Durar, hal.145; Al Burhan, Muttaqi Hindi, hal.141; Al-Hawi Li<br />al-Fatâwa al-Haditsiyah, jil.2, hal.71; Al-Lawa`ih, Sufarini, jil.2,<br />hal.11.<br />19 Al-Ghaybah, Syekh Thusi, hal.284. Diriwayatkan pula dalam Bihâr<br />al-Anwâr, jil.52, hal.334; Itsbat al-Hudat, hal.517-518.<br />20 Mustadrak, Hakim, jil.4, hal.503; Al-Qaul al-Mukhtashar, Ibnu<br />Hajar, hal.18; Al-Burhân, Muttaqi Hindi, hal.143; ‘Aqd ad-Durar,<br />hal.109; Mu’jam Âhâdits al-Imâm al-Mahdi as, jil.1, hal.449.<br />21 Fitan, Ibnu Hammad, hal. 83-84; Al Hawi li al-Fatâwa, jil.2,<br />hal.67; Al-Burhan, hal.118.<br />22 Ghaybah, Nu’mani, hal.315; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.453.<br />23 Bihâr al-Anwâr, jil.52, hal.308; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal. 583,<br />527, dan 493.<br />24 Tafsir Thabari, jil.22, hal.72; Tadzkirah, Qurthubi, jil.2, hal.693;<br />Sunan ad-Darimi, hal.104; Musnad Ahmad, jil.6, hal.290; Shahih<br />Muslim, jil.4, hal.2208; Sunan Abu Daud, jil.4, hal.108; Sunan<br />Ibnu Majah, jil.2, hal.1351; Sunan Turmudzi, jil.4, hal.407; Tarikh<br />Bukhari, jil.5, hal.118; Sunan Nasai, jil.5, hal.207 dan hadis-hadis<br />Khasaf terhadap pasukan Sufyani sangat banyak dan diriwayatkan<br />dalam kitab-kitab hadis dan lain-lain begitu pula dari jalur<br />Ahlulbait as.<br />25 Tafsir Al-‘Iyasyi, jil.1, hal.103; Ghaybah, Nu’mani, hal.308; Kamaluddin,<br />hal.672.<br />26 Tafsir Al-‘Iyasyi, jil.1, hal.197; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.549.<br />27 Al-Ghaybah, Nu’mani, hal.297.<br />28 Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.469. Bandingkan dengan masa pertama<br />riwayat dari Ibnu Hammad pada halaman 120 yang mengatakan<br />bahwa upaya pembersihan ini terjadi selama 20 tahun.<br />29 Al Irsyad, hal.362; Al-Ghaybah, Syekh Thusi, hal.280.<br />30 Dalâil al-Imâmah, hal.241; Al-Ghaybah, Syekh Thusi, hal.283.<br />Teladan Abadi<br />/<br />347<br />31 Shahih Bukhari, jil.4, hal.305; Shahih Muslim, jil.1, hal.136;<br />Tarikh Bukhari, jil.7, hal.233; Sunan Ibnu Majah, jil.2, hal.1357;<br />Sunan Turmudzi, jil.4, hal.512; Shahih Bukhari, jil.3, hal.107; Fitan,<br />Ibnu Hammad, hal.103 dan kitab-kitab lainnya yang meriwayatkan<br />dari dua jalur Sunnah dan Syi’ah.<br />32 Ad-Durr al-Mantsur, Suyuthi, jil.2, hal.350.<br />33 Amali, Syajari, jil.2, hal.77.<br />34 Ghaybah, Nu’mani, hal.232; ‘Aqd ad-Durar, Muqaddasi Syafi’i,<br />hal.227; Tahdzib al-Ahkam, jil.6, hal.154.<br />35 Musnad Ahmad ibn Hanbal, jil.1, hal.184; Shahih Muslim, jil.1,<br />hal.130; Sunan Ibnu Majah, jil.2, hal.1319; Sunan Turmudzi, jil.5,<br />hal.18.<br />36 Fitan, Ibnu Hammad, hal.102; Al-Qaul al-Mukhtashar, Ibnu Hajar,<br />hal.7; Burhan, Muttaqi Hindi, hal.95.<br />37 Al-Qaul al-Mukhtashar, Ibnu Hajar, hal.10; Al-Futuhat al-Makkiyyah,<br />Ibnu Arabi, jil.3, hal.332.<br />38 Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.498.<br />39 ibid., jil.3, hal.454.<br />40 Sunan ad-Darimi, hal.101; Fitan, Ibnu Hammad, hal.98; ‘Aqd<br />ad-Durar, hal. 40; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.527.<br />41 Rujuk Al-Kâfi, jil.1, hal.411; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.515.<br />42 Mulahim, Ibnu Thawus, hal.132.<br />43 Fitan, Ibnu Hammad, hal.98; ‘Aqd ad-Durar, hal.227.<br />44 Fitan, Ibnu Hammad, hal. 99; Al-Hawi, Suyuthi, jil.2, hal.77.<br />45 Al Burhan, Muttaqi Hindi, hal.78.<br />46 Fitan, Ibnu Hammad, hal.98; Al-Hawi, jil.2, hal.83; Al-Qaul al-<br />Mukhtashar, hal.25; ‘Aqd ad-Durar, hal.36.<br />47 Fitan, Ibnu Hammad, hal.99; Al-Qaul al-Mukhtashar, hal.5.<br />48 Al-Kâfî, jil.1, hal.397; Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.447.<br />/<br />348<br />Imam Mahdi<br />49 Itsbat al-Hudat, jil.2, hal.410.<br />50 Fitan, Ibnu Hammad, hal.102; Al-Awsath, Thabrani, jil.1,<br />hal.136.<br />51 Kamaluddin, hal.411.<br />52 Fitan Ibnu Hammad, hal 98. Sunan ………. hal. 101; Al Hawi,<br />Suyuthi, jil.2, hal.75. Lawa`ih as Safarayini, jil.2, hal.2; Tarikh<br />Baghdad, jil.9, hal. 471. ‘Aqd ad-Durar, hal.141.<br />53 Al-Ghaybah, Nu’mani, hal.146.<br />54 Tarikh Bukhari, jil.7, hal.233; Shahih Muslim, jil.4, hal.2253;<br />Sunan Ibn Majah, jil.2, hal.1357. Sunan Turmudzi, jil.4, hal.512.<br />55 Musnad Ahmad, jil.2, hal.240; Shahih Muslim, jil.2, hal.915;<br />Mustadrak, Hakim, jil.2, hal.595.<br />56 Tarikh Bukhari, jil.1, hal.263; Sunan Turmudzi, jil.5, hal.588.<br />57 Fitan, Ibnu Hammad, hal.98; Yanabi’ al-Mawaddah, Qanduzi,<br />jil.3, hal.344.<br />58 Fitan, Ibnu Hammad, hal.99-100; ‘Aqd ad-Durar, hal.147; Qaul<br />al-Mukhtashar, hal.24.<br />59 Mulahim, Sayid Ibnu Thawus, hal.32.<br />60 Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.506.<br />61 Itsbat al-Hudat, hal.527.<br />62 ibid., hal.516-517.<br />63 ibid., jil.3, hal.494.<br />64 Musnad Ibn Abi Syaibah, jil.15, hal.199; Sunan ad-Darimi,<br />hal.101; Al-Hawi, Suyuthi, jil.2, hal.77.<br />65 Musnad Ibn Abi Syaibah, jil.15, hal.199; Sunan ad-Darimi,<br />hal.101; Al-Hawi, Suyuthi, jil.2, hal.77.<br />66 Itsbat al-Hudat, jil.3, hal.449 dan 455.<br />67 Itsbat al-Hudat, hal.439-440, 494, 478, dan 487; Rujuk ‘Aqd ad-<br />Durar, hal.135; Fushûl al-Muhimmah, hal. 298; Kifayat al-Atsar,Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-1927725232767870172010-05-27T03:53:00.000-07:002010-05-27T03:54:11.530-07:00Adab dan doa ziarah kuburSekitar Persoalan Penghuni kubur<br />Rasulullah saw bersabda:<br />“Berilah hadiah mayit-mayitmu.” Kemudian kami (sahabat) bertanya: Apa hadiah untuk mayit? Beliau menjawab: “Sedekah dan doa.” (Mafatihul Jinan, pasal 10, hlm 570)<br /><br />Rasulullah saw bersabda:<br />“Sesungguhnya setiap Jum’at arwah orang-orang mukmin datang ke langit dunia vertikal dengan rumah mereka, seraya masing-masing mereka memanggil dengan suara yang sedih sambil menangis: wahai keluargaku, anak-anakku, ayahku dan ibuku, kerabatku, sayangi kami niscaya Allah menyayangi kalian dengan hadiah yang kalian berikan pada kami. Celaka kami (karena harta kami), kami yang dihisab, orang lain yang mengambil manfaat.”<br /><br />Dalam hadis yang lain Rasulullah saw bersabda:<br />“Masing-masing mereka memanggil kerabatnya: Sayangi kami dengan dirham atau roti atau pakaian, niscaya Allah menyayangi kalian dengan pakaian dari surga.” Kemudian Rasulullah saw menangis. Kami (sahabat) pun ikut menangis, Rasulullah saw tak kuasa berbicara karena banyaknya menangis. Kemudian beliau bersabda: “Mereka itu adalah saudara kalian dalam agama, mereka hancur menjadi tanah setelah mereka (di dunia) diliputi kesenangan dan kenikmatan. Mereka memanggil dengan seruan: “Celaka kami, sekiranya kami dulu menginfakkan harta kami di jalan ketaatan kepada Allah dan ridha-Nya, niscaya kami tidak butuh pada kalian.” Lalu mereka pulang dengan kerugian dan penyesalan, dan mereka berseru: Cepatlah kalian bersedekah untuk mayit kalian.”<br /><br />Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah kami berziarah pada orang-orang yang telah meninggal? Beliau menjawab: Boleh. Kemudian aku bertanya lagi: Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: Apa yang harus kami baca ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: bacalah doa ini. (lihat doa berikutnya)<br /><br />Imam Musa Al-Kazhim (sa) berkata:<br />“Barangsiapa yang tidak mampu berziarah kepada kami (Ahlul bait), maka hendaknya berziarah pada orang-orang shaleh yang berwilayah kepada kami, maka akan dicatat baginya seperti pahala berziarah kepada kami; dan barangsiapa yang tidak mampu menyambung silaturahim pada kami, maka hendaknya menyambung silaturahim pada orang-orang shaleh yang berwilayah kepada kami, maka akan dicatat baginya seperti pahala menyambung silaturahim pada kami.”<br /><br />Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata:<br />“Barangsiapa yang mendatangi kuburan saudaranya yang mukmin, kemudian meletakkan tangannya pada kuburannya, dan membaca surat Al-Qadar (7 kali), maka ia akan diselamatkan pada hari kiamat.” Dalam hadis yang lain disebutkan: “dan menghadap ke kiblat.”<br /><br />Syeikh Abbas Al-Qumi (ra) mengatakan: Pahala bacaan surat tersebut untuk orang yang membacanya, juga untuk penghuni kubur yang diziarahi. Karena hal ini dikuatkan oleh hadis-hadis yang lain.<br /><br />Makruh Ziarah kubur di malam hari<br />Tentang makruhnya ziarah ke kuburan orang-orang mukmin di malam hari, Rasulullah saw bersabda kepada Abu Dzar: “Jangan sekali-kali kamu berziarah kepada mereka di malam hari.”<br /><br />Adab dan doa ziarah kubur:<br />Pertama: Ketika memasuki areal kuburan mengucapkan salam.<br />Abdullah bin Sinan pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bagaimana cara mengucapkan salam kepada penghuni kubur? Beliau menjawab: Ucapkan:<br /><br />اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَنْتُمْ لَنَا فَرْطٌ وَنَحْنُ اِنْ شَآءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ<br /><br />Assalâmu ‘alâ ahlid diyâr, minal mu’minîna wal muslimîn, antum lanâ farthun, wa nahnu insyâallâhu bikum lâhiqûn.<br /><br />Salam atas para penghuni kubur, mukminin dan muslimin, engkau telah mendahului kami, dan insya Allah kami akan menyusulmu.<br /><br />Atau mengucapkan salam seperti yang diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa):<br /><br />اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا اَهْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ بِحَقِّ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ كَيْفَ وَجَدْتُمْ قَوْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ بِحَقِّ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ اِغْفِـرْ لِمَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، وَاحْشَـرْنَا فِي زُمْرَةِ مَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ عَلِيٌّ وَلِيُّ اللهِ<br /><br />Assâlamu ‘alâ ahli lâ ilâha illallâh min ahli lâ ilâha illallâh , ya ahla lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh kayfa wajadtum qawla lâ ilâha illallâh min lâ ilâha illallâh, ya lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh ighfir liman qâla lâ ilâha illallâh, wahsyurnâ fî zumrati man qâla lâ ilâha illallâh Muhammadun Rasûlullâh ‘Aliyyun waliyullâh.<br /><br />Salam bagi yang mengucapkan la ilaha illallah dari yang mengucapkan la ilaha illallah, wahai yang mengucapkan kalimah la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah, bagaimana kamu memperoleh kalimah la ilaha illallah dari la ilaha illallah, wahai la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah ampuni orang yang membaca kalimah la ilaha illallah, dan himpunlah kami ke dalam golongan orang yang mengu¬cap¬kan la ilaha illallah Muhammadur rasululullah Aliyyun waliyyullah.<br /><br />Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Barangsiapa yang memasuki areal kuburan, lalu mengucapkan (salam tersebut), Allah memberinya pahala kebaikan 50 tahun, dan mengampuni dosanya serta dosa kedua orang tuanya 50 tahun.”<br /><br />Kedua: membaca:<br />1. Surat Al-Qadar (7 kali),<br />2. Surat Al-Fatihah (3 kali),<br />3. Surat Al-Falaq (3 kali),<br />4. Surat An-Nas (3 kali),<br />5. Surat Al-Ikhlash (3 kali),<br />6. Ayat Kursi (3 kali).<br /><br />Dalam suatu hadis disebutkan: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar (7 kali) di kuburan seorang mukmin, Allah mengutus malaikat padanya untuk beribadah di dekat kuburannya, dan mencatat bagi si mayit pahala dari ibadah yang dilakukan oleh malaikat itu sehingga Allah memasukkan ia ke surga. Dan dalam membaca surat Al-Qadar disertai surat Al-Falaq, An-Nas, Al-Ikhlash dan Ayat kursi, masing-masing (3 kali).”<br /><br />Ketiga: Membaca doa berikut ini (3 kali):<br /><br />اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْئَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ اَنْ لاَتُعَذِّبَ هَذَا الْمَيِّتِ<br /><br />Allâhumma innî as-aluka bihaqqi Muhammadin wa âli Muhammad an lâ tu’adzdziba hâdzal may¬yit.<br /><br />Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad janganlah azab penghuni kubur ini.<br /><br />Rasulullah saw bersabda:<br />“Tidak ada seorang pun yang membaca doa tersebut (3 kali) di kuburan seorang mayit, kecuali Allah menjauhkan darinya azab hari kiamat.”<br /><br />Keempat: Meletakkan tangan di kuburannya sambil membaca doa berikut:<br /><br />اَللَّهُمَّ ارْحَمْ غُرْبَتَهُ، وَصِلْ وَحْدَتَهُ، وَاَنِسْ وَحْشَتَهُ، وَاَمِنْ رَوْعَتَهُ، وَاَسْكِنْ اِلَيْهِ مِنْ رَحْمَتِكَ يَسْـتَغْنِي بِهَا عَنْ رَحْمَةٍ مِنْ سِوَاكَ، وَاَلْحِقْهُ بِمَنْ كَانَ يَتَوَلاَّهُ<br /><br />Allâhumarham ghurbatahu, wa shil wahdatahu, wa anis wahsyatahu, wa amin raw‘atahu, wa askin ilayhi min rahmatika yastaghnî bihâ ‘an rahmatin min siwâka, wa alhiqhu biman kâma yatawallâhu.<br /><br />Ya Allah, kasihi keterasingannya, sambungkan kesendiriannya, hiburlah kesepiannya, tenteramkan kekhawatirannya, tenangkan ia dengan rahmat-Mu yang dengannya tidak membutuhkan kasih sayang dari selain-Mu, dan susulkan ia kepada orang yang ia cintai.<br /><br />Ibnu Thawus mengatakan: Jika kamu hendak berziarah ke kuburan orang-orang mukmin, maka hendaknya hari Kamis, jika tidak, maka waktu tertentu yang kamu kehendaki, menghadap ke kiblat sambil meletakkan tangan pada kuburannya dan membaca doa tersebut.<br /><br />Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah kami berziarah ke orang-orang yang telah meninggal? Beliau menjawab: Boleh. Kemudian aku bertanya lagi: Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: Apa yang baca ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: bacalah doa ini:<br /><br />اللَّهُمَّ جَافِ اْلاَرْضَ عَنْ جُنُوبِهِمْ وَ صَاعِدْ إِلَيْكَ أَرْوَاحَهُمْ وَ لَقِّهِمْ مِنْكَ رِضْوَانًا وَ أَسْكِنْ إِلَيْهِمْ مِنْ رَحْمَتِكَ مَا تَصِلُ بِهِ وَحْدَتَهُمْ وَ تُونِسُ بِهِ وَحْشَتَهُمْ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ<br /><br />Allâhumma jâfil ardha ‘an junûbihim, wa shâ’id ilayka arwâhahum, wa laqqihim minka ridhwânâ, wa askin ilayhim mir rahmatika mâ tashilu bihi wahdatahum, wa tûnisu bihi wahsyatahum, innaka ‘alâ kulli syay-in qadîr.<br /><br />Ya Allah, luaskan kuburan mereka, muliakan arwah mereka, sampaikan mereka pada ridha-Mu, tenteramkan mereka dengan rahmat-Mu, rahmat yang menyambungkan kesendirian mereka, yang menghibur kesepian mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.<br />(Disarikan dari kitab Mafatihul Jinan, pasal 10, hlm 567-570)Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-34753824401547161102010-05-26T18:30:00.001-07:002010-05-26T18:30:47.671-07:00Tiga Sifat Penyebab Kehancuran ManusiaImam Hasan bin Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:<br />“Kehancuran manusia berada dalam tiga watak: Kesombongan, kerakusan, dan kedengkian.” (Bihârul Anwâr 78, hlm 111)<br /><br />Sombong (kibr) adalah memandang dirinya lebih dari orang lain. Sifat ini muncul dari sifat ‘Ujub. Bedanya, ‘Ujub adalah bangga diri, memandang dirinya besar tanpa memandang orang lain kecil berada di bawah dirinya. (Jâmi’us Sa’âdât, penghimpun kebahagiaan, jld 1, hlm 344)<br /><br />Kedua sifat tersebut muncul dari potensi marah (Al-Quwwah Al-Ghadhabiyyah). Yakni akibat dari berlebihan dalam mengaktualisasikan potensi marah.<br /><br />Rakus (hirsh) adalah keinginan yang berlebihan, tanpa batas, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang sifatnya duniawi. Termasuk ke dalam hal yang duniawi: harta, tahta dan wanita. Sifat ini muncul dari potensi syahwat (Al-Quwwah Asy-Syahwiyyah). Yakni berlebihan dalam mengaktualisasikan potensi syahwat. Lawan rakus adalah qanâ’ah (merasa cukup), yakni merasa cukup terhadap apa yang didapatkan dan dimiliki, membatasi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, alias hidup sederhana. (Jâmi’us Sa’âdât, jld 2, hlm 100-101)<br /><br />Dengki (hasad) adalah menginginkan hilangnya kenikmatan Allah swt dari saudaranya sesama muslim, yang kenikmatan itu maslahat baginya. Sifat ini beda dengan sifat ghibthah, yakni menginginkan hal yang sama untuk dirinya tapi tidak menginginkan hilangnya kenikmatan itu dari saudaranya. Sifat dengki muncul dari potensi syahwat, yakni akibat berlebihan dalam mengaktualisasikan potensi syahwat. (Jâmi’us Sa’âdât, jld 2, hlm 192)<br /><br />Akan lebih bahaya lagi jika sifat dengki itu bersenyawa dengan sifat licik dan gegabah. Dua sisi negatif dari aktualisasi potensi pikir dan potensi marah. Karena, kedengkian itu akan direkayasa oleh kelicikan, yang berakibat pada permusuhan dan perpecahan dalam tubuh umat Islam.<br /><br />Tiga contoh kehancuran yang diakibatkan oleh tiga sifat tersebut dinyatakan oleh Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib (sa). Beliau berkata:<br /><br />“Kesombongan menyebaban kehancuran agama, karenanya iblis dilaknat. Kerakusan musuh jiwa, karenanya Adam dikeluarkan dari surga. Kedengkian sumber keburukan, karenanya Qabil membunuh Habil.” (Bihârul Anwâr 78, hlm 111)<br /><br />Semoga kita dijaga oleh Allah swt dari kehancuran tersebut. Amîn yâ Rabbal ‘alamin.Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-8554428601966815002010-05-26T18:28:00.000-07:002010-05-26T18:29:11.628-07:00Adab dan doa pernikahanImam Ja’far Ash-Shadiq (sa)*) berkata kepada sebagian sahabatnya: “Jika isterimu memasuki kamarmu, belailah rambutnya di bagian muka, kemudian menghadaplah bersama-sama ke kiblat, dan bacalah doa:<br /><br />اًللَّهُمَّ بِأَمَانَتِكَ أَخَذْتُهَا وَبِكَلِمَاتِكَ اِسْتَحْلَلْتُ فَرْجَهَا، فَإِنْ قَضَيْتَ لِي مِنْهَا وَلَدًا فَاجْعَلْهُ مُبَارَكًا سَوِيًّا وَلاَتَجْعَلْ لِلشَّيْطَانِ فِيْهِ شَرِيْكًا وَلاَنَصِيْبًا<br /><br />Allâhumma biamânatika akhattuhâ, wa bikalimâtika istahlaltu farjahâ, fain qadhayta lî minhâ waladan faj`alhu mubârakan syawiyyâ, walâ taj`al lisysyaythâni fîhi syarîkan walâ nashîbâ.<br /><br />Ya Allah, dengan amanat-Mu kujadikan ia isteriku dan dengan kalimat-kalimat-Mu dihalalkan bagiku kehormatannya. Jika Kau tetapkan bagiku memiliki keturunan darinya, jadikan keturunanku keberkahan dan kemuliaan, dan jangan jadikan setan ikut serta dan mengambil bagian di dalamnya.<br /><br />Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jika kamu hendak membawa isterimu ke rumahmu, sangat dianjurkan ia melakukan shalat sunnah dua rakaat dengan niat mengharap kasih sayang Allah swt. Ketika memasuki kamar hendaknya dalam keadaan berwudhu’, demikian juga Anda (disunnahkan<br />melakukan shalat sunnah dua rakaat dengan niat yang sama), kemudian bacalah Tahmid dan shalawat, kemudian bacalah doa ini:<br /><br />اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي اَلْفَهَا وَوُدَّهَا وَرِضَاهَا بِي، وَاَرْضِنِي بِهَا، وَاجْمَعْ بَيْنَنَا بِأَحْسَنِ اِجْتِمَاعٍ وَاَيْسَرِ ائْتِلاَفٍ فَإِنَّكَ تُحِبُّ الْحَلاَلَ وَتُكْرِهُ الْحَرَامَ<br /><br />Allâhummarzuqnî alfahâ wa wuddahâ wa ridhâhâ bî, wa ardhinî bihâ, wajma` baynanâ biahsanijjtimâ`in wa aysari’tilâfin, fainnaka tuhibbul halâla wa tukrihul harâm.<br /><br />Ya Allah, karuniakan padaku kelembutan isteriku, kasih sayang dan ketulusannya, ridhai aku bersamanya. Himpunkan kami dalam rumah tangga yang paling baik, penuh kasih sayang dan kebahagiaan, sesungguhnya Engkau mencintai yang halal dan membenci yang haram.<br /><br />Ketika Anda hendak melakukan hubungan suami-istri, bacalah doa ini:<br /><br />اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي وَلَدًا وَاجْعَلْهُ تَقِيًّا ذَكِيًّا لَيْسَ فِي خَلْقِهِ زِيَادَةٌ وَلاَنُقْصَانُ وَاجْعَلْ عَاقِبَتَهُ اِلَى خَيْر<br /><br />Allâhummarzuqnî waladan, waj`alhu taqiyyan dzakiyyan laysa fî khalqihi ziyâdatun walâ nuqshân, waj`al `âqibatahu ilâ khayrin.<br /><br />Ya Allah, karuniakan padaku keturunan, dan jadikan ia anak yang bertakwa dan cerdas, tidak ada kelebihan dan kekurangan dalam fisiknya, dan jadikan kesudahannya pada kebaikan. (Kitab Makarimul Akhlaq: 209)<br /><br />*). Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) adalah salah seorang cucu Rasulullah saw yang paling alim di zamannya. Beliau putera Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib (sa)<br /><br />Catatan: Sebagai tambahan sebaiknya juga memperhatikan waktu dan cara berhubungan suami-isteri, karena hal ini berpengaruh pada mental anak, bahkan kesempurnaan fisiknya.Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-75245901348784218782010-05-26T18:26:00.000-07:002010-05-26T18:27:40.930-07:00Adab dan Etika hubungan suami-isteriDalam hadis yang bersumber dari Abu Said Al-Khudri, Rasulullah saw pernah berwasiat kepada menantunya Ali bin Abi Thalib (sa):<br /><br />“Wahai Ali, jika isterimu memasuki rumahmu, hendaknya melepaskan sandalnya ketika ia duduk, membasuh kedua kakinya, menyiramkan air dimulai dari pintu rumahmu sampai ke sekeliling rumahmu. Karena, dengan hal ini Allah mengeluarkan dari rumahmu 70.000 macam kefakiran dan memasukkan ke dalamnya 70.000 macam kekayaan, 70.000 macam keberkahan, menurunkan kepadamu 70.000 macam rahmat yang meliputi isterimu, sehingga rumahmu diliputi oleh keberkahan dan isterimu diselamatkan dari berbagai macam penyakit selama ia berada di rumahmu.<br /><br />Cegahlah isterimu (selama seminggu dari awal perkawinan) minum susu dan cuka, makan Kuzbarah (sejenis rempah-rempah, ketumbar) dan apel yang asam. Ali bertanya: Ya Rasulallah, mengapa ia dilarang dari empat hal tersebut? Rasulullah saw menjawab: Empat hal tersebut dapat menyebabkan isterimu mandul dan tidak membuahkan keturunan. Sementara tikar di rumahmu lebih baik dari perempuan yang mandul. Kemudian Ali (sa) bertanya: Ya Rasulallah, mengapa ia tidak boleh minum cuka? Rasulullah saw menjawab: Cuka dapat menyebabkan tidak sempurna kesucian dari haidnya; Kuzbarah menyebabkan darah haid berakibat negatif terhadap kandungannya dan mempersulit kelahiran; sedangkan apel yang asam dapat menyebabkan darah haid terputus sehingga menimbulkan penyakit baginya. Kemudian Rasulullah saw bersabda:<br /><br />Pertama: Wahai Ali, janganlah kamu menggauli isterimu pada awal bulan, tengah bulan, dan akhir bulan, karena hal itu mempercepat datangnya penyakit gila, kusta, dan kerusakan syaraf padanya dan keturunannya.<br /><br />Kedua: Wahai Ali, janganlah kamu menggauli isterimu sesudah Zhuhur, karena hal itu (bila dianugrahi anak) dapat menyebabkan jiwa anak mudah goncang, dan setan sangat menyukai manusia yang jiwanya goncang.<br /><br />Ketiga: Wahai Ali, janganlah kamu menggauli isterimu sambil berbicara, karena hal itu (bila dianugrahi anak) dapat menyebabkan kebisuan. Dan janganlah seorang suami melihat kemaluan isterinya, hendaknya memejamkan mata ketika berhubungan, karena melihat kemaluan dapat menyebabkan kebutaan pada anak.<br /><br />Keempat: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu dengan dorongan syahwat pada wanita lain (membayangkan perempuan lain), karena (bila dikaruniai anak) dikhawatirkan memiliki sikap seperti wanita itu dan memiliki gangguan kejiwaan.<br /><br />Kelima: Wahai Ali, barangsiapa yang bercumbu dengan isterinya di tempat tidur janganlah sambil membaca Al-Qur’an, karena aku khawatir turun api dari langit lalu membakar keduanya.<br /><br />Keenam: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu dalam keadaan telanjang bulat, juga isterimu, karena khawatir tidak tercipta keseimbangan syahwat, yang akhirnya menimbulkan percekcokan di antara kalian berdua, kemudian menyebabkan perceraian.<br /><br />Ketujuh: Wahai Ali, janganlah menggauli isterimu dalam keadaan berdiri, karena hal itu merupakan bagian dari prilaku anak keledai, dan (bila dianugrahi anak) ia suka ngencing di tempat tidur seperti anak keledai ngencing di sembarangan tempat.<br /><br />Kedelapan: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu pada malam ‘Idul Fitri, karena hal itu (bila dikaruniai anak) dapat menyebabkan anak memiliki banyak keburukan.<br /><br />Kesembilan: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu pada malam ‘Idul Adhha, karena (bila dianugrahi anak) dapat menyebabkan jari-jarinya tidak sempurna, enam atau empat jari-jari.<br /><br />Kesepuluh: wahai Ali, jangan menggauli isterimu di bawah pohon yang berbuah, karena hal itu (bila dianugrahi anak) dapat menyebabkan ia menjadi orang yang penyambuk atau pembunuh atau tukang sihir.<br /><br />Kesebelas: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu di bawah langsung sinar matahari kecuali tertutup oleh tirai, karena hal itu (bila dianugrahi anak) dapat menyebabkan kesengsaraan dan kefakiran sampai ia meninggal.<br /><br />Kedua belas: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu di antara adzan dan iqamah, karena hal itu (bila dikaruniai anak) dapat menyebabkan ia suka melakukan pertumpahan darah.<br /><br />Ketiga belas: Wahai Ali, jika isterimu hamil, janganlah menggaulinya kecuali kamu dalam keadaan berwudhu’, karena hal itu (bila dikaruniai anak) dapat menyebabkan ia buta hatinya dan bakhil tangannya.<br /><br />Keempat belas: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu pada malam Nisfu Sya’ban, karena hal itu (bila dikaruniai anak) dapat menyebabkan tidak bagus biologisnya, bertompel pada kulit dan wajahnya.<br /><br />Kelima belas: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu pada akhir bulan bila sisa darinya dua hari (hari mahaq), karena hal itu (bila anugrahi anak) dapat menyebabkan ia suka bekerjasama dan menolong orang yang zalim, dan menjadi perusak persatuan kaum muslimin.<br /><br />Keenam belas: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu di atas dak bangunan ( yang tidak beratap), karena hal itu (bila dianugrahi anak) dapat menyebabkan ia menjadi orang munafik, riya’, dan ahli bi’ah.<br /><br />Ketujuh belas: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu ketika hendak melakukan perjalanan (bermusafir), jangan menggaulinya pada malam itu, karena hal itu (bila dikaruniai anak) dapat menyebabkan ia suka membelanjakan harta di jalan yang tidak benar (pemboros). Kemudian Rasulullah saw membacakan firman Allah swt:<br /><br />إِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْا إِخْوَانَ الشَّيَاطِيْنَ.<br /><br />Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.” (Al-Isra’: 27).<br />Kedelapan belas: Wahai Ali, jangan menggauli isterimu jika kamu hendak bermusafir 3 hari 3 malam, karena hal itu (bila dianugrahi anak) dapat menyebabkan ia menjadi penolong orang yang zalim.<br /><br />Kesembilan belas: Wahai Ali, gauilah isterimu pada malam senin, karena hal itu (bila dikaruniai anak) dapat menyebabkan ia menjadi pemelihara Al-Qur’an, ridha terhadap pemberian Allah swt.<br /><br />Kedua puluh: Wahai Ali, jika kamu menggauli isterimu pada malam Selasa, hal itu (bila dikaruniai anak) dapat menyebabkan ia dianugrahi syahadah setelah bersaksi “Sesungguhnya tiada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”, tidak disiksa oleh Allah bersama orang-orang yang musyrik, bau mulutnya harum, hatinya penyayang, tangannya dermawan, dan lisannya suci dari ghibah dan dusta.<br /><br />Kedua puluh satu: Wahai Ali, jika kamu menggauli isterimu pada malam Kamis, hal itu (bila dianugrahi anak) dapat menyebabkan ia menjadi ahli hukum dan orang yang ‘alim.<br /><br />Kedua puluh dua: Wahai Ali, jika kamu menggauli isterimu pada hari Kamis setelah matahari tergelincir, hal itu (bila dikaruniai anak) dapat menyebabkan ia tidak didekati setan sampai berubah rambutnya, menjadi orang yang mudah paham, dan dianugrahi oleh Allah Azza wa Jalla keselamatan dalam agama dan di dunia.<br /><br />Kedua puluh tiga: Wahai Ali, jika kamu menggauli isterimu pada malam Jum’at, hal itu (bila dianugrahi anak) dapat menyebabkan ia menjadi orang yang orator. Jika kamu menggauli isterimu pada hari Jum’at setelah Ashar, (bila dikaruniai anak) dapat menyebabkan ia menjadi orang yang terkenal, termasyhur dan ‘alim. Jika kamu menggauli isterimu pada malam Jum’at sesudah ‘Isya’, maka diharapkan kamu memiliki anak yang menjadi penerus, insya Allah.<br /><br />Kedua puluh empat: Wahai Ali, jangan gauli isterimu pada awal waktu malam, karena hal itu (bila dianugrahi anak) dapat menyebabkan ia menjadi orang yang tidak beriman, menjadi tukang sihir yang akibatnya buruk di dunia hingga di akhirat.<br /><br />Kedua puluh lima: Wahai Ali, pegang teguhlah wasiatku ini sebagaimana aku memeliharanya dari Jibril (as). (Kitab Makarimul Akhlaq: 210-212)Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-23094264731336568072010-05-24T17:24:00.000-07:002010-05-24T17:25:04.022-07:00Toyota twincam 1990Dijual sedan TOYOTA tahun 1990 Model Toyota Twincam Tipe SE Limited. Bahan bakar Premium Warna BIRU KM Plat Nomor B Harga 43,5 juta. Phone 0818149009^Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-20071982307031040782010-05-19T16:47:00.000-07:002010-05-19T16:48:43.959-07:00Adab-adab persiapan kewafatanKewafatan atau kematian adalah perjalanan yang pasti dilalui oleh setiap manusia. Perjalanan yang sangat jauh dan lama waktunya. Perjalanan yang membutuhkan bekal yang memadai, menuju negeri akhirat. Dalam perjalanan kita mesti melalui stasiun-stasiun dan jalan-jalan yang terjal dan sangat berbahaya. Kendaraannya harus bagus dan prima, dan bekalnya harus cukup dan memadai. Jika tidak, na’udzubillah, kita mohon perlindungan kepada Allah swt darinya.<br /><br />Karenanya sebelum kematian menjemput kita, kita buat persiapan. Apa persiapan dan bekal yang paling utama?<br /><br />Pertama: Mengakui dosa-dosa, ketidakberdayaan di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, dan penyesalan yang dalam. Agar taubat kita diterima dan sempurna. Penyesalan dan taubat yang disertai dengan tangisan dan tetesan air mata di hadapan Allah Yang Maha Suci. Agar Dia mengampuni salah dan dosa kita, menerima taubat kita.<br /><br />Kedua: Menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Lakukan sendiri, tidak diwakilkan kepada orang lain.<br /><br />Ketiga: Memperhatikan dan memperdulikan wasiat. Tunaikan sendiri hak-hak Allah dan hak-hak manusia, jangan diwakilkan kepada orang lain.<br /><br />Keempat: Persoalan harta. Harta pasti akan keluar dari tangan kita. Tunaikan sendiri, jangan wakilkan pada orang lain atau ahli waris. Karena belum tentu mereka memikirkan nasib kita di negeri Barzakh dan Akhirat. Mengapa? Karena manusia dan setan akan selalu berbisik pada ahli waris agar tidak menunaikan hak-hak yang berkatan dengan harta. Sementara jika ajal telah tiba semua itu sudah berada di luar kemampuan dan kekuasaan kita. Saat itulah timbul penyesalan yang amat sangat dalam seperti yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an:<br /><br />“Ketika kematian telah datang kepada salah seorang dari mereka, ia berkata: Duhai Tuhanku, kembalikan aku ke dunia agar aku berbuat amal saleh terhadap apa yang aku tinggalkan.” (Al-Mu’minun: 99-100).<br /><br />Maka ayat tersebut telah disepakati bahwa penyesalan manusia di negeri Barzakh tak berguna lagi. Dan yang dimaksud dengan amal yang belum ditunaikan dan disesalkan adalah amal yang berkait dengan harta.<br /><br />Penyesalan akan bertambah dalam dan penderitaan semakin mencekam, saat ia menyaksikan harta yang ditinggalkan pada anak dan keluarganya tak pernah dikeluarkan untuk kebutuhan dirinya, bahkan digunakan pada kemaksiatan dan hal-hal yang dimurkai oleh Allah swt. Ia pasti menangis dan menjerit pilu, menyesali hartanya. Mengapa ia tidak menggunakan dan menghabiskan saat hidupnya untuk kepentingan dirinya di negeri Barzakh dan Akhirat. Kisah ini banyak disebutkan dalam hadis-hadis Nabi saw dan Ahlul baitnya (sa) bahwa orang yang seperti ini pasti menangis, merintih dan menjerit pilu, khususnya setiap kamis sore hingga bakdah shalat Jum’at. Karena saat-saat inilah dia diizinkan oleh Allah swt untuk berkunjung kepada anak-anaknya dan keluarganya.<br /><br />Ya Allah, ya Rahmân ya Rahîm, selamatkan kami dari penyesalan ini, penyesalan yang tak berguna dan tak berakhir.<br /><br />Kelima: Mempersiapkan kain kafan berikut adab-adabnya. Misalnya kain kafan yang dituliskan teks kalimat syahadah, nama2 orang suci, asma2 Allah, doa Jawsyan Kabir (1000 asma Allah). Sebagai catatan penting: jangan ditulis dengan tinta berwarna hitam.<br />(Disarikan dari kitab Al-Bâqiyâtus Shâlihât, bab 6: 532-533)<br /><br />Lebih detail lagi baca artikel tentang stasiun2 perjalanan akhirat di blog ini.<br /><br />Wassalam,Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-88308545482021984532010-05-19T16:45:00.000-07:002010-05-24T02:39:32.289-07:00Adab dan doa ziarah kuburSekitar Persoalan Penghuni kubur<br />Rasulullah saw bersabda:<br />“Berilah hadiah mayit-mayitmu.” Kemudian kami (sahabat) bertanya: Apa hadiah untuk mayit? Beliau menjawab: “Sedekah dan doa.” (Mafatihul Jinan, pasal 10, hlm 570)<br /><br />Rasulullah saw bersabda:<br />“Sesungguhnya setiap Jum’at arwah orang-orang mukmin datang ke langit dunia vertikal dengan rumah mereka, seraya masing-masing mereka memanggil dengan suara yang sedih sambil menangis: wahai keluargaku, anak-anakku, ayahku dan ibuku, kerabatku, sayangi kami niscaya Allah menyayangi kalian dengan hadiah yang kalian berikan pada kami. Celaka kami (karena harta kami), kami yang dihisab, orang lain yang mengambil manfaat.”<br /><br />Dalam hadis yang lain Rasulullah saw bersabda:<br />“Masing-masing mereka memanggil kerabatnya: Sayangi kami dengan dirham atau roti atau pakaian, niscaya Allah menyayangi kalian dengan pakaian dari surga.” Kemudian Rasulullah saw menangis. Kami (sahabat) pun ikut menangis, Rasulullah saw tak kuasa berbicara karena banyaknya menangis. Kemudian beliau bersabda: “Mereka itu adalah saudara kalian dalam agama, mereka hancur menjadi tanah setelah mereka (di dunia) diliputi kesenangan dan kenikmatan. Mereka memanggil dengan seruan: “Celaka kami, sekiranya kami dulu menginfakkan harta kami di jalan ketaatan kepada Allah dan ridha-Nya, niscaya kami tidak butuh pada kalian.” Lalu mereka pulang dengan kerugian dan penyesalan, dan mereka berseru: Cepatlah kalian bersedekah untuk mayit kalian.”<br /><br />Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah kami berziarah pada orang-orang yang telah meninggal? Beliau menjawab: Boleh. Kemudian aku bertanya lagi: Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: Apa yang harus kami baca ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: bacalah doa ini. (lihat doa berikutnya)<br /><br />Imam Musa Al-Kazhim (sa) berkata:<br />“Barangsiapa yang tidak mampu berziarah kepada kami (Ahlul bait), maka hendaknya berziarah pada orang-orang shaleh yang berwilayah kepada kami, maka akan dicatat baginya seperti pahala berziarah kepada kami; dan barangsiapa yang tidak mampu menyambung silaturahim pada kami, maka hendaknya menyambung silaturahim pada orang-orang shaleh yang berwilayah kepada kami, maka akan dicatat baginya seperti pahala menyambung silaturahim pada kami.”<br /><br />Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata:<br />“Barangsiapa yang mendatangi kuburan saudaranya yang mukmin, kemudian meletakkan tangannya pada kuburannya, dan membaca surat Al-Qadar (7 kali), maka ia akan diselamatkan pada hari kiamat.” Dalam hadis yang lain disebutkan: “dan menghadap ke kiblat.”<br /><br />Syeikh Abbas Al-Qumi (ra) mengatakan: Pahala bacaan surat tersebut untuk orang yang membacanya, juga untuk penghuni kubur yang diziarahi. Karena hal ini dikuatkan oleh hadis-hadis yang lain.<br /><br />Makruh Ziarah kubur di malam hari<br />Tentang makruhnya ziarah ke kuburan orang-orang mukmin di malam hari, Rasulullah saw bersabda kepada Abu Dzar: “Jangan sekali-kali kamu berziarah kepada mereka di malam hari.”<br /><br />Adab dan doa ziarah kubur<br />Pertama: Ketika memasuki areal kuburan mengucapkan salam.<br />Abdullah bin Sinan pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bagaimana cara mengucapkan salam kepada penghuni kubur? Beliau menjawab: Ucapkan:<br /><br />اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَنْتُمْ لَنَا فَرْطٌ وَنَحْنُ اِنْ شَآءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ<br /><br />Assalâmu ‘alâ ahlid diyâr, minal mu’minîna wal muslimîn, antum lanâ farthun, wa nahnu insyâallâhu bikum lâhiqûn.<br /><br />Salam atas para penghuni kubur, mukminin dan muslimin, engkau telah mendahului kami, dan insya Allah kami akan menyusulmu.<br /><br />Atau mengucapkan salam seperti yang diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa):<br /><br />اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ اَهْلِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا اَهْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ بِحَقِّ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ كَيْفَ وَجَدْتُمْ قَوْلَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، يَا لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ بِحَقِّ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ اِغْفِـرْ لِمَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ، وَاحْشَـرْنَا فِي زُمْرَةِ مَنْ قَالَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ عَلِيٌّ وَلِيُّ اللهِ<br /><br />Assâlamu ‘alâ ahli lâ ilâha illallâh min ahli lâ ilâha illallâh , ya ahla lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh kayfa wajadtum qawla lâ ilâha illallâh min lâ ilâha illallâh, ya lâ ilâha illallâh bihaqqi lâ ilâha illallâh ighfir liman qâla lâ ilâha illallâh, wahsyurnâ fî zumrati man qâla lâ ilâha illallâh Muhammadun Rasûlullâh ‘Aliyyun waliyullâh.<br /><br />Salam bagi yang mengucapkan la ilaha illallah dari yang mengucapkan la ilaha illallah, wahai yang mengucapkan kalimah la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah, bagaimana kamu memperoleh kalimah la ilaha illallah dari la ilaha illallah, wahai la ilaha illallah dengan hak la ilaha illallah ampuni orang yang membaca kalimah la ilaha illallah, dan himpunlah kami ke dalam golongan orang yang mengu¬cap¬kan la ilaha illallah Muhammadur rasululullah Aliyyun waliyyullah.<br /><br />Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Barangsiapa yang memasuki areal kuburan, lalu mengucapkan (salam tersebut), Allah memberinya pahala kebaikan 50 tahun, dan mengampuni dosanya serta dosa kedua orang tuanya 50 tahun.”<br /><br />Kedua: membaca:<br />1. Surat Al-Qadar (7 kali),<br />2. Surat Al-Fatihah (3 kali),<br />3. Surat Al-Falaq (3 kali),<br />4. Surat An-Nas (3 kali),<br />5. Surat Al-Ikhlash (3 kali),<br />6. Ayat Kursi (3 kali).<br /><br />Dalam suatu hadis disebutkan: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar (7 kali) di kuburan seorang mukmin, Allah mengutus malaikat padanya untuk beribadah di dekat kuburannya, dan mencatat bagi si mayit pahala dari ibadah yang dilakukan oleh malaikat itu sehingga Allah memasukkan ia ke surga. Dan dalam membaca surat Al-Qadar disertai surat Al-Falaq, An-Nas, Al-Ikhlash dan Ayat kursi, masing-masing (3 kali).”<br /><br />Ketiga: Membaca doa berikut ini (3 kali):<br /><br />اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْئَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ اَنْ لاَتُعَذِّبَ هَذَا الْمَيِّتِ<br /><br />Allâhumma innî as-aluka bihaqqi Muhammadin wa âli Muhammad an lâ tu’adzdziba hâdzal may¬yit.<br />Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad janganlah azab penghuni kubur ini.<br /><br />Rasulullah saw bersabda:<br />“Tidak ada seorang pun yang membaca doa tersebut (3 kali) di kuburan seorang mayit, kecuali Allah menjauhkan darinya azab hari kiamat.”<br /><br />Keempat: Meletakkan tangan di kuburannya sambil membaca doa berikut:<br /><br />اَللَّهُمَّ ارْحَمْ غُرْبَتَهُ، وَصِلْ وَحْدَتَهُ، وَاَنِسْ وَحْشَتَهُ، وَاَمِنْ رَوْعَتَهُ، وَاَسْكِنْ اِلَيْهِ مِنْ رَحْمَتِكَ يَسْـتَغْنِي بِهَا عَنْ رَحْمَةٍ مِنْ سِوَاكَ، وَاَلْحِقْهُ بِمَنْ كَانَ يَتَوَلاَّهُ<br /><br />Allâhumarham ghurbatahu, wa shil wahdatahu, wa anis wahsyatahu, wa amin raw‘atahu, wa askin ilayhi min rahmatika yastaghnî bihâ ‘an rahmatin min siwâka, wa alhiqhu biman kâma yatawallâhu.<br /><br />Ya Allah, kasihi keterasingannya, sambungkan kesendiriannya, hiburlah kesepiannya, tenteramkan kekhawatirannya, tenangkan ia dengan rahmat-Mu yang dengannya tidak membutuhkan kasih sayang dari selain-Mu, dan susulkan ia kepada orang yang ia cintai.<br /><br />Ibnu Thawus mengatakan: Jika kamu hendak berziarah ke kuburan orang-orang mukmin, maka hendaknya hari Kamis, jika tidak, maka waktu tertentu yang kamu kehendaki, menghadap ke kiblat sambil meletakkan tangan pada kuburannya dan membaca doa tersebut.<br /><br />Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah kami berziarah ke orang-orang yang telah meningga? Beliau menjawab: Boleh. Kemudian aku bertanya lagi: Apakah mereka mengenal kami ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: “Demi Allah, mereka mengenal kalian, mereka bahagia dan terhibur dengan kehadiran kalian.” Aku bertanya lagi: Apa yang baca ketika kami berziarah kepada mereka? Beliau menjawab: bacalah doa ini:<br /><br />اللَّهُمَّ جَافِ اْلاَرْضَ عَنْ جُنُوبِهِمْ وَ صَاعِدْ إِلَيْكَ أَرْوَاحَهُمْ وَ لَقِّهِمْ مِنْكَ رِضْوَانًا وَ أَسْكِنْ إِلَيْهِمْ مِنْ رَحْمَتِكَ مَا تَصِلُ بِهِ وَحْدَتَهُمْ وَ تُونِسُ بِهِ وَحْشَتَهُمْ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ<br /><br />Allâhumma jâfil ardha ‘an junûbihim, wa shâ’id ilayka arwâhahum, wa laqqihim minka ridhwânâ, wa askin ilayhim mir rahmatika mâ tashilu bihi wahdatahum, wa tûnisu bihi wahsyatahum, innaka ‘alâ kulli syay-in qadîr.<br /><br />Ya Allah, luaskan kuburan mereka, muliakan arwah mereka, sampaikan mereka pada ridha-Mu, tenteramkan mereka dengan rahmat-Mu, rahmat yang menyambungkan kesendirian mereka, yang menghibur kesepian mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.<br />(Disarikan dari kitab Mafatihul Jinan, pasal 10, hlm 567-570)<br /><br />Wassalam,Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-28796477063172340062010-04-21T17:37:00.000-07:002010-04-21T17:37:51.368-07:00Dua Kumayl - Sadiq Ahangaran<object width="425" height="344"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/v4K-jRhIyZk&hl=en_US&fs=1"><param name="allowFullScreen" value="true"><param name="allowscriptaccess" value="always"><embed src="http://www.youtube.com/v/v4K-jRhIyZk&hl=en_US&fs=1" width="425" height="344" allowScriptAccess="never" allowFullScreen="true" wmode="transparent" type="application/x-shockwave-flash"></embed></object>Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-68289553103576259452010-03-14T04:31:00.000-07:002010-03-14T04:32:48.999-07:00Dosa-dosa yang Mengurangi Umur Manusia.Cucu Rasulullah SAW, Imam Ali Zainal Abidin (sa) menjelaskan faktor-faktor yang dapat mengurangi umur manusia. Dia mengatakan: “Dosa-dosa yang dapat mempercepat datangnya ajal ialah memutuskan silaturahim, sumpah palsu, ucapan bohong, zina, menutup jalan orang Mukmin, dan mengakui kepemimpinan yang tidak hak.” ((Maanil Akhbar, hlm. 271)<br /><br />Dalam hadis itu disebutkan mengenai adanya enam faktor yang menyebabkan dipercepatnya datangnya kerusakan dan kebinasaan. Pada baris-baris berikut ini kami uraikan sebagian faktor tersebut.<br />Barangkali pembaca yang mulia pernah menyaksikan dalam. hidupnya bukti-bukti mengenai adanya keterkaitan yang sedang kita bicarakan ini. Alangkah banyaknya orang-orang yang panjang umurnya, hidup dalam kebaikan dan kebahagiaan akibat silaturahim yang dia lakukan. Dan alangkah banyak orang yang menempuh kesengsaraan hidupnya akibat memutuskan tali silaturahim.<br /><br />Nash-nash agama dan riwayat banyak sekali yang menegaskan mengenai adanya keterkaitan tersebut. Kita sebutkan di sini sebagian saja.<br /><br />Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya ada orang yang menjalin silaturrahmi, yang sisa umurnya tinggal tiga tahun, kemudian Allah menambah umurnya menjadi tiga puluh tahu. Dan ada orang yang memutuskan silaturrahmi, yang sisa umurnya masih tiga puluh tahun, kemudian Allah menjadikan umurnya tiga tahun. Kemudian beliau membacakan firman Allah swt: ‘Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab’.” Ar-Ra’d/13: 39. (Safinah Al-Bihar 1: 514).<br /><br />Rasulullah saw. bersabda: ‘Silaturahim mempermudah hisab dan menghindarkan diri dari kematian yang jelek.”‘<br /><br />Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Sesungguhnya sumpah palsu, dan memutuskan tali silaturahim mengakibatkan rumah,rumah ditinggalkan oleh penghuninya.” (Dar Al-Salam, 3: 193)<br />Beliau juga mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah dari dosa-dosa yang mempercepat kebinasaan.”<br />Lalu ada salah seorang yang berdiri sambil bertanya: “Wahai Ali, adakah dosa yang dapat mempercepat kebinasaan?”<br />Beliau menjawab: “Ya, celaka engkau, memutuskan tali silaturahim.” (Ushul Al-Kafi 4: 48)Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-30454436945388795112009-04-25T06:56:00.001-07:002009-04-25T06:56:31.426-07:00Sinkronisasi BAN-PT dan EPSBEDTernyata selama ini belum ada sinkronisasi yang begitu apik antara program Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED). Padahal dari sisi teleleologis keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu bagaimana menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. keduanya hanya dibedakan oleh posisi kelembagaan, di mana BAN-PT bergerak di ranah penjaminan mutu eksternal terhadap program studi dan institusi perguruan tinggi, sementara EPSBED yang melakukan evaluasi adalah program studi itu sendiri, Evaluasi internal.<br /><br />Untuk itulah Dirjen Dikti, Fasli Jalal mengadakan pertemuan dengan BAN-PT pada 25/04 di Gedung E. lt. II Depdiknas. Dirjen yang baru menjabat 4 bulan ini mencoba melakukan sinkronisasi antara BAN-PT dan EPSBED agar efektifitas penjaminan mutu benar-benar tercapai di perguruan tinggi. Kata Dirjen, dengan sinkronisasi selain untuk memenuhi amanah Undang-Undang Sisdiknas tentang standar minimal nasional pendidikan dan target renstra, juga ini dalam rangka pertanggungan jawaban kita kepada publik dan juga dalam konteks kepuasan pelanggan (tailor made).<br /><br />Menurut Dirjen data EPSBED yang selama ini dikumpulkan tidak ubahnya bagaikan belantara data. Selama ini, program dikti yang sudah beroperasi semenjak 2002 ini asyik dengan data mikro (kasar) dan setiap semester dan tahun data semakin membesar. Akan tetapi dibalik itu kita lupa melakukan analisa dan membuat data agregatnya. Demikian juga begitu disagregat ke tingkat propinsi juga tidak bisa dilakukan dengan baik.<br /><br />BAN PT, menurut Dirjen bisa memanfaatkan data kasar yang dimiliki oleh EPSBED ini. Kalau sinkronisasi dan koordinasi sudah mantap, segala instrumen dan variabel EPSBED dan BAN-PT bisa lebih efektif dan dinamis lagi. Tidak terjadi redundancy dan variable yang muncul adalah variable dinamis. Apa yang sudah ada di BAN-PT misalnya tidak usah ada lagi di EPSBED.<br /><br />“Ke depan kapan perlu kita bersama-sama memiliki data base perguruan tinggi di Indonesia lengkap dengan video, foto-foto dari berbagai matra, sehingga akan terlihat mana perguruan tinggi yang hanya sekedara ruko-ruko saja dan mana yang betul-betul perguruan tinggi,” tambah Dirjen.<br /><br />Sementara itu BAN-PT yang berumur lebih tua dari EPSBED, beroperasi semenjak 1994, menghadapi problem akses dan sosialisasi. Karena BAN-PT sifatnya lembaga penjaminan mutu eksternal, perguruan tinggi menganggap akreditasi yang dilakukan BAN-PT sebagai hal yang Fakultatif saja.<br /><br />“Ada noise sedikit yang kami rasakan, di website dikti ada edaran yang mengatakan bahwa akreditasi hanyalah fakultatif saja. Di dalam Undang-Undang Sisdiknas juga belum disebut dengan tegas kewajiban akreditasi bagi perguruan tinggi dan program studi membuat akreditasi kurang dikenal, kata Kamanto Sunarto, Ketua BAN-PT. Sementara itu di sisi lain BAN-PT “dibebankan” target Renstra untuk mengakreditasi 15 ribu program studi sampai 2009.<br /><br />Husni Rahim, salah seorang anggota BAN-PT mengharapkan agar ada statemen Dirjen tentang BAN-PT ini. Menyambut usulan ini, Dirjen mengusulkan perlu ada rapat pimpinan khusus dengan seluruh eselon 2 dikti dengan BAN-PT. Sebelumnya, Dirjen meminta kepada kedua tim teknis EPSBED dan BAN-PT untuk bertemu, sehingga pertemuan nanti tidak di tataran makro lagi. Begitu bertemu sudah membicarakan langkah-langkah teknis apa yang bisa dilakukan. Semoga terwujud sistem penjaminan mutu perguruan tinggi yang terintegrasi.Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-36613911170738446622009-02-06T16:19:00.000-08:002009-02-06T16:20:58.736-08:00Wafatnya Umi Abiha Fatimah Az-Zahro (sa)Siang hari tanggal 13 jumadil awal dan menurut riwayat yang lain 3 jumaditsani, di saat matahari sudah mulai condong ke arah barat, Sayyidah Fatimah, putri Rasulullah SAW yang telah beberapa hari dalam keadaan sakit, terbangun dari tidurnya dan dengan penuh semangat, layaknya orang yang tidak sakit bangkit dari tempat tidurnya dan melakukan beberapa pekerjaan rumah termasuk diantaranya memandikan putranya beliau Hasan dan Husein. <br /> Tak lama kemudian Imam Ali bin Abi Thalib AS memasuki rumah dan dengan penuh keheranan melihart prilaku istrinya seraya bertanya: Wahai Fatimah sepertinya engkau telah sembuh dari sakitmu. Sang istri menjawab: Tidak, namun aku lakukan hal ini karena aku tahu sebentar lagi aku akan meninggalkan kalian, aku akan meninggalkan anak-anakku sebagai yatim, oleh karena itu biarkan aku melakukan semua ini untuk terakhir kalinya bagi mereka. <br /> Dengan penuh keheranan Imam Ali AS menanyakan dari mana kau tahu hal itu? Fatimah menjawab: Baru saja aku melihat ayahku Rasulallah dalam tidurku, dan aku sampaikan padanya apa yang aku dapatkan dari perlakuan para sahabatnya, lalu beliau mengatakan: Malam ini engkau akan bersamaku. <br /> Setelah urusan rumah dan anak-anak selesai, Fatimah mamanggil Imam Ali memohon beliau duduk di sampingnya seraya berkata: Wahai putra pamanku sungguh engkau ketahui, bahwa aku tidak pernah berbohong padamu selama hidupku, aku tidak pernah berkhianat padamu, aku tidak pernah melanggar perintahmu. Aku ingin mewasiatkan padamu beberapa hal, sudikah kau melaksanakannya?. <br /> Imam Ali dengan menangis menjawab: Wadai putri Rasulallah, engkau lebih mulia untuk melakukan kebohongan dan penghianatan, engkau adalah wanita yang paling takut dan bertaqwa kepada Allah, sampaikan segala apa yang engkau ingin wasiatkan, aku siap untuk melaksanakannya. <br /> Aku ingin jika aku telah meninggal nanti agar engkau mengawini, Ummamah, karena aku tahu dia sangat sayang dan mencintai Hasan dan Huseinku, selain itu aku tahu bahwa seorang laki-laki tidak bisa hidup tanpa seorang wanita. Berikan perhatianmu sehari buat istrimu dan sehari untuk Hasan dan Husein, sungguh murka Allah akan menimpakan kepada orang yang membunuh keduanya. Wasiat yang kedua lakukanlah segala urusan jenazahku di malam hari dan jangan sampai ada diantara meraka yang hadir. <br /> Setelah Imam Ali mengiyakan dan menyanggupi untuk melaksanakan seluruh wasiatnya, Imam Ali keluar dan tinggal Sayyidah Fatimah bersama Asma’ binti Umais dan Fidhah, kepada Asma’ beliau meminta untuk meletakan tempat tidur di tengah ruangan dan beliau sendiri masuk kamar mandi dan membersihkan seluruh tubuhnya. Mungkin beliau ingin membersihkan sisa-sisa darah yang masih menempel di tubuhnya akibat luka yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Mungkin beliau tidak ingin orang lain, sekalipun suaminya tahu atas luka yang di deritanya. <br /> Tak lama kemudian setelah mengenakan pakaiannya yang bersih beliau berbaring di tempat tidurnya dam matanya yang tajam beliau melihat ke atas serata berkata: <br />“Salam bagimu wahai Jibril, Salam bagimu wahai Rasullalah. Ya Allah bersama RasulMu, di dalam kerelaan dan surga yang penuh dengan kedamaian”<br /> Apakah kalian tidak apa yang aku lihat? Apakah yang anda lihat wahai putri Rasulallah? Kata mereka.Aku melihat rombongan penduduk langit, aku melihat Jibrail dan ayahku Rasulallah datang dan berkata padaku: Datanglah sungguh setelah ini akan kau dapatkan yang lebih baik untukmu. Kemudian beliau membuka matanya dan berkata: <br />“Salam bagimu wahai malaikat pencabut nyawa, cepatlah dan jangan kau siksa aku, KepadaMu Ya Allah dan bukan ke nerakaMu.”<br /> Setelah beliau memejamkan kedua matanya serta menjulurkan tubuhnya kedua kaki dan tangannya dan Innaa lillaaaa wa……..Asma’ tak kuasa lagi menahan dirinya, lalu dia membaringkan tubuhnya ke tubuh suci putri Rasul sambil menciumnya, seraya berkata: sampaikan salamku pada ayahmu Rasulullah. <br /> Saat itu juga masuklah Al-hasan dan Al-husain dengan penuh heran keduanya bertanya pada Asma’, wahai Asma’ apa yang mebuat ibuku tidur pada saat ini? Asma menjawab: Wahai putra Rasulullah ibumu tidak tidur, ibumu telah meninggal dunia. Imam Hasan merebahkan tubuhnya di kaki ibunya dan menciumnya, seraya berkata: Wahai ibuku: Jawablah panggilanku…………….! Begitu juga Imam Husein Wahai ibuku aku adalah putramu Husein jawablah panggilanku……………! Asma’ menyuruh keduanya untuk ke masjid dan memberi tahu ayahnya. <br /> Madinah kembali berduka seperti hari wafatnya Rasulullah, sahabat berbondong-bondong mendatangi rumah putri Rasul. Azan magrib telah terdengar, Imam Ali menyuruh Abu dzar menyampaikan pada hadirin bahwa pelaksanaan sholat penguburan Fatimah tertunda.<br /> Pada malam harinya disaat penduduk kota Madinah terlelap dalam tidurnya Imam Ali melaksanakan wasiat putri Rasul, beliau memandikannya dengan dibantu oleh Asma’ dan setelah itu mengkafani dan mentahnithi dengan hanuth yang dibawa Jibrail yang diberikan kepada Rasulullah dan Rasul menyuruh untuk dibagi tiga, untuk beliau, putrinya Fatimah dan Imam Ali. <br /> Setelah selesai semua itu beliau menyuruh Imam Hasan, Imam husein, Zainab dan Ummu kultsum untuk memeluk ibunya untuk terahir kalinya dengan bersabda: halummu watazawwadu min ummikum wazadzaal firaaq wal liqaa’filjannah.<br /> Merekapun menangis dan memeluk ibu tercinta. Imam Ali pun dengan perasaan yang hancur melihat adegan yang paling menyedihkan dan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Kemudian beliau bersabda: Demi Allah aku melihat Fatimah menjulurkan tangannya dan memeluk Al- Hasan dan Al- Husein ke dadanya sungguh pemandangan yang tidak membuat penduduk dunia saja namun para malaikat ikut bersedih dan menangis, sampai Imam Ali mendengar teriakan dari langit, Wahai Ali angkat kedua anakmu sungguh semua penduduk langit tidak tahan lagi melihatnya.<br />Setelah menyolatkan dengan para sahabat khusus Imam menguburkan putri Rasulullah dengan mengucapkan: <br />“Salam bagimu Wahai Rasullullah dariku dan dari putrimu, kini ku kembalikam amanat yang engkau berikan padaku, sungguh berat bagiku perpisahan ini, perbanyaklah pertanyaan mu padanya dia akan menceritakan padamu semuanya. Sungguh kesedihanku akan berkepanjangan jika engkau tidak memberikan contoh pada kami untuk bersabar, maka tentu aku tidak akan meninggalkan tempat ini, salam sejahtera bagimu berdua dari seorang yang meninggalkanmu bukan karena bosan dan benci, namun karena janji Allah kepada orang-orang sabar.”<br /><br />Wassalam,Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-5232951178493425622009-02-06T15:50:00.000-08:002009-02-06T15:51:50.295-08:00Biografi Singkat Sayidah Fathimah Maksumah (as).Sayidah Maksumah AS merupakan salah satu putri Imam Musa Al-Kadzim AS dan saudari Imam Reza AS. Beliau terkenal dengan kemuliaan, terpuji, ahli ibadah, memiliki kedudukan tinggi dan sangat bertakwa. Penulis kitab ‘Nasikh-Tawarikh’ dalam menggambar kedudukan beliau mengatakan bahwasanya beliau sebagai kekasih Allah swt (waliyatullah), manusia suci, ahli ibadah, seorang yang zuhud dan sangat bertakwa. Beliau memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah swt. Abul-Qasim dalam karyanya mengatakan bahwa di antara para putri Imam Musa Al-Kadzim AS hanyalah Sayidah Fathimah yang bergelar Maksumah (suci dari dosa dan kesalahan). Begitupula Syeikh Abbas Qummi dalam salah satu karyanya menyatakan bahwa berdasarkan sumber yang sampai kepada kita, Sayidah Maksumah merupakan putri termulia di antara para putri Imam Kadzim AS.<br />Mukaddimah;<br />Ziarah kubur merupakan salah satu perjalanan spiritual manusia menuju Allah SWT. Terutama, ketika yang diziarahi tersebut adalah pribadi yang memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Namun, di satu sisi kita tidak akan merasakan kekhusukan dan hubungan ruhani dengan pribadi yang kita ziarahi, jika tidak mengenal sisi kehidupan, kepribadian dan kedudukannya di sisi Allah SWT. Semoga tulisan ringkas ini, dapat membantu para penziarah untuk dapat mencapai kekhusukan dalam berziarah. <br /> Biografi<br />Nama: Fathimah Kubro (sa).<br />Gelar: Maksumah dan Karimah Ahlu-Bayt.<br />Nama ayah: Musa bin Jakfar (Imam ke-7).<br />Nama ibu: Najmah Khatun.<br />Tempat lahir: Madinah.<br />Tanggal lahir: Satu Dzulqaidah 173 HQ (berdasarkan pendapat masyhur), dan wafat pada tanggal 10 Rabi’ ats-Tsani 201 HQ (usia beliau ketika wafat adalah dua puluh delapan tahun). Berdasarkan pendapat masyhur beliau meninggal karena diracun.<br />Sayidah Maksumah as merupakan salah satu putri Imam Kazim as dan saudari Imam Ridho as. Beliau terkenal dengan kemuliaan, terpuji, ahli ibadah, memiliki kedudukan tinggi dan sangat bertakwa. Penulis kitab ‘Nasikh-Tawarikh’ dalam menggambar kedudukan beliau mengatakan bahwasanya beliau sebagai kekasih Allah SWT (waliyatullah), manusia suci, ahli ibadah, seorang yang zuhud dan sangat bertakwa. Beliau memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah swt. Abul-Qasim dalam karyanya mengatakan bahwa di antara para putri Imam Kazim as hanyalah Sayidah Fathimah yang bergelar Maksumah (suci dari dosa dan kesalahan). Begitupula Syeikh Abbas Qummi dalam salah satu karyanya menyatakan bahwa berdasarkan sumber yang sampai kepada kita, Sayidah Maksumah merupakan putri termulia di antara para putri Imam Kazim as. Kuburan beliau merupakan tempat berteduhnya para pendoa, dan kelahiran serta kedudukan mulia beliau telah disampaikan oleh Imam Shadiq as beberapa tahun sebelum kelahirannya.<br /> Masuknya Sayidah Maksumah ke kota suci Qom:<br />Allamah Majlisi berkaitan dengan sejarah kota Qom yang telah dinukil dari para ulama Qom menukil bahwa pada Tahun 200 HQ Imam Ridho as dengan undangan -undangan paksaan, hal ini dapat dilihat dalam sejarah kehidupan Imam Ridho as, dimana orang yang telah meracun Imam Ridho as hingga syahid ialah Makmun Abbasy salah satu khalifah Abassiyah- Makmun Abbasy mendatangi kota Khurasan. Setahun setelahnya, saudari beliau, Sayidah Maksumah as karena rasa rindu yang sangat terhadap kakaknya lantas menyusulnya. Namun, ketika perjalanan Sayidah Maksumah as baru sampai di kota Soweh, beliau jatuh sakit. Sewaktu beliau menyaksikan kondisinya yang buruk, lantas menanyakan kepada rombongan tentang jarak antara Soweh dan Qom.Mereka memberitahukan kepada beliau bahwa jaraknya sangat dekat, yaitu kurang lebih 8 Farsakh. Setelah mendengar hal itu, kemudian Sayidah Maksumah meminta kepada rombongan untuk pergi ke Qom dan menjadikannya sebagai tempat tinggal. Sewaktu para putra Sa’ad Asy’ari yang terkenal sebagai pengikut setia para Imam as (para Syi’ah yang setia) mendengar berita kedatangan beliau di kota Soweh, lantas mereka pergi untuk menyambut kedatangannya dan setelah itu membawa beliau ke kota Qom. Di kota Qom Sayidah Maksumah tinggal di rumah Musa bin Khazraj bin Asy’ari. Tidak lama setelah itu, yakni kira-kira setelah 16 atau 17 hari tinggal di kota Qom lantas beliau meninggal dunia menemui kekasih Sejatinya.<br />Penulis kitab ‘Tarikh Qom’ mengatakan: “Husein bin Ali bin Bobawaeh telah memberitahukan kepadaku bahwa Muhamad bin Hasan bin Walid berkata: “Sewaktu Sayidah Maksumah as wafat, lantas mereka memandikan dan mengakafani jasad sucinya, setelah itu diletakan di sebuah tempat di bawah tanah yang telah digali sebelumnya dan disediakan untuk kuburan Sayidah Maksumah AS. Kemudian keluarga Sa’ad bermusyawarah barang sebentar untuk menentukan siapakah orang yang memiliki kelayakan dalam meletakan jenazah Sayidah Maksumah as ke kuburannya. Akhirnya mereka bersepakat agar jenazahnya diletakkan oleh pelayannya yang bernama Qadir, seorang kakek tua namun terkenal dengan kealiman dan kesalehannya. Namun sebelum Qadir tiba, tiba-tiba mereka menyaksikan dua orang menunggang kuda datang dengan cepat menghampiri jenazah Sayidah Maksumah as, lantas mereka turun dari kuda, melakukan solat jenazah dan menguburkan jenazah Sayidah Maksumah di tempat yang telah disediakan di bawah tanah. Seusai itu, kemudian mereka keluar dari bawah tanah dan menunggangi kuda serta pergi dengan cepat tanpa ada seorangpun yang hadir mengenalnya siapakah kedua orang tak dikenal itu? Imam Hasan AS dan Imam Husein AS kah?, Imam Kazim as atau Imam Ridho as kah? Hanya Allah swt saja yang mengetahuinya”.<br />Beberapa Keramat Sayidah Fathimah Maksumah AS;<br />Sebenarnya, banyak sekali kisah yang akurat tentang orang-orang yang telah mendapatkan syafa’at beliau. Baik pengkabulan hajat, penyembuhan orang-orang yang sakit dan lainnya. Demi menjaga keringkasan, di sini hanya akan menyebutkan dua cerita saja: <br />• Almarhum Ayatullah Mar’asyi Najafi (salah satu marja besar dimasanya, yang memiliki salah satu perpustakaan terbesar di Iran. Perpustakaan beliau terletak tidak jauh dari makam Sayidah Maksumah as) telah menukil: Ayahku, almarhum Ayatullah Sayid Mahmud Mar’asyi, tinggal di kota Najaf (salah satu kota di Irak). Beliau sangat bersemangat untuk dapat menemukan makam neneknya, Sayidah Fathimah Zahro (as) melalui melakukan beberapa amalan. Untuk mencapai tujuannya, lantas beliau menyelesaikan amalan-amalan tertentu selama 40 hari berturut-turut, dengan berharap, melalui pelaksanaan amalan tersebut beliau dapat mengetahui makam Sayidah Fathimah az-Zahra (as). Pada malam ke-40, selepas menyelesaikan amalan dan bertawasul yang banyak, lantas beliau tertidur. Di alam mimpi beliau bertemu dengan Imam Baqir (as) atau Imam Shadiq (as), kemudian Imam berkata kepadanya: “Alaika bi Karimati Ahli Bayt (berpegang teguhlah kepada Karimah Ahlu Bayt)”. Ayahku mengira, maksud dari karimah ahlu-bayt adalah Sayidah Fathimah Zahro (as). Lalu beliau berkata: “Ya, wahai yang jiwaku sebagai tebusannya! Aku telah melakukan semua amalan ini adalah supaya dapat mengetahui dengan jelas kuburannya, sehingga aku dapat menziarahinya”. Kemudian Imam (as) berkata: “Maksudku, makamnya Sayidah Maksumah di Qom”. Imam melanjutkan perkataannya: “Demi kemaslahatan, Allah swt menghendaki kuburan beliau tetap menjadi misteri bagi semuanya. Oleh karena itu, Tuhan telah menetapkan makam Sayidah Maksumah sebagai perwujudan makam Sayidah Fathimah Zahro (as), dan Dia pun menjadikan makamnya semegah dan seagung makam Sayidah Fathimah Zahro (as)”. Setelah mimpi itu, lantas ayahku bertekad berhijrah ke Qom bersama anggota keluarganya, agar selalu dapat menziarahi makam Sayidah Maksumah as.<br />• Kisah ini dinukil secara mutawatir, bahwa seorang yang berkhidmat –menjadi pelayan- di makam Sayidah Maksumah, yang bernama Mirza Asadullah terkena penyakit lumpuh. Dimana kakinya tidak berasa dan lumpuh, dan semua jemari kakinya menjadi berwarna hitam. Sementara tidak ada satupun dokter yang sanggup untuk menyembuhkannya, bahkan mereka sepakat untuk mengamputasi kakinya. Sehari sebelum waktu pengamputasian, Asadullah berkata pada dirinya: “Jika memang besok hari kakiku harus di amputasi, sebaiknya malam ini aku tinggal di haram (makam) Sayidah Maksumah as dan bertawasul –menjadikan beliau sebagai perantara agar Allah swt menyembuhkan penyakitnya. pen- kepadanya”. Lantas setelah itu, seseorang membawanya ke haram Sayidah Maksumah as. Ketika tengah malam tiba, dimana waktunya Haram ditutup, Asadullah meletakan dirinya di kaki kuburan Sayidah Maksumah as. Ia mengadukan semua penyakitnya kepada Sayidah Maksumah as, dan memohon kepadanya supaya beliau memohonkan kepada Allah swt agar penyakitnya dapat disembuhkan. Ia berdoa, bertawasul dan merintih sampai pagi. Di saat pagi masih gelap, tiba-tiba para pelayan (pengkhidmat) Haram mendengar suara jalan Asadullah dari balik pintu dan seraya berteriak: “Tolong Buka pintu, Allah swt telah mengasihiku, dengan syafa’at Sayidah Maksumah as penyakitku telah sembuh”. Lantas mereka membukakan pintu, dan mereka pun melihat Asadullah dalam keadaan senang, serta penyakitnya telah sembuh. Kemudian Asadullah menceritakan peristiwa tersebut: “Seorang perempuan agung telah mendatangiku, sambil berkata: “Ada apa?” saya menjawab: “Penyakit telah menyebabkan kakiku lumpuh, aku memohon kepada Allah swt, hidup atau mati”. Lalu perempuan agung tersebut, mengusapkan beberapa kali ujung kerudungnya ke kakiku, seraya berkata: “Allah swt telah menyembuhkanmu”. Setelah itu aku merasakan kakiku sudah sembuh, dan sama sekali tidak merasakan sakit apapun. Kemudian aku bertanya kepada perempuan agung tersebut: “Siapakah anda?” beliau menjawab: “Apakah kamu tidak mengenalku! Padahal engkau adalah penghidmat di tempatku ini, aku adalah Fathimah binti Musa bin Jakfar (Sayidah Fathimah Maksumah as)”.<br />Tata Cara dan Adab Berziarah:<br />1. Membaca doa masuk berikut ini :<br />2. Menghadap kiblat ketika telah sampai di makam Sayidah Maksumah. <br />3. Membaca Tasbih Zahra (Allahu Akbar 34x, Alhamdulillah 33x, dan Subhanallah 33x).<br />4. Membaca doa Ziarah berikut ini :<br />Salam sejahtera atas Adam as, manusia pilihan Allah swt. Salam sejahtera atas Nuh as, sebagai nabi Allah swt. Salam sejatera atas Ibrahim as, manusia pilihan Allah swt. Salam sejahtera atas Musa as, kalimullah (obyek perkataan Allah swt). Salam sejahtera atas Isa as, Ruh Allah swt. Salam sejahtera atas-mu wahai Rasulullah saww, salam sejahtera atas-mu wahai sebaik-baiknya makhluk Allah swt, salam sejahtera atas-mu wahai manusia pilihan Allah swt, salam sejahtera atas-mu wahai Muhammad bin Abdullah, penutup para nabi.<br />Salam sejahtera atas-mu wahai Amirulmukminin Ali bin Abu Thalib as, sebagai pengganti Rasulullah saww. Salam sejahtera atas-mu Wahai Fathimah as, penghulu para wanita seluruh alam. Salam sejahtera atas engkau sekalian, wahai cucu Rasulullah saww (Imam Hasan as dan Imam Husain as). Salam sejahtera atas-mu, wahai Ali bin Husain as, penghulu orang-orang yang beribadah dan cahaya mata bagi orang-orang yang melihatnya. Salam sejahtera atas-mu wahai Muhammad bin Ali as, pembelah ilmu pasca Rasulullah saww. Salam sejahtera atas-mu wahai Jakfar bin Muhammad as, yang sangat benar perkataannya, yang sangat baik dan terpercaya. <br />Salam atas-mu wahai Musa bin Jakfar as, yang suci dan disucikan. Salam sejahtera atas-mu wahai Ali bin Musa as, yang meridhai dan diridhai. Salam sejahtera atas-mu wahai Muhammad bin Ali as, yang yang suci. Salam sejahtera atasmu wahai Ali bin Muhammad as, yang suci, penasehat dan yang terpercaya. Salam sejatera atas-mu wahai Hasan bin Ali as, dan salam sejahtera atas penggantinya setelahnya. Ya Allah, curahkanlah salam sejahtera atas cahaya-Mu, pelita-Mu, wali kekasih-Mu, penerus washi-Mu (Nabi Muhammad), dan bukti bagi seluruh makhluk-Mu. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Rasulullah saww. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Fathimah as dan Khadijah as. Salam sejahtera atasmu, wahai putri Amirulmukminin as.<br />Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Hasan as dan Husain as. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri kekasih Allah swt. Salam sejahtera atas-mu, wahai saudari kekasih Allah swt. Salam sejahtera atas-mu, wahai bibi kekasih Allah swt. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Musa bin Jakfar as, semoga salam dan berkah senantiasa dicurahkan atasnya. Salam sejahtera atas-mu, Allah swt hendak memperkenalkan antara engkau dan kami kelak di surga, membangkitkan kami dibarisan-mu, memasukkan kami ke telaga-mu, dan memberi kami air dengan menggunakan cawan kakek-mu Rasulullah saww melalui tangan Ali bin Abu Thalib as -semoga shalawat Allah swt senantiasa tercurahkan atas engkau sekalian-diriku memohon kepada Allah swt untuk menunjukkan kegembiraan dan kelapangan-mu kepada kami, mengumpulkan kami dan engkau sekalian berada pada barisan kakek-mu, Nabi Muhammad saww, untuk tidak mencabut dari kami pengenalan terhadap-mu, sesungguhnya Dia adalah pemilik kekuatan. <br />Aku mendekatkan diri kepada Allah swt dengan cara mencintai-mu, dengan berlepas tangan dari semua musuh-mu. Aku Menerima (semua perintah Allah swt) atas dasar kerelaan, bukan atas dasar penolakan dan kesombongan. Aku meyakini segala apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad saww, dengan penuh kerelaan. Dan dengan segala (keyakinan-ku itu), aku menginginkan diri-Mu, wahai junjungan-ku! Ya Allah! Hamba memohon keridhoan-Mu dan kehidupan akhirat. Wahai junjungan-ku Sayidah Maksumah! Syafa’atilah diri-ku di surga, karena engkau memiliki kedudukan yang sangat agung di sisi Allah swt. <br />Ya Allah! Hamba memohon kepada-Mu, akhirilah (kehidupan)-ku dengan kebahagiaan. Janganlah Engkau cabut segala apa yang aku miliki, tiada daya dan upaya melainkan dengan kekuatan Allah Yang Maha Tinggi dan Agung. Ya Allah! Kabulkanlah segala permohonan-kami, dan kabulkanlah hal tersebut dengan melalui kemurahan-Mu, kemuliaan-Mu, kasih sayang-Mu dan ….,dan curahkanlah shalawat dan salam atas Muhammad saww dan seluruh keluarga-nya, yang sebanyak-banyaknya salam, wahai Yang Maha Pengasih lagi Penyayang.<br />Catatan:<br />• Melihat kedudukan agung yang dimiliki oleh Sayidah Maksumah as, tidak mungkin beliau hanya karena kecintaan kepada kakaknya saja, hanya karena sebagai saudaranya menyusul Imam Ridho as dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh dan sulit antara kota Madinah dan Qom (Iran). Namun lebih dari itu, dari pengenalan yang dimiliki oleh Sayidah Maksumah as terhadap kedudukan Imam Ridho as, beliau mencintai Imam Ridho as selain sebagai kakaknya yang lebih penting ialah sebagai Imam Zamannya dan kecintaan yang tinggi terhadap Imam Zamannya. Seperti halnya kecintaan Sayidah Zainab Kubro as terhadap Imam Husein as sebagai Imam zaman -masa- nya. <br />• Makam suci Sayidah Fathimah Maksumah (adiknya Imam Ridho as) terletak di kota suci Qom. Para penziarah datang dari berbagai penjuru dunia untuk menziarahi tempat suci ini. Mudah-mudahan para pecinta Ahlu-Bayt as dimana pun berada diberikan inayah untuk dapat menziarahinya.<br /><br />Wassalam' Wr Wb,Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-5317414962912773192009-01-22T20:21:00.000-08:002009-01-22T20:22:54.814-08:00Doa ziarah ini disunnahkan untuk dibaca setiap hari Sabtu, dikutip dari kitab Mafatihul Jinan (kunci-kunci surga):Bismillâhir Rahmânir Rahîm<br />Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad<br /><br />Dengan asma AllahYang Maha Pengasih dan Maha Penyayang<br />Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya<br /><br />Asyahadu allâ ilâha illallâhu wahdahu lâ syarîkalah<br />Aku bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya<br /><br />Wa asyhadu annaka rasûluhu wa annaka Muhammadubnu ‘Abdillah<br />Aku bersaksi engkau adalah Muhammad putera Abdillah<br /><br />Wa asyhadu annaka qad ballaghta risâlâti rabbika wa nashahta liummatika wa jâhadta fî sabîlillâhi bil-hikmati wal-maw’izhatil hasanah wa addaytal ladzî ‘alayka minal haq<br /><br />Aku bersaksi engkau telah menyampaikan semua risalah Tuhanmu, telah menasehati ummatmu, berjuang di jalan Allah dengan bijaksana dan nasehat yang baik, dan engkau telah menyampaikan kebenaran.<br /><br />Wa annaka qad raufta bil-mu’minîna wa ghaluzhta ‘alal kâfirîn wa ‘abadtallâha mukhlishan hattâ atâkal yaqîn faballaghallâhu bika asyrafa mahallal mukarramîn.<br /><br />Aku bersaksi engkau sangat menyayangi orang-orang mukmin dan bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, engkau mengabdi kepada Allah dengan tulus ikhlas sehingga engkau dipanggil ke haribaan-Nya, lalu Allah mengkaruniakan padamu kedudukan yang paling mulia dari kedudukan orang-orang yang dimuliakan.<br /><br />Alhamdulillâhil ladzistanqadzanâ bika minasy syirki wadh-dhalâlah, Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi.<br /><br />Segala puji bagi Allah yang menyelamatkan kami denganmu dari kemusyrikan dan kesesatan. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.<br /><br />Waj’al shalawâtika wa shalawâti malâikatikal muqarrabîna wa anbiyâikal mursalîn wa ‘ibâdikakash shâlihîn wa ahlis samâwâti wal-aradhîn wa man sabbaha laka yâ Rabbal ‘âlamîn minal awwalîna wal-âkhirîn.<br /><br />Curahkan shalawat-Mu, shalawat para malaikat-Mu al-muqarrabin, para nabi-Mu, hamba-hamba-Mu yang shaleh, shalawat semua penghuni langit dan bumi, dan shalawat hamba-Mu yang selalu bertasbih kepada-Mu dari hamba-Mu yang terdahulu dan terakhir ya Rabbal ‘alamin.<br /><br />‘alâ Muhammadin ‘abdika wa rasûlika wa nabiyyika, wa amînika wa najîbika wa habîbika, wa shafiyyika wa shafwatika, wa khâshshatika wa khâlishatika wa khiyaratika min khalqika.<br /><br />Curahkan semua shalawat itu kepada Muhammad hamba-Mu, rasul-Mu dan nabi-Mu, kepercayaan-Mu, kemuliaan-Mu dan kekasih-Mu, pilihan-Mu dan kesucian-Mu, keistimewaan-Mu, ketulusan-Mu dan pilihan-Mu dari semua makhluk-Mu.<br /><br />Wa a’thil fadhla wal fadhîlah, wal-wasîlata wad darajatar rafî’ah, wab’ats-hu maqâmam mahmûdâ yaghbithuhu bihil awwalûna wal-âkhirûn.<br /><br />Karuniakan kepada Rasulullah saw keutamaan dan yang paling utama, wasilah dan derajat yang agung. Anugerahkan padanya kedudukan yang terpuji yang diinginkan oleh orang-orang terdahulu dan belakangan.<br /><br />Allâhumma innaka qulta: “Walau annahum idz zhalamû anfusahum jâûka fastaghfarullâha wastaghfara lahumul rasûlu lawajullâha tawwâbar rahîmâ.”<br /><br />Ya Allah, Engkau berfirman: “Sekiranya mereka ketika menzalimi diri mereka datang kepadamu, lalu mereka memohon ampun kepada Allah dan Rasulpun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka dapati Allah Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang.” (An-Nisa’: 64).<br /><br />Ilâhî faqad ataytuka nabiyyaka mustghfuran tâiban min dzunûbî fashalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi waghfirhâlî.<br />Ilahi, Tuhanku, aku datang kepada Nabi-Mu untuk memohon ampun dan taubat dari dosa-dosaku. Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, dan ampuni dosa-dosaku.<br /><br />Yâ Sayyidanâ atawajjahu bika wa bi-ahli baytika ilallâhi ta’âlâ Rabbika wa Rabbî liyaghfirahâlî.<br /><br />Duhai Junjungan kami, denganmu dan Ahlul baitmu aku datang menghadap kepada Allah swt Tuhanmu dan Tuhanku agar Dia mengampuni dosa-dosaku.<br /><br />Innâ lillâhi wa innâ ilayhi râji’ûn (3 kali)<br />Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.<br /><br />Ushibnâ bika yâ habîba qulubinâ famâ a’zhamal mushîbata bika haytsunwatha’a ‘annal wahyu wa haytsu faqadnâka fainnâ lillâhi wa innâ ilayhi râj’ûn.<br /><br />Duhai kekasih hati kami, kami merasakan musibah yang menimpa keluargamu. Betapa besar musibah setelah kepergianmu dan setelah kau tinggalkan kami. Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. <br /><br />Yâ Sayyidanâ yâ Rasûlallâh shalawâtullahi ‘alayka wa ‘alâ âli baytikath thâhirîn.<br />Duhai Junjungan kami, ya Rasulallah, semoga shalawat Allah senantiasa mencurahkan kepadamu dan Ahlul baitmu yang suci.<br /><br />Hâdzâ yawmus sabti wa huwa yawmuka wa anâ fîhi dhayfuka wa jâruka fa-adhifnî wa ajirnî<br />Hari ini adalah hari Sabtu. Hari Sabtu adalah harimu. Pada hari ini aku adalah tamumu <br />dan tetanggamu. Maka jamulah aku dan tolonglah aku.<br /><br />Fainnaka karîmun tuhibbudh dhiyâfah wa ma’mûrun bi-ijârah.<br />Sesungguhnya engkau adalah orang yang dermawan, suka menjamu tamu, dan diperintahkan untuk memberi pertolongan.<br /><br />Fa-adhifnî wa ahsin dhiyâfatî, wa ajirnâ wa ahsin ijâratanâ bimanzilatillâhi ‘indaka wa ‘inda âli baytika, wa bimanzilatihim ‘indahu wa bimastawda’akum min ‘ilmihi fainnahu Akramal akramîn.<br /><br />Maka jamulah daku dengan jamuan yang terbaik, tolonglah kami dengan pertolongan yang terbaik di sisi Allah di dekatmu dan di dekat Ahlul baitmu, dengan kedudukan mereka di sisi Allah dan dengan ilmu-Nya yang dititipkan kepadamu, sesungguhnya Allah Maha Mulia dari semua yang memuliakan.<br /><br />Assalâmu’alayka yâ Rasûlallâh wa rahmatullâhi wa barakâtuh<br />Salam atasmu ya Rasulallah, semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan keberkahan-Nya kepadamu<br /><br />Assalâmu’alayka yâ Muhammadubnu ‘Abdillâh<br />Salam atasmu duhai Muhammad bin Abdillah<br /><br />Assalâmu’alayka yâ khiyatallâh<br />Salam atasmu duhai pilihan Allah<br /><br />Assalâmu’alayka yâ habîballâh<br />Salam atasmu duhai kekasih Allah<br /><br />Assalâmu’alayka yâ shifwatallâh<br />Salam atasmu duhai pilihan Allah<br /><br />Assalâmu’alayka yâ amînallâh<br />Salam atasmu duhai kepercayaan Allah<br /><br />Asyhadu annaka rasûlullâh wa asyhadu annaka Muhammadubnu ‘Abdillâh<br />Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasul Allah, dan aku bersaksi engkau adalah Muhammad putera Abdillah<br /><br />Wa asyhadu annaka qad nashahta liummatika wa jâhadta fî sabîli Rabbika, wa ‘abadtallâha hattâ atâkal yaqîn, fajazâkallâhu yâ Rasûlallâh afdhala mâ jazâ nabiyyan ‘an ummatihi.<br /><br />Aku bersaksi bahwa engkau telah menasehati ummatmu, telah berjuang di jalan Tuhanmu, <br />mengabdi kepada-Nya sehingga engkau dipanggil ke haribaan-Nya, semoga Allah <br />membalasmu ya Rasulallah dengan karunia yang paling utama dari apa yang dikaruniakan kepada para nabi. <br /><br />Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad afdhala mâ shallayta ‘alâ Ibrâhîma wa âli Ibrâhim innaka Hamîdum Majîd.<br /><br />Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad shalawat yang lebih utama dari shalawat yang kau sampaikan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.<br />(Dikutip dari kitab Mafâtihul Jinân, kunci-kunci surga)<br /><br />Yang berminat tek arab doa ziarah ini, bisa copi dari Milis “Keluarga Bahagia” atau milis “Shalat-doa” atau hubungi Sekretariat Yayasan Al-Mushthafa.<br /><br />Wassalam,Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-60567119603073169452009-01-21T22:38:00.000-08:002009-01-21T22:39:56.492-08:00Perintah Bershalawat dan Keutamaannya.Allah swt memerintahkan kita agar bershawat kepada Rasulullah saw dan keluarganya (sa): "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkan salam kepadanya." (Al-Ahzab: 56).<br /><br />Rasulullah saw bersabda:<br />"Sebagaimana orang bermimpi, aku pernah bermimpi pamanku Hamzah bin Abdullah dan saudaraku Ja'far Ath-Thayyar. Mereka memegang tempat makanan yang berisi buah pidara dan mereka makan sebentar, kemudian buah pidara itu berubah menjadi buah anggur. Kemudian mereka makan sebentar dan buah anggur itu berubah menjadi buah kurma yang masih segar. Kemudian mereka makan sebentar, lalu aku mendekati mereka dan bertanya kepada mereka: Demi ayahku jadi tebusan kalian, amal utama apakah yang kalian dapatkan? Mereka menjawab: Demi ayahku dan ibuku jadi tebusanmu, kami dapatkan amal yang paling utama adalah shalawat kepadamu, memberi minuman, dan cinta kepada Ali bin Abi Thalib (sa)." (Ad-Da'awat Ar-Rawandi, halaman 90, bab 224, hadis ke 227)<br /><br />Rasulullah saw bersabda:<br />"Ketika aku diperjalankan di malam hari untuk mi'raj ke langit, aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan di setiap tangannya seribu jari-jemari. Ketika ia sedang menghitung dengan jari-jarinya, aku bertanya kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang ia hitung? Jibril menjawab: ia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi.<br />Aku bertanya kepada malaikat itu: Apakah kamu mengetahui jumlah tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia? Ia menjawab: Ya Rasulallah, demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran kepada makhluk-Nya, aku tidak hanya mengetahui setiap tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi<br />aku juga mengetahui secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di daratan, di bangunan, di perkebunan, di daratan yang bergaram, dan di pekuburan.<br /><br />Rasulullah saw bersabda: Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam perhitungan. Ia berkata: Ya Rasulallah, ada yang tak sanggup aku menghafal dan mengingatnya dengan perhitungan tangan dan jari-jemariku.<br />Rasulullah saw bertanya: Perhitungan apakah itu? Ia menjawab: Aku tidak sanggup menghitung pahala shalawat yang disampaikan oleh sekelompok ummatmu ketika namamu disebut di suatu majlis." (Al-Mustadrah, Syeikh An-Nuri, 5: 355, hadis ke 72)<br /><br />Rasulullah saw bersabda: "Pada hari kiamat nanti semua kaum muslimin akan melihatku kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang tidak bershalawat kepadaku ketika namaku disebutkan." (Jamus Sa'adah 2: 263).<br /><br />Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata:<br />"Ketika nama Nabi saw disebutkan, maka perbanyaklah bershalawat kepadanya, sesungguhnya orang yang bershalawat kepada Nabi saw satu kali, Allah bershalawat kepadanya seribu kali bersama seribu barisan malaikat. Tidak ada satu pun makhluk Allah kecuali ia bershalawat kepada hamba-Nya karena Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepadanya. Barangsiapa yang tidak mencintai shalawat, ia adalah orang<br />yang jahil dan ghurur (tertipu). Allah dan Rasul-Nya serta Ahlul baitnya berlepas diri darinya." (Al-Kafi, jilid 2, halaman 492)<br /><br />Ketika menjelaskan makna firman Allah swt: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi... Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata: "Shalawat dari Allah azza wa jalla adalah rahmat, shalawat dari malaikat adalah pensucian, dan shalawat dari manusia adalah doa." (Ma'anil akhbar, halaman 368)<br /><br />Shalawat dan Mizan amal<br />Rasulullah saw bersabda: "Pada hari kiamat nanti aku akan berada di dekat mizan amal. Barangsiapa yang amal buruknya lebih berat dari amal baiknya, aku akan datang bersama shalawat sehingga amal baiknya lebih berat berkat shalawat itu." (Tsawabul A'mal, halaman 186)<br /><br />Muhammad Al-Baqir (sa):"Tidak ada suatupun amal yang lebih berat dalam mizan amal daripada shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.<br />Ssesungguhnya akan ada seseorang yang ketika amalnya diletakkan di mizan amal, timbangan amalnya miring. Kemudian Nabi saw mengeluarkan shalawat untuknya dan meletakkan di mizan amalnya, maka beruntunglah ia berkat shalawat itu." (Al-Kafi, jilid 2, halaman 494)<br /><br />Shalawat dan Pengampunan dosa<br />Rasulullah saw bersabda:"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku tiga kali setiap hari dan tiga kali setiap malam karena cinta dan rindu kepadaku, maka Allah azza wa jalla berhak mengampuni dosa-dosanya pada malam itu dan hari itu." (Ad-Da'awat Ar-Rawandi, halaman 89, hadis ke 226)<br /><br />Rasulullah saw bersabda:"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku saat akan membaca Al-Qur'an, maka malaikat akan selalu memohonkan ampunan baginya selama namaku berada di dalam Al-Qur'an." (Al-Biharul Anwar 94: 71)<br /><br />Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata:"Barangsiapa yang tidak sanggup menutupi dosa-dosanya, maka perbanyaklah bershalawat kepada Rasulullah dan keluarganya, sesungguhnya shalawat itu benar-benar dapat menghancurkan dosa-dosa." (Al-Amali Ash-Shaduq, halaman 68)<br /><br />Pahala Shalawat<br />Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) pernah ditanyai: Apakah pahala shalawat?<br />Beliau menjawab: "Ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti keadaan bayi yang baru lahir dari ibunya." (Ma'anil akhbar, halaman 368)<br /><br />Dalam suatu hadis tentang shalawat yang dianjurkan untuk dibaca setiap bakdah shalat Ashar dan hari Jum'at yaitu:<br /><br />اللّهمّ صلّ على محمّد وآل محمّد الاوصياء المرضيين بأفضل صلواتك وبارك<br />عليهم بأفضل بركاتك والسلام عليه وعليهم ورحمة الله وبركاته<br /><br />"Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, para washi yang diridhai shalawat-Mu yang paling utama, berkahi mereka dengan keberkahan-Mu yang paling utama, semoga salam dan rahmat serta keberkahan Allah senantiasa tercurahkan kepadanya dan kepada mereka."<br /><br />Dalam hadis itu disebutkan: "Barangsiapa yang membaca shalawat ini (7 kali), Allah membalasnya setiap ibadah satu kebaikan, amalnya hari itu diterima, dan ia akan datang pada hari kiamat dengan cahaya di antara kedua matanya." (Safinah Al-Bihar, jilid 5, halaman 170)<br /><br />Dalam suatu hadis disebutkan: "Barangsiapa yang membaca shalawat berikut ini sesudah shalat Fajar dan sesudah shalat Zuhur, ia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Al-Qâim (Imam Mahdi) dari keluarga Nabi saw:<br /><br />اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ<br /><br />Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan percepatlah kemenangan mereka ." (Biharul Anwar 86: 77)<br /><br />Wassalam,Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-52883835035596208812009-01-13T03:56:00.000-08:002009-01-13T03:59:40.314-08:00Peristiwa-peristiwa alam saat Al Husein AS terbunuh.Dalam Sunan Al-Baihaqi 3: 337, hadis ke 6352:<br />Abu Qubail berkata: “Ketika Al-Husein bin Ali (as) terbunuh, terjadi gerhana matahari dan semua bintang nampak di siang hari, sehingga kami mengira hal itu terjadi demikian.” (juga dalam Majma’ Az-Zawaid 9: 197).<br /><br />Dalam Tahdzib At-Tahdzib 2: 354, hadis ke 615:<br />Khalaf bin Khalifah berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh, langit menghitam dan bintang-bintang nampak di siang hari.”<br /><br />Dalam Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu hajar: 116, hadis ke 30:<br />“Terjadi gerhana matahari sehingga bintang-bintang nampak di siang hari, manusia mengira bahwa kiamat akan segera terjadi.”<br /><br />Dalam Dzakhair Al-‘Uqba, halaman 145:<br />Ummu Salim berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh, turun hujan seperti darah ke rumah-rumah kami…”<br /><br />Ummu Salamah berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh turun hujan darah kepada kami.”<br /><br />Dalam tafsir Ibnu Jarir 25: 740, hadis ke 31120, tentang firman Allah:<br />“Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka” (Ad-Dukhkhan: 29): As-Sudi berkata: “Ketika Husein bin Ali (as) terbunuh, langit menangisinya, tangisannya adalah kemerah-merahannya.”<br /><br />Dalam tafsir Ad-Durrul Mantsur, Jalaluddin As-Suyuthi, tentang firman Allah:<br />“Rasa kasih sayang yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian, dan ia adalah seorang yang bertakwa,” (Maryam: 13): Qurrah berkata: “Langit tidak pernah menangisi siapapun kecuali Yahya bin Zakariya dan Husein bin Ali (as), dan tangisannya adalah kemerah-merahannya.”<br /><br />Dalam tafsir Ad-Durrul Mantsur, Jalaluddin As-Suyuthi, tentang surat Ad-Dukhkhan, 29:<br />Ibrahim berkata: “Langit tidak pernah menangis sejak dunia diciptakan kecuali atas dua orang. Tahukah kamu tangisan langit? Ia menjawab: Tidak. Tangisan langit adalah berwarna kemerah-merahan dan nampak seperti asap. Sungguh ketikaYahya bin Zakiya (as) terbunuh langit memerah dan meneteskan darah, dan sungguh ketika Al-Husein (as) terbunuh langit memerah. Zaid bin Ziyad berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh ufuk-ufuk langit memerah selama empat bulan.”<br /><br />Dalam Hilyatul Awliya’, Abu Na’im, 2: 276, hadis ke 193:<br />Dari Hisyam dari Muhammad, ia berkata: Tidakkah kamu melihat ufuk-ufuk langit berwarna kemerahan-merahan saat Al-Husein (as) terbunuh…”<br /><br />Riwayat-riwayat ini dan yang semakna juga terdapat dalam kitab:<br />1. Kanzul Ummal, Al-Muttaqi, jilid 7 halaman 111, hadis ke 37.<br />2. Majmaj Az-Zawaid, Al-Haitsami, jilid 9 halaman 197. Jamil bin Zaid berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh langit memerah.” Aku berkata: Mana bukti yang kamu katakan itu? Ia menjawab: “Sungguh pendusta itu adalah munafik, karena sesungguhnya langit itu memerah saat Al-Husein (as) terbunuh.” Riwayat ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.<br />3. Majma’ Az-Zawaid, Al-Haitsami, jilid 1 halaman 196.<br />4. Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu Hajar, halaman 116, hadis ke 30.<br />5. Tahdzib At-Thahdzib, Ibnu Hajar, jilid 2 halaman 354, hadis ke 615.<br />6. Dzakhair Al-‘Uqba, halaman 145.<br />7. Faydh Al-Qadir Al-Mannawi, jilid 1 halaman 240.<br /><br />Wassalam,Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-54952332123553824232008-12-29T03:12:00.000-08:002008-12-29T03:13:49.313-08:00Doa Ziarah Arba'in Imam Husein ASZiarah Arba’in adalah ziarah ke 40 hari dari tragedi Karbala. Tanggal 20 Shafar/28 Pebruari adalah 40 hari dari peristiwa tragis yang memilukan hati kaum mukminin, tragedi yang menimpa keluarga Rasulullah saw di Karbala, khususnya Al-Husein cucu tercinta Rasulullah saw. Sudah selayaknya kita ummat Rasulullah saw berziarah dan menyampaikan salam kepada cucu tercinta Rasulullah saw. Semoga dengan ziarah ini kita mendapat syafaat Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), dilindungi oleh Allah swt dari segala musibah dan bala’. Berikut ini doa ziarahnya:<br />بسم الله الرحمن الرحيم<br />اللهم صل على محمد وآل محمد<br />اَلسَّلامُ عَلى وَلِيِّ اللهِ وَحَبيبِهِ، اَلسَّلامُ عَلى خَليلِ اللهِ وَنَجيبِهِ، اَلسَّلامُ عَلى صَفِيِّ اللهِ وَابْنِ صَفِيِّهِ، اَلسَّلامُ عَلى الْحُسَيْنِ الْمَظْلُومِ الشَّهيدِ، اَلسَّلامُ على اَسيرِ الْكُرُباتِ وَقَتيلِ الْعَبَراتِ<br /><br />Assalâmu ‘alâ waliyyillâhi wa habîbih<br />Assalâmu ‘alâ khalîlillâhi wa najîbih<br />Assalâmu ‘alâ shafiyilâhi wabni shafiyyih<br />Assalâmu ‘alal Husaynil mazhlûmisy syahîd<br />Assalâmu ‘alâ asîril kurabâti wa qatîlil ‘abarât<br /><br />Salam atas wali Allah dan kekasih-Nya<br />Salam atas keistimewaan Allah dan pilihan-Nya<br />Salam atas kesucian Allah dan putera kesucian-Nya<br />Salam atas Al-Husein yang mazhlum dan syahid<br />Salam atas yang tertawan dalam peristiwa yang paling berduka<br />dan terbunuh dalam tragedi paling menderita<br />اَللّهُمَّ اِنّي اَشْهَدُ اَنَّهُ وَلِيُّكَ وَابْنُ وَلِيِّكَ وَصَفِيُّكَ وَابْنُ صَفِيِّكَ الْفائِزُ بِكَرامَتِكَ<br /><br />Allâhumma innî asyhadu annahu waliyyuka wabnu waliyyika wa shafiyyuka wabnu shafiyyikal fâizu bikaramatika.<br /><br />Ya Allah, aku bersaksi bahwa dia adalah kekasih-Mu dan putera kekasih-Mu, pilihan-Mu dan putera pilihan-Mu yang beruntung dengan kemuliaan-Mu<br />اَكْرَمْتَهُ بِالشَّهادَةِ وَحَبَوْتَهُ بِالسَّعادَةِ، وَاَجْتَبَيْتَهُ بِطيبِ الْوِلادَةِ<br /><br />Akramtahu bisy-syahâdati wa habawtahu bissa’âdah, wa ajtabaytahu bithayyibil wilâdah,<br />Kau muliakan dia dengan kesyahidan, Kau hampiri dia dengan kebahagiaan, Kau pilih dia dengan kelahiran yang baik.<br />وَجَعَلْتَهُ سَيِّداً مِنَ السادَةِ، وَقائِداً مِنَ الْقادَةِ، وَذائِداً مِنْ الْذادَةِ<br /><br />Waja’altahu sayyidan minas sâdah, wa qâidan minal qâdah, wa dzâidan minadz dzâdah.<br /><br />Kau jadikan dia penghulu para sayyid, pemimpin dari para pemimpin, dan pertahanan dari semua pertahanan.<br />وَاَعْطَيْتَهُ مَواريثَ الاَْنْبِياءِ، وَجَعَلْتَهُ حُجَّةً عَلى خَلْقِكَ مِنَ الاَْوْصِياءِ<br /><br />Wa a’thaytahu mawâritsal anbiyâi, wa ja’altahu hujjatah ‘alâ khalqika minal awshiyâi.<br /><br />Kau karuniai dia pewaris para nabi, Kau jadikan dia hujjah atas makhluk-Mu dari para washi.<br />فَاَعْذَرَ فىِ الدُّعاءِ وَمَنَحَ النُّصْحَ، وَبَذَلَ مُهْجَتَهُ فيكَ لِيَسْتَنْقِذَ عِبادَكَ مِنَ الْجَهالَةِ وَحَيْرَةِ الضَّلالَةِ<br /><br />Fa’tadzara fid-du’âi wa Manahan nush-ha, wa badzala muhjatuhu fîka liyastanqidza ‘ibâdaka minal jahâlati wa hayratidh dhalâlah.<br /><br />Ia telah menyampaikan dalam doanya, mencurahkan dalam nasehatnya, berjuang karena-Mu untuk menyelamatkan hamba-hamba-Mu dari kejahilan dan kebingunan dalam kesesatan.<br />وَقَدْ تَوازَرَ عَلَيْهِ مَنْ غَرَّتْهُ الدُّنْيا، وَباعَ حَظَّهُ بِالاَْرْذَلِ الاَْدْنى، وَشَرى آخِرَتَهُ بِالَّثمَنِ الاَْوْكَسِ، وَتَغَطْرَسَ وَتَرَدّى فِي هَواهُ، وَاَسْخَطَكَ وَاَسْخَطَ نَبِيَّكَ، وَاَطاعَ مِنْ عِبادِكَ اَهْلَ الشِّقاقِ وَالنِّفاقِ وَحَمَلَةَ الاَْوْزارِ الْمُسْتَوْجِبينَ النّارَ<br /><br />Wa qad tawâzara ‘alayhi man gharrathud dun-yâ, wa bâ’a hazhzhahu bil-ardzalil adnâ, wa syarâ âkhiratahu bits-tsamanil awkas, wa taghathrasa wa taraddâ fî hawâhu, wa askhathaka wa askhatha nabiyyaka, wa athâ’a min ‘ibâdika ahlasy syiqâq wan-nifâq wa hamalatan awzâril mustawjibînan nâr.<br /><br />Ia dianggap berdosa oleh orang yang tertipu oleh dunia,<br />yang menjual bagiannya dengan harga yang paling rendah,<br />yang membeli akhiratnya dengan harga yang paling hina,<br />yang sombong dan arogan dalam hawa nafsunya<br />yang marah pada-Mu dan murka pada nabi-Mu<br />yang patuh pada hamba-hamba-Mu yang mendambakan perpecahan dan dipenuhi kemunafikan, yang menanggung beban orang-orang yang mengharuskan mereka tercampak ke dalam neraka.<br />فَجاهَدَهُمْ فيكَ صابِراً مُحْتَسِباً حَتّى سُفِكَ فِي طاعَتِكَ دَمُهُ وَاسْتُبيحَ حَريمُهُ<br /><br />Fajâhadahum fîka shâbiran mustajî hattâ sufika fî thâ’atika dâmuhu wastubîha harîmuhu.<br /><br />Lalu beliau berjuang menghadapi mereka karena-Mu penuh kesabaran dan mengharap ridha-Mu, sehingga ia ditumpahkan darahnya dan disembelih kesuciannya dalam ketaatan pada-Mu.<br />اَللّهُمَّ فَالْعَنْهُمْ لَعْناً وَبيلاً وَعَذِّبْهُمْ عَذاباً اَليماً<br /><br />Allâhumma fal’anhum la’nan wabîlâ wa ‘adzdzabhum ‘adzâban alîmâ.<br />Ya Allah, laknatlah mereka dengan laknat yang berat dan azablah mereka azab yang pedih.<br />اَلسَّلامُ عَلَيْكَ يَا بْنَ رَسُولِ اللهِ، اَلسَّلامُ عَلَيْكَ يَا بْنَ سَيِّدِ الاَْوْصِياءِ<br /><br />Assalamu’alayka yabna Rasulillâh<br />Assalamu’alayka yabna sayyidil awshiyâ’<br /><br />Salam atasmu duhai putera Rasulullah<br />Salam atasmu duhai putera penghulu para washi<br />اَشْهَدُ اَنَّكَ اَمينُ اللهِ وَابْنُ اَمينِهِ، عِشْتَ سَعيداً وَمَضَيْتَ حَميداً وَمُتَّ فَقيداً مَظْلُوماً شَهيداً، وَاَشْهَدُ اَنَّ اللهَ مُنْجِزٌ ما وَعَدَكَ، وَمُهْلِكٌ مَنْ خَذَلَكَ، وَمُعَذِّبٌ مَنْ قَتَلَكَ<br /><br />Asyhadu annaka aminullâhi wabnu amînih. ‘Isyta sa’îdan wa madhayta hamîdan, wa mutta faqîdan mazhlûman syahidâ. Wa asyahadu annallâha munjizun mâ wa’adaka, wa muhlikun man khadzalaka, wa mu’adzdzibun man qatalaka.<br /><br />Aku bersaksi bahwa engkau adalah kepercayaan Allah, putera kepercayaan-Nya.<br />Engkau hidup bahagia dan terpuji<br />Engkau terbunuh dalam keadaan mazhlum dan syahid.<br />وَاَشْهَدُ اَنَّكَ وَفَيْتَ بِعَهْدِ اللهِ وَجاهَدْتَ فِي سَبيلِهِ حَتّى اَتياكَ الْيَقينُ<br /><br />Wa asyhadu annaka wafayta bi’ahdillâhi wa jâhadta fî sabîlihi hatta atâkal yaqîn.<br /><br />Aku bersaksi bahwa engkau telah memenuhi janji Allah, berjuang di jalan-Nya sehingga engkau dipanggil ke haribaan-Nya.<br />فَلَعَنَ اللهُ مَنْ قَتَلَكَ، وَلَعَنَ اللهُ مَنْ ظَلَمَكَ، وَلَعَنَ اللهُ اُمَّةً سَمِعَتْ بِذلِكَ فَرَضِيَتْ بِهِ<br /><br />Fala’anallâhu man qatalaka, wa la’anallâhu man zhalamaka, wa la’anallâhu ummatan sami’at bidzâlika faradhiyat bihi.<br /><br />Semoga Allah melaknat orang yang membunuhmu<br />Semoga Allah melaknat orang yang menzalimimu<br />Semoga Allah melaknat ummat yang mendengar tragedimu lalu ridha dengannya.<br />اَللّهُمَّ اِنّي اُشْهِدُكَ اَنّي وَلِيٌّ لِمَنْ والاهُ وَعَدُوٌّ لِمَنْ عاداهُ<br /><br />Allâhumma innî usyhiduka annî waliyyun lima wâlâhu wa ‘aduwwun liman ‘âdâhu.<br /><br />Ya Allah, aku bersaksi di hadapan-Mu bahwa aku mencintai orang yang mencintainya, memusuhi orang yang memusuhinya.<br />بِاَبي اَنْتَ وَاُمّي يَا بْنَ رَسُولِ اللهِ، اَشْهَدُ اَنَّكَ كُنْتَ نُوراً فىِ الاَْصْلابِ الشّامِخَةِ وَالاَْرْحامِ الْمُطَهَّرَةِ، لَمْ تُنَجِّسْكَ الْجاهِلِيَّةُ بِاَنْجاسِها وَلَمْ تُلْبِسْكَ الْمُدْلَهِمّاتُ مِنْ ثِيابِها<br /><br />Biabî anta wa ummi yabna Rasûlillâh, asyhadu annaka kunta nûran fil ashlâbisy syâmikhah wal-arhâmil muthahharah, lam tunajjiskal jâhiliyyatu bianjâsihâ, wa lam tulbiskal mudlahimmâtu min tsiyâbiha.<br /><br />Demi ayahku dan ibuku duhai putera Rasulullah, aku bersaksi bahwa engkau adalah cahaya dalam sulbi yang mulia dan rahim yang suci. Engkau belum pernah tersentuh oleh noda-noda jahiliyah, dan belum pernah terbungkus oleh pakaian jahiliyah.<br />وَاَشْهَدُ اَنَّكَ مِنْ دَعائِمِ الدّينِ وَاَرْكانِ الْمُسْلِمينَ وَمَعْقِلِ الْمُؤْمِنينَ، وَاَشْهَدُ اَنَّكَ الاِْمامُ الْبَرُّ التَّقِيُّ الرَّضِيُّ الزَّكِيُّ الْهادِي الْمَهْدِيُّ، وَاَشْهَدُ اَنَّ الاَْئِمَّةَ مِنْ وُلْدِكَ كَلِمَةُ التَّقْوى وَاَعْلامُ الْهُدى وَالْعُرْوَةُ الْوُثْقى، وَالْحُجَّةُ على اَهْلِ الدُّنْيا<br /><br />Wa asyhadu annaka min da’âimid dîn wa arkânil muslimîn wa ma’qilil mu’minîn.<br />Wa asyahadu annakal imâmul barrut-taqiy ar-radhiyyuz zakiy al-hâdil mahdiy.<br />Wa asyhadu annal aimmata min wuldika kalimatut taqwâ wa a’lâmul hudâ wal ‘urwatul wutsqâ, wal-hujjatu ‘alâ ahlid dun-yâ.<br /><br />Aku bersaksi bahwa engkau adalah penegak agama, tonggak kaum muslimin, pengikat kaum mukminin.<br />Aku bersaksi bahwa engkau pemimpin yang baik dan bertakwa, yang ridha dan suci, memberi petunjuk dan bimbingan.<br />وَاَشْهَدُ اَنّي بِكُمْ مُؤْمِنٌ وَبِاِيابِكُمْ، مُوقِنٌ بِشَرايِعِ ديني وَخَواتيمِ عَمَلي، وَقَلْبي لِقَلْبِكُمْ سِلْمٌ وَاَمْري لاَِمْرِكُمْ مُتَّبِعٌ وَنُصْرَتي لَكُمْ مُعَدَّةٌ حَتّى يَأذَنَ اللهُ لَكُمْ، فَمَعَكُمْ مَعَكُمْ لا مَعَ عَدُوِّكُمْ<br /><br />Wa asyhadu annî bikum mu’minun wa bi-iyabikum, mûqinun bisyarâi’I dînî wa khawâtîmi ‘amalî, wa qalbî liqalbikum silmun, wa biamrî liamrikum muttabi’un, wa nushratî lakum mu’addatun hattâ ya’dzanallâhu lakum, fama’akum ma’akum lâ ma’a ‘aduwwikum.<br /><br />Aku bersaksi bahwa aku mempercayaimu, menyakini syariat agamaku, dan kesudahan amalku. Hatiku pasrah pada hatimu, urusanku ikut pada perintahmu, pertolonganku kusiapkan karenamu. Semoga aku selalu bersamamu, tidak bersama musuhmu.<br />صَلَواتُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَعلى اَرْواحِكُمْ وَاَجْسادِكُمْ وَشاهِدِكُمْ وَغائِبِكُمْ وَظاهِرِكُمْ وَباطِنِكُمْ آمينَ رَبَّ الْعالِمينَ<br /><br />Shalawâtullâhi ‘alaykum wa ‘alâ arwâhikum wa ajâdikum, wa syâhidikum wa ghâibikum, wa zhâhirikum wa bâtinikum. Âmîna Rabbal ‘âlamîn.<br /><br />Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat kepadamu, pada arwahmu dan jasadmu, pada kehadiranmu dan keghaibanmu, zahirmu dan batinmu. Amin ya Rabbal ‘alamin.<br /><br />Catatan: Setelah membaca doa ziarah ini, lalukan shalat sunnah dua rakaat, kemudian mohonlah kepada Allah apa yang dicita-citakan. Insya Allah, Allah swt mengijabahnya.<br /><br />Wassalam,Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-41192378637239591492008-12-09T23:10:00.000-08:002008-12-09T23:11:08.806-08:00Penjelasan amalan Al-Mulk (QS 67 : 30 ayat)Ibnu Abbas berkata: “Pada suatu hari ada seseorang menghampar jubahnya di atas makam dan ia tidak tahu bahwa itu adalah makam, ia membaca surat Al-Mulk, kemudian ia mendengar suara jeritan dari makam itu: inilah yang menyelamatkan aku. Kemudian kejadian itu diceritakan kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bersabda: Surat Al-Mulk itu dapat menyelamatkan penghuni kubur dari azab kubur.” (Ad-Da’awat Ar-Rawandi, hal 279/817; Al-Bihar 82/64, 92/313/2, 102/269/8).<br /><br />Imam Muhammad Al-Baqir AS. Berkata: “Surat Al-Mulk adalah penghalang dari siksa kubur, surat ini termaktub di dalam Taurat, barangsiapa yang membacanya di malam hari ia akan memperoleh banyak manfaat dan kebaikan, …Sungguh aku membacanya dalam ruku’ shalat sunnah sesudah isya’ dalam keadaan duduk. Ayahku AS membacanya pada siang dan malam. Barangsiapa yang membacanya, maka ketika malaikat Munkar AS dan Nankir AS akan masuk ke kuburnya dari arah kedua kakinya, kedua kakinya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini berpijak padaku lalu ia membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam; ketika mereka datang kepadanya dari rongganya, rongganya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah menjagaku dengan surat Al-Mulk; ketika mereka datang kepadanya dari arah lisannya, lisannya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam denganku.” (Al-Kahfi 2/233/hadis 2)<br /><br />Imam Muhammad Al-Baqir AS: “Bacalah surat Al-Mulk, karena surat ini menjadi penyelamat dari siksa kubur.”<br /><br /><br />Wassalam,<br />R. Benny Wahyuadi.Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-11586150829735603392008-12-09T22:59:00.000-08:002008-12-09T23:01:33.816-08:00Penjelasan amalan Al-Mulk (QS 67 : 30 ayat)Ibnu Abbas berkata: “Pada suatu hari ada seseorang menghampar jubahnya di atas makam dan ia tidak tahu bahwa itu adalah makam, ia membaca surat Al-Mulk, kemudian ia mendengar suara jeritan dari makam itu: inilah yang menyelamatkan aku. Kemudian kejadian itu diceritakan kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bersabda: Surat Al-Mulk itu dapat menyelamatkan penghuni kubur dari azab kubur.” (Ad-Da’awat Ar-Rawandi, hal 279/817; Al-Bihar 82/64, 92/313/2, 102/269/8).<br /><br />Imam Muhammad Al-Baqir AS. Berkata: “Surat Al-Mulk adalah penghalang dari siksa kubur, surat ini termaktub di dalam Taurat, barangsiapa yang membacanya di malam hari ia akan memperoleh banyak manfaat dan kebaikan, …Sungguh aku membacanya dalam ruku’ shalat sunnah sesudah isya’ dalam keadaan duduk. Ayahku AS membacanya pada siang dan malam. Barangsiapa yang membacanya, maka ketika malaikat Munkar AS dan Nankir AS akan masuk ke kuburnya dari arah kedua kakinya, kedua kakinya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini berpijak padaku lalu ia membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam; ketika mereka dating kepadanya dari rongganya, rongganya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah menjagaku dengan surat Al-Mulk; ketika mereka datang kepadanya dari arah lisannya, lisannya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam denganku.” (Al-Kahfi 2/233/hadis 2)<br /><br />Imam Muhammad Al-Baqir AS: “Bacalah surat Al-Mulk, karena surat ini menjadi penyelamat dari siksa kubur.”<br /><br /><br />Wassalam,<br />R. Benny Wahyuadi..Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-58699889843998918212008-12-02T19:04:00.000-08:002008-12-02T19:05:22.548-08:00Pribadi dan Biografi singkat Fatimah Az-Zahra’ (sa)Nama: Fatimah<br />Gelar: Az-Zahra’<br />Julukan: Ummu Aimmah, Sayyidatu nisâil ‘âlamîn, Ummu Abihâ.<br />Ayah: Muhammad Rasulullah SAW<br />Ibu: Khadijah Al-Kubra AS<br />Tempat/Tgl Lahir: Mekkah, hari Jum’at, 20 Jumadits Tsani<br />Hari/Tgl Wafat: Selasa, 3 Jumadits Tsani 11 H.<br />Umur: 18 tahun.<br />Makam: Baqi’, Madinah Al-Munawwarah.<br />Jumlah putera dan puteri: 2 laki-laki, dan 2 perempuan.<br />Laki-laki: Al-Hasan dan Al-Husein<br />Perempuan: Zainab dan Ummu Kaltsum.<br /><br />Fatimah (sa) adalah salah seorang puteri Rasulullah saw. Ia merupakan wanita yang paling mulia kedudukannya. Kemuliannya diperoleh sejak menjelang kelahirannya, ketika kelahirannya dibidani oleh 4 wanita suci.<br /><br />Ketika menjelang kelahirannya ibudanda tercintanya Khadijah Al-Khubra (sa) meminta tolong kepada wanita-wanita Qurays tetangganya. Tapi mereka menolaknya sambil mengatakan kepadanya bahwa ia telah mengkhianati mereka mendukung Muhammad. Saat itu ia bingung kepada siapa harus minta tolong untuk melahirkan puteri tercintanya. Saat kebingungan Khadijah (sa) mengatakan: “Aku terkejut luar biasa ketika aku menyaksikan empat wanita yang berwajah cantik dilingkari cahaya, yang sebelumnya aku tidak aku kenal mereka. Mereka mendekatiku, Saat aku dalam keadaan yang cemas, salah seorang dari mereka menyapaku: Aku adalah Sarah ibunda Ishaq; dan yang tiga yang menyertaiku adalah Maryam ibunda Isa, Asiah puteri Muzahim, dan Ummu Kaltsum saudara perempuan Musa. Kami semuanya diperintahkan oleh Allah untuk<br />mengajarkan ilmu kebidanan kami jika anda bersedia. Sambil mengatakan hal itu, mereka duduk di sekitarku dan memberkan pelayanan sampai puteriku Fatimah (sa) lahir.”<br /><br />Fatimah (sa) berbicara saat dalam Kandungan Sejak masih dalam kandungan ibundanya Fatimah (sa) sering menghibur dan mengajak bicara ibunya. Rasulullah saw bersabda:<br /> “Jibril datang kepadaku dengan membawa buah apel dari surga, kemudian aku memakannya lalu aku berhubungan dengan Khadijah lalu ia mengandung Fatimah. Khadijah berkata: “Aku hamil dengan kandungan yang ringan. Ketika engkau keluar rumah janin dalam kandunganku ngajak bicara denganku. Ketika aku akan melahirkan janinku aku mengirim utusan pada perempuan-perempuan Quraisy untuk dapat membatu melahirkan janinku, tapi mereka tidak mau datang bahkan mereka berkata: Kami tidak akan datang untuk menolong isteri Muhammad. Maka ketika itulah datanglah empat perempuan yang berwajah cantik dan bercahaya, dan salah dari mereka berkata: Aku adalah ibumu Hawa’; yang satu lagi berkata: Aku adalah Asiyah binti Muzahim; yang lain berkata: Aku adalah Kaltsum saudara perempuan Musa; dan yang lain lagi berkata: Aku adalah Maryam binti Imran ibunda Isa. Kami datang untuk menolong urusanmu ini.<br />Kemudian Khadijah berkata: Maka lahirlah Fatimah dalam kedaan sujud dan jari-jarinya terangkat seperti orang sedang berdoa.” (Dzakhâir Al-‘Uqbâ, halaman 44)<br /><br />Menjelang usia 5 tahun, Fatimah (sa) ditinggal wafat oleh ibunda tercintanya. Sehingga ia harus menggantikan posisi ibunya, berkhidmat kepada ayahnya, membantu dan menolong Rasululah saw. Sehingga ia mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Tidak jarang Fatimah (sa) menyaksikan ayahnya disakiti orang-orang kafir Quraisy. Ia<br />menangis saat-saat menyaksikan ayahnya menghadapi ujian yang berat akibat prilaku orang-orang kafir Quraisy. Bahkan tangan Fatimah yang berusia kanak-kanak yang membersihkan kotoran di kepala ayahnya saat melempari Rasulullah saw dengan kotoran.<br /><br />Fatimah (sa) buah surga dan tidak pernah haid Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ketika aku diperjalankan ke langit, aku dimasukkan ke surga, lalu berhenti di<br />sebuah pohon dari pohon-pohon surga, dan aku tidak melihat yang lebih indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian aku mendapatkan buahnya lalu aku makan. Buah itu menjadi nuthfah di sulbiku. Setelah aku sampai di bumi aku berhubungan dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah. Setelah itu setiap aku rindu bau surga aku mencium bau Fatimah.” (tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang surat Al-Isra’: 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3: 156)<br /><br />Fatimah (sa) digelari Az-Zahra’<br />Abban bin Tughlab pernah bertanya kepada Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa):<br />Mengapa Fathimah digelari Az-Zahra'? Ia menjawab: “Karena Fathimah (sa) memacarkan cahaya pada Ali bin Abi Thalib tiga kali di siang hari. Ketika ia melakukan shalat sunnah di pagi hari, dari wajahnya memancar cahaya putih sehingga cahayanya memancar dan menembus ke kamar banyak orang di Madinah dan dinding rumah mereka diliputi cahaya putih. Mereka heran atas kejadian itu, lalu mereka datang kepada<br />Rasulullah saw dan menanyakan apa yang mereka saksikan. Kemudian Nabi saw menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah. Lalu mereka mendatanginya, ketika sampai di rumahnya mereka melihat Fathimah sedang shalat di mihrabnya. Mereka melihat cahaya di mihrabnya, cahaya itu memancar dari wajahnya, sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang mereka saksikan di rumah mereka adalah cahaya yang terpancar dari<br />wajah Fathimah (sa).<br /><br />Ketika Fathimah (sa) melakukan shalat sunnah di tengah hari cahaya kuning memancar dari wajahnya, cahaya itu menembus ke kamar rumah orang banyak, sehingga pakaian dan tubuh mereka diliputi oleh cahaya berwarna kuning. Lalu mereka datang kepada Rasulullah saw dan bertanya tentang apa yang mereka saksikan. Nabi saw menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah (sa), saat itu mereka melihat dia sedang berdiri dalam<br />shalat sunnah di mihrabnya, cahaya kuning itu memancar dari wajahnya pada dirinya, ayahnya, suaminya dan anak-anaknya, sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang mereka saksikan itu adalah berasal dari cahaya wajah Fathimah (sa).<br /><br />Ketika Fathimah (sa) melakukan shalat sunnah di punghujung siang saat mega merah matahari telah tenggelam wajah Fathimah memancarkan cahaya merah sebagai tanda bahagia dan rasa syukur kepada Allah Azza wa Jalla. Cahaya itu menembus ke kamar orang banyak sehingga dinding rumah mereka memerah. Mereka heran atas kejadian itu. Kemudian mereka datang lagi kepada Rasulullah saw menanyakan kejadian itu. Nabi saw<br />menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah (sa). Ketika sampai di rumah Fathimah mereka melihat ia sedang duduk bertasbih dan memuji Allah, mereka melihat cahaya merah memancar dari wajahnya. Sehingga mereka tahu bahwa bahwa cahaya yang mereka saksikan itu berasal dari cahaya wajah Fathimah (sa). Cahaya-cahaya itu selalu memancar di wajahnya, dan cahaya itu diteruskan oleh putera dan keturunannya yang suci hingga hari kiamat.” (Bihârul Anwar 43: 11, hadis ke 2)<br /><br />Fatimah (sa) digelari penghulu semua perempuan<br />Fatimah (sa) mendapat gelar penghulu semua perempuan (sayyidatu nisâil ‘alamîn).<br />Aisyah berkata: Fatimah (sa) datang kepada Nabi saw dengan berjalan seperti jalannya Nabi saw. Kemudian Nabi saw mengucapkan: “Selamat datang duhai puteriku.” Kemudian beliau mempersilahkan duduk di sebelah kanan atau kirinya kemudian beliau berbisik kepadanya lalu Fatimah menangis. Kemudian Nabi saw bersabda kepadanya: “Mengapa kamu menangis?” Kemudian Nabi saw berbisik lagi kepadanya. Lalu ia tertawa dan berkata: Aku tidak pernah merasakan bahagia yang paling dekat dengan kesedihan seperti hari ini. Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada Fatimah tentang apa yang dikatakan oleh Nabi saw. Fatimah menjawab:<br />Aku tidak akan menceritakan rahasia Rasulullah saw sehingga beliau wafat. Aku bertanya lagi kepadanya, lalu ia berkata: (Nabi saw berbisik kepadaku): “Jibril berbisik kepadaku (Rasulullah saw), Al-Qur’an akan menampakkan padaku setiap setahun sekali, dan ia akan menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak melihatnya kecuali<br />datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari Ahlul baitku yang menyusulku.” Lalu Fatimah menangis. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Tidakkah kamu ridha menjadi penghulu semua perempuan ahli surga atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman?” Kemudian Fatimah tertawa.<br /> (Shahih Bukhari, kitab Awal penciptaan, bab tanda-tanda kenabian dalam Islam; Musnad Ahmad 6: 282, hadis ke 25874)<br /><br />Fatimah (sa) menyerupai Nabi saw<br />Aisyah Ummul mukminin berkata: Aku tidak pernah melihat seorangpun yang paling menyerupai Rasulullah saw dalam sikapnya, berdiri dan duduknya kecuali Fatimah puteri Rasulullah saw. Selanjutnya Aisyah berkata: Jika Fatimah datang kepada Nabi saw, beliau berdiri menyambut kedatangannya, dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya. Demikian juga jika Nabi saw datang kepadanya ia berdiri menyambut kedatangan beliau dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya…” (Shahih At-<br />Tirmidzi 2: 319, bab keutamaan Fathimah; Shahih Bukhari, bab Qiyam Ar-Rajul liakhihi, hadis ke 947; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah)<br /><br />Marah Fatimah (sa) Marah Rasulullah saw.<br />Rasulullah saw bersabda:<br />“Fatimah adalah bagian dari diriku, barangsiapa yang membuatnya marah ia telah membuatku marah.”<br />(Shahih Bukhari, kitab awal penciptaan, bab manaqib keluarga dekat<br />Rasulullah saw; Kanzul Ummal 6: 220, hadis ke 34222)<br /><br />Sakit Fatimah (sa) Sakit Rasulullah saw<br />Rasulullah saw bersabda:<br />“Fatimah adalah bagian dari diriku, menggoncangkan aku apa saja yang menggoncangkan dia, dan menyakitiku apa saja yang menyakitinya.”<br />(Shahih Bukhari, kitab Nikah; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash- hahabah, bab Fadhail Fathimah; Musnad Ahmad bin Hanbal 4: 328, hadis ke 18447)<br /><br />Sebagian Karamah Fatimah Az-Zahra’ (sa)<br />Jabir Al-Anshari, salah seorang sahabat Nabi saw berkisah bahwa beberapa hari Rasulullah saw tidak makan sedikit pun makanan sehingga diriku lemas, kemudian beliau mendatangi isteri-isteriku untuk mendapatkan sesuap makanan, tapi tidak mendapatkannya di rumah mereka.<br /><br />Lalu beliau mendatangi Fatimah (sa) dan berkata: “Wahai puteriku, apakah kamu punya makanan untuk aku? aku lapar. Fatimah (sa) berkata:<br />Demi Allah, demi ayahku dan ibuku, aku tidak punya makanan.<br /><br />Ketika Rasulullah saw keluar dari rumah Fatimah (sa), ada seorang perempuan mengirimkan dua potong roti dan sepotong daging, lalu Fatimah (sa) mengambilnya dan meletakkannya dalam mangkok yang besar dan menutupinya. Fatimah (sa) berkata: Sungguh makanan ini aku akan utamakan untuk Rasulullah saw daripada diriku dan keluargaku. Padahal mereka juga membutuhkan sesuap makanan.<br /><br />Fatimah (sa) berkata: Lalu aku mengutus Al-Hasan dan Al-Husein kepada kakeknya Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw datang padaku. Aku berkata: Ya Rasulallah, demi ayahku dan ibuku, Allah telah mengkaruniakan kepada kami sesuatu, lalu aku menyimpannyan untuk kupersembahkan kepadamu.<br /><br />Fatimah (sa) berkata: Ada seseorang mengantarkan makanan padaku, lalu aku meletakkannya dalam mangkok besar dan aku menutupinya. Saat itu juga dalam mangkok itu penuh dengan roti dan daging. Ketika aku melihatnya aku ta’ajjub. Aku tahu bahwa itu adalah keberkahan dari Allah swt, lalu aku memuji Allah swt dan bershalawat kepada Nabi-Nya.<br /><br />Rasulullah saw bertanya: “Dari mana makanan ini wahai puteriku?”<br />Fatimah menjawab: Makanan ini datang dari sisi Allah, sesungguhnya Allah mengkaruniakan rizki kepada orang yang dikehendaki-Nya dari arah yang tak terduga. Kemudian Rasulullah saw mengutus seseorang kepada Ali (sa) lalu ia datang. Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Al-Hasan, Al-Husein (sa) dan semua isteri Nabi saw makan makanan itu sehingga mereka merasa kenyang, dan makanan itu tetap penuh dalam mangkok itu.<br /><br />Fatimah (sa) berkata: Lalu aku juga mengantarkan makanan itu pada semua tetanggaku, Allah menjadikan dalam makanan itu keberkahan dan kebaikan yang panjang waktunya. Padahal awalnya makanan dalam mangkok itu hanya dua potong roti dan sepotong daging, selebihnya adalah keberkahan dari Allah swt.<br /><br />Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda kepada Fatimah dan Ali (sa): “Segala puji bagi Allah yang tidak mengeluarkan kalian berdua dari dunia sehingga Allah menjadikan bagimu (Ali) apa yang telah terjadi pada Zakariya, dan menjadikan bagimu wahai Fatimah apa yang telah terjadi pada Maryam. Inilah yang<br />dimaksudkan juga dalam firman Allah swt: “Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrabnya, ia dapati makanan di sisinya.” (Ali-Imran: 37).<br /><br />Kisah dan riwayat ini terdapat di dalam:<br />1. Tafsir Al-Kasysyaf, Az-Zamakhsyari, tentang tafsir surat Ali-Imran: 37.<br />2. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, tentang ayat ini.<br /><br />Ini adalah hanya sebagian dari pribadi Fatimah Az-Zahra (sa) yang bisa kami ungkapkan. Masih banyak lagi tentang keutamaan dan karamahnya tak mungkin diungkapkan dalam tulisan yang sangat singkat ini, karena akan membutuhkan buku yang sangat tebal jika hendak diungkapkan secara lebih detail.<br /><br />Wassalam,<br />R. Benny Wahyuadi.Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7329862755020658482.post-90834411815316699612008-11-27T17:36:00.000-08:002008-11-27T17:37:05.758-08:00Spiritual Haji: Dalam dialog seorang ulama Ahli hadis dengan Keluarga Nabi SAWMengapa ibadah haji tidak bermakna dalam kehidupan pribadi, sosial dan kemasyarakatan, bahkan dalam kenegaraan dan kebangsaan? Mari kita simak dan mengambil pelajaran dari dialog dua tokoh besar. Dialog yang terjadi antara Imam Ali Zainal Abidin (sa) dengan Az-Zuhri di Padang Arafah. Az-Zuhri adalah seorang ulama terkemuka dalam ilmu hadis. Imam Ali Zainal Abidin adalah keluarga Nabi saw yaitu putera Al-Husein cucu Rasulullah saw. Dialog ini saya terjemahkan dari kitab Biharul Anwar dan kitab Al-Mustadrak. Berikut ini dialognya:<br /><br />Ali Zainal Abidin (sa) bertanya: Wahai Az-Zuhri, dapatkah kamu menghitung manusia yang ada di sini? <br />Az-Zuhri menjawab: Aku dapat memperkirakan satu setengah juta, mereka<br />semuanya adalah jema'ah haji, mereka datang kepada Allah dengan harta mereka, mereka berdoa dengan suara yang gemuruh. <br />Ali Zainal Abidin (sa): Wahai Zuhri, suara gemuruh siapakah yang paling banyak itu dan suara siapa yang paling sedikit?<br />Az-Zuhri: Semua itu suara gumuruh jema'ah haji.<br /><br />Ali Zainal Abidin (sa): Apakah kamu mendengar gemuruh suara yang paling sedikit? Wahai Zuhri, dekatkan wajahmu padaku.<br />Az-Zuhri: Aku dekatkan wajahku kepadanya. Lalu ia mengusapkan tangannya pada wajahku.<br />Ali Zainal Abidin (sa): Sekarang lihatlah mereka.<br />Az-Zuhri: Aku memandangi semua manusia, dan aku melihat mereka semuanya adalah kera, aku tidak melihat mereka itu manusia kecuali satu dari setiap sepuluh ribu manusia.<br />Ali Zainal Abidin (sa): wahai Zuhri, mendekatlah padaku.<br />Az-Zuhri: Aku mendekat lagi kepadanya. Ia mengusapkan tangannya pada wajahku.<br />Ali Zainal Abidin (sa): Lihatlah mereka.<br />Az-Zuhri: Aku memandangi mereka lagi, dan kulihat mereka semuannya babi.<br />Ali Zainal Abidin (sa): mendekatlah kepadaku.<br />Az-Zuhri: Aku mendekat lagi kepadanya. Kemudian ia mengusapkan lagi tangannya pada wajahku.<br />Az-Zuhri: Saat itulah, kulihat mereka semuanya binatang buas, hanya sedikit yang berwujud manusia.<br />Az-Zuhri: Demi ibuku dan ayahku wahai putera Rasulillah, aku telah dibingungkan oleh tanda-tanda kemuliaanmu dan taajjub dengan keajaibanmu.<br />Ali Zainal Abidin (sa): Wahai Zuhri, telah kamu saksikan gumuruh dari sekian banyak makhluk itu sedikit yang dari golongan manusia.<br />Ali Zainal Abidin (sa): Sekarang usapkan tanganmu pada wajahmu.<br />Az-Zuhri: setelah kuusapkan tanganku pada wajahku, pandangan mataku kembali seperti semula, dan kulihat mereka semuanya manusia.<br /><br />Ali Zainal Abidin (sa) berkata: "Barangsiapa yang melakukan haji dan mencintai kami Ahlul bait Nabi saw, merubah permusuhannya pada kami, merubah pembinasaan pada dirinya dengan ketaatan kepada kami, kemudian ia hadir ke tempat wuquf ini dengan pasrah pada amanat dan perjanjian kami yang Allah abadikan di Hajar Aswad, maka itulah bagian yang terkecil dari jema'ah haji yang telah kamu lihat. Wahai Zuhri, telah bercerita kepadaku ayahku dari kakekku Rasulullah saw, beliau bersabda: "Tidak akan bermakna haji orang-orang munafik, dan haji<br />orang-orang yang memusuhi Muhammad dan keluarga Muhammad." <br />(Al-Bihar jld 96, bab 47, hlm 257; Al-Mustadrak 10: 39)<br /><br />Wassalam,Bennyhttp://www.blogger.com/profile/15723260594396258525noreply@blogger.com0