Jumat, 06 Februari 2009

Wafatnya Umi Abiha Fatimah Az-Zahro (sa)

Siang hari tanggal 13 jumadil awal dan menurut riwayat yang lain 3 jumaditsani, di saat matahari sudah mulai condong ke arah barat, Sayyidah Fatimah, putri Rasulullah SAW yang telah beberapa hari dalam keadaan sakit, terbangun dari tidurnya dan dengan penuh semangat, layaknya orang yang tidak sakit bangkit dari tempat tidurnya dan melakukan beberapa pekerjaan rumah termasuk diantaranya memandikan putranya beliau Hasan dan Husein.
Tak lama kemudian Imam Ali bin Abi Thalib AS memasuki rumah dan dengan penuh keheranan melihart prilaku istrinya seraya bertanya: Wahai Fatimah sepertinya engkau telah sembuh dari sakitmu. Sang istri menjawab: Tidak, namun aku lakukan hal ini karena aku tahu sebentar lagi aku akan meninggalkan kalian, aku akan meninggalkan anak-anakku sebagai yatim, oleh karena itu biarkan aku melakukan semua ini untuk terakhir kalinya bagi mereka.
Dengan penuh keheranan Imam Ali AS menanyakan dari mana kau tahu hal itu? Fatimah menjawab: Baru saja aku melihat ayahku Rasulallah dalam tidurku, dan aku sampaikan padanya apa yang aku dapatkan dari perlakuan para sahabatnya, lalu beliau mengatakan: Malam ini engkau akan bersamaku.
Setelah urusan rumah dan anak-anak selesai, Fatimah mamanggil Imam Ali memohon beliau duduk di sampingnya seraya berkata: Wahai putra pamanku sungguh engkau ketahui, bahwa aku tidak pernah berbohong padamu selama hidupku, aku tidak pernah berkhianat padamu, aku tidak pernah melanggar perintahmu. Aku ingin mewasiatkan padamu beberapa hal, sudikah kau melaksanakannya?.
Imam Ali dengan menangis menjawab: Wadai putri Rasulallah, engkau lebih mulia untuk melakukan kebohongan dan penghianatan, engkau adalah wanita yang paling takut dan bertaqwa kepada Allah, sampaikan segala apa yang engkau ingin wasiatkan, aku siap untuk melaksanakannya.
Aku ingin jika aku telah meninggal nanti agar engkau mengawini, Ummamah, karena aku tahu dia sangat sayang dan mencintai Hasan dan Huseinku, selain itu aku tahu bahwa seorang laki-laki tidak bisa hidup tanpa seorang wanita. Berikan perhatianmu sehari buat istrimu dan sehari untuk Hasan dan Husein, sungguh murka Allah akan menimpakan kepada orang yang membunuh keduanya. Wasiat yang kedua lakukanlah segala urusan jenazahku di malam hari dan jangan sampai ada diantara meraka yang hadir.
Setelah Imam Ali mengiyakan dan menyanggupi untuk melaksanakan seluruh wasiatnya, Imam Ali keluar dan tinggal Sayyidah Fatimah bersama Asma’ binti Umais dan Fidhah, kepada Asma’ beliau meminta untuk meletakan tempat tidur di tengah ruangan dan beliau sendiri masuk kamar mandi dan membersihkan seluruh tubuhnya. Mungkin beliau ingin membersihkan sisa-sisa darah yang masih menempel di tubuhnya akibat luka yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Mungkin beliau tidak ingin orang lain, sekalipun suaminya tahu atas luka yang di deritanya.
Tak lama kemudian setelah mengenakan pakaiannya yang bersih beliau berbaring di tempat tidurnya dam matanya yang tajam beliau melihat ke atas serata berkata:
“Salam bagimu wahai Jibril, Salam bagimu wahai Rasullalah. Ya Allah bersama RasulMu, di dalam kerelaan dan surga yang penuh dengan kedamaian”
Apakah kalian tidak apa yang aku lihat? Apakah yang anda lihat wahai putri Rasulallah? Kata mereka.Aku melihat rombongan penduduk langit, aku melihat Jibrail dan ayahku Rasulallah datang dan berkata padaku: Datanglah sungguh setelah ini akan kau dapatkan yang lebih baik untukmu. Kemudian beliau membuka matanya dan berkata:
“Salam bagimu wahai malaikat pencabut nyawa, cepatlah dan jangan kau siksa aku, KepadaMu Ya Allah dan bukan ke nerakaMu.”
Setelah beliau memejamkan kedua matanya serta menjulurkan tubuhnya kedua kaki dan tangannya dan Innaa lillaaaa wa……..Asma’ tak kuasa lagi menahan dirinya, lalu dia membaringkan tubuhnya ke tubuh suci putri Rasul sambil menciumnya, seraya berkata: sampaikan salamku pada ayahmu Rasulullah.
Saat itu juga masuklah Al-hasan dan Al-husain dengan penuh heran keduanya bertanya pada Asma’, wahai Asma’ apa yang mebuat ibuku tidur pada saat ini? Asma menjawab: Wahai putra Rasulullah ibumu tidak tidur, ibumu telah meninggal dunia. Imam Hasan merebahkan tubuhnya di kaki ibunya dan menciumnya, seraya berkata: Wahai ibuku: Jawablah panggilanku…………….! Begitu juga Imam Husein Wahai ibuku aku adalah putramu Husein jawablah panggilanku……………! Asma’ menyuruh keduanya untuk ke masjid dan memberi tahu ayahnya.
Madinah kembali berduka seperti hari wafatnya Rasulullah, sahabat berbondong-bondong mendatangi rumah putri Rasul. Azan magrib telah terdengar, Imam Ali menyuruh Abu dzar menyampaikan pada hadirin bahwa pelaksanaan sholat penguburan Fatimah tertunda.
Pada malam harinya disaat penduduk kota Madinah terlelap dalam tidurnya Imam Ali melaksanakan wasiat putri Rasul, beliau memandikannya dengan dibantu oleh Asma’ dan setelah itu mengkafani dan mentahnithi dengan hanuth yang dibawa Jibrail yang diberikan kepada Rasulullah dan Rasul menyuruh untuk dibagi tiga, untuk beliau, putrinya Fatimah dan Imam Ali.
Setelah selesai semua itu beliau menyuruh Imam Hasan, Imam husein, Zainab dan Ummu kultsum untuk memeluk ibunya untuk terahir kalinya dengan bersabda: halummu watazawwadu min ummikum wazadzaal firaaq wal liqaa’filjannah.
Merekapun menangis dan memeluk ibu tercinta. Imam Ali pun dengan perasaan yang hancur melihat adegan yang paling menyedihkan dan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Kemudian beliau bersabda: Demi Allah aku melihat Fatimah menjulurkan tangannya dan memeluk Al- Hasan dan Al- Husein ke dadanya sungguh pemandangan yang tidak membuat penduduk dunia saja namun para malaikat ikut bersedih dan menangis, sampai Imam Ali mendengar teriakan dari langit, Wahai Ali angkat kedua anakmu sungguh semua penduduk langit tidak tahan lagi melihatnya.
Setelah menyolatkan dengan para sahabat khusus Imam menguburkan putri Rasulullah dengan mengucapkan:
“Salam bagimu Wahai Rasullullah dariku dan dari putrimu, kini ku kembalikam amanat yang engkau berikan padaku, sungguh berat bagiku perpisahan ini, perbanyaklah pertanyaan mu padanya dia akan menceritakan padamu semuanya. Sungguh kesedihanku akan berkepanjangan jika engkau tidak memberikan contoh pada kami untuk bersabar, maka tentu aku tidak akan meninggalkan tempat ini, salam sejahtera bagimu berdua dari seorang yang meninggalkanmu bukan karena bosan dan benci, namun karena janji Allah kepada orang-orang sabar.”

Wassalam,

Biografi Singkat Sayidah Fathimah Maksumah (as).

Sayidah Maksumah AS merupakan salah satu putri Imam Musa Al-Kadzim AS dan saudari Imam Reza AS. Beliau terkenal dengan kemuliaan, terpuji, ahli ibadah, memiliki kedudukan tinggi dan sangat bertakwa. Penulis kitab ‘Nasikh-Tawarikh’ dalam menggambar kedudukan beliau mengatakan bahwasanya beliau sebagai kekasih Allah swt (waliyatullah), manusia suci, ahli ibadah, seorang yang zuhud dan sangat bertakwa. Beliau memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah swt. Abul-Qasim dalam karyanya mengatakan bahwa di antara para putri Imam Musa Al-Kadzim AS hanyalah Sayidah Fathimah yang bergelar Maksumah (suci dari dosa dan kesalahan). Begitupula Syeikh Abbas Qummi dalam salah satu karyanya menyatakan bahwa berdasarkan sumber yang sampai kepada kita, Sayidah Maksumah merupakan putri termulia di antara para putri Imam Kadzim AS.
Mukaddimah;
Ziarah kubur merupakan salah satu perjalanan spiritual manusia menuju Allah SWT. Terutama, ketika yang diziarahi tersebut adalah pribadi yang memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Namun, di satu sisi kita tidak akan merasakan kekhusukan dan hubungan ruhani dengan pribadi yang kita ziarahi, jika tidak mengenal sisi kehidupan, kepribadian dan kedudukannya di sisi Allah SWT. Semoga tulisan ringkas ini, dapat membantu para penziarah untuk dapat mencapai kekhusukan dalam berziarah.
Biografi
Nama: Fathimah Kubro (sa).
Gelar: Maksumah dan Karimah Ahlu-Bayt.
Nama ayah: Musa bin Jakfar (Imam ke-7).
Nama ibu: Najmah Khatun.
Tempat lahir: Madinah.
Tanggal lahir: Satu Dzulqaidah 173 HQ (berdasarkan pendapat masyhur), dan wafat pada tanggal 10 Rabi’ ats-Tsani 201 HQ (usia beliau ketika wafat adalah dua puluh delapan tahun). Berdasarkan pendapat masyhur beliau meninggal karena diracun.
Sayidah Maksumah as merupakan salah satu putri Imam Kazim as dan saudari Imam Ridho as. Beliau terkenal dengan kemuliaan, terpuji, ahli ibadah, memiliki kedudukan tinggi dan sangat bertakwa. Penulis kitab ‘Nasikh-Tawarikh’ dalam menggambar kedudukan beliau mengatakan bahwasanya beliau sebagai kekasih Allah SWT (waliyatullah), manusia suci, ahli ibadah, seorang yang zuhud dan sangat bertakwa. Beliau memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah swt. Abul-Qasim dalam karyanya mengatakan bahwa di antara para putri Imam Kazim as hanyalah Sayidah Fathimah yang bergelar Maksumah (suci dari dosa dan kesalahan). Begitupula Syeikh Abbas Qummi dalam salah satu karyanya menyatakan bahwa berdasarkan sumber yang sampai kepada kita, Sayidah Maksumah merupakan putri termulia di antara para putri Imam Kazim as. Kuburan beliau merupakan tempat berteduhnya para pendoa, dan kelahiran serta kedudukan mulia beliau telah disampaikan oleh Imam Shadiq as beberapa tahun sebelum kelahirannya.
Masuknya Sayidah Maksumah ke kota suci Qom:
Allamah Majlisi berkaitan dengan sejarah kota Qom yang telah dinukil dari para ulama Qom menukil bahwa pada Tahun 200 HQ Imam Ridho as dengan undangan -undangan paksaan, hal ini dapat dilihat dalam sejarah kehidupan Imam Ridho as, dimana orang yang telah meracun Imam Ridho as hingga syahid ialah Makmun Abbasy salah satu khalifah Abassiyah- Makmun Abbasy mendatangi kota Khurasan. Setahun setelahnya, saudari beliau, Sayidah Maksumah as karena rasa rindu yang sangat terhadap kakaknya lantas menyusulnya. Namun, ketika perjalanan Sayidah Maksumah as baru sampai di kota Soweh, beliau jatuh sakit. Sewaktu beliau menyaksikan kondisinya yang buruk, lantas menanyakan kepada rombongan tentang jarak antara Soweh dan Qom.Mereka memberitahukan kepada beliau bahwa jaraknya sangat dekat, yaitu kurang lebih 8 Farsakh. Setelah mendengar hal itu, kemudian Sayidah Maksumah meminta kepada rombongan untuk pergi ke Qom dan menjadikannya sebagai tempat tinggal. Sewaktu para putra Sa’ad Asy’ari yang terkenal sebagai pengikut setia para Imam as (para Syi’ah yang setia) mendengar berita kedatangan beliau di kota Soweh, lantas mereka pergi untuk menyambut kedatangannya dan setelah itu membawa beliau ke kota Qom. Di kota Qom Sayidah Maksumah tinggal di rumah Musa bin Khazraj bin Asy’ari. Tidak lama setelah itu, yakni kira-kira setelah 16 atau 17 hari tinggal di kota Qom lantas beliau meninggal dunia menemui kekasih Sejatinya.
Penulis kitab ‘Tarikh Qom’ mengatakan: “Husein bin Ali bin Bobawaeh telah memberitahukan kepadaku bahwa Muhamad bin Hasan bin Walid berkata: “Sewaktu Sayidah Maksumah as wafat, lantas mereka memandikan dan mengakafani jasad sucinya, setelah itu diletakan di sebuah tempat di bawah tanah yang telah digali sebelumnya dan disediakan untuk kuburan Sayidah Maksumah AS. Kemudian keluarga Sa’ad bermusyawarah barang sebentar untuk menentukan siapakah orang yang memiliki kelayakan dalam meletakan jenazah Sayidah Maksumah as ke kuburannya. Akhirnya mereka bersepakat agar jenazahnya diletakkan oleh pelayannya yang bernama Qadir, seorang kakek tua namun terkenal dengan kealiman dan kesalehannya. Namun sebelum Qadir tiba, tiba-tiba mereka menyaksikan dua orang menunggang kuda datang dengan cepat menghampiri jenazah Sayidah Maksumah as, lantas mereka turun dari kuda, melakukan solat jenazah dan menguburkan jenazah Sayidah Maksumah di tempat yang telah disediakan di bawah tanah. Seusai itu, kemudian mereka keluar dari bawah tanah dan menunggangi kuda serta pergi dengan cepat tanpa ada seorangpun yang hadir mengenalnya siapakah kedua orang tak dikenal itu? Imam Hasan AS dan Imam Husein AS kah?, Imam Kazim as atau Imam Ridho as kah? Hanya Allah swt saja yang mengetahuinya”.
Beberapa Keramat Sayidah Fathimah Maksumah AS;
Sebenarnya, banyak sekali kisah yang akurat tentang orang-orang yang telah mendapatkan syafa’at beliau. Baik pengkabulan hajat, penyembuhan orang-orang yang sakit dan lainnya. Demi menjaga keringkasan, di sini hanya akan menyebutkan dua cerita saja:
• Almarhum Ayatullah Mar’asyi Najafi (salah satu marja besar dimasanya, yang memiliki salah satu perpustakaan terbesar di Iran. Perpustakaan beliau terletak tidak jauh dari makam Sayidah Maksumah as) telah menukil: Ayahku, almarhum Ayatullah Sayid Mahmud Mar’asyi, tinggal di kota Najaf (salah satu kota di Irak). Beliau sangat bersemangat untuk dapat menemukan makam neneknya, Sayidah Fathimah Zahro (as) melalui melakukan beberapa amalan. Untuk mencapai tujuannya, lantas beliau menyelesaikan amalan-amalan tertentu selama 40 hari berturut-turut, dengan berharap, melalui pelaksanaan amalan tersebut beliau dapat mengetahui makam Sayidah Fathimah az-Zahra (as). Pada malam ke-40, selepas menyelesaikan amalan dan bertawasul yang banyak, lantas beliau tertidur. Di alam mimpi beliau bertemu dengan Imam Baqir (as) atau Imam Shadiq (as), kemudian Imam berkata kepadanya: “Alaika bi Karimati Ahli Bayt (berpegang teguhlah kepada Karimah Ahlu Bayt)”. Ayahku mengira, maksud dari karimah ahlu-bayt adalah Sayidah Fathimah Zahro (as). Lalu beliau berkata: “Ya, wahai yang jiwaku sebagai tebusannya! Aku telah melakukan semua amalan ini adalah supaya dapat mengetahui dengan jelas kuburannya, sehingga aku dapat menziarahinya”. Kemudian Imam (as) berkata: “Maksudku, makamnya Sayidah Maksumah di Qom”. Imam melanjutkan perkataannya: “Demi kemaslahatan, Allah swt menghendaki kuburan beliau tetap menjadi misteri bagi semuanya. Oleh karena itu, Tuhan telah menetapkan makam Sayidah Maksumah sebagai perwujudan makam Sayidah Fathimah Zahro (as), dan Dia pun menjadikan makamnya semegah dan seagung makam Sayidah Fathimah Zahro (as)”. Setelah mimpi itu, lantas ayahku bertekad berhijrah ke Qom bersama anggota keluarganya, agar selalu dapat menziarahi makam Sayidah Maksumah as.
• Kisah ini dinukil secara mutawatir, bahwa seorang yang berkhidmat –menjadi pelayan- di makam Sayidah Maksumah, yang bernama Mirza Asadullah terkena penyakit lumpuh. Dimana kakinya tidak berasa dan lumpuh, dan semua jemari kakinya menjadi berwarna hitam. Sementara tidak ada satupun dokter yang sanggup untuk menyembuhkannya, bahkan mereka sepakat untuk mengamputasi kakinya. Sehari sebelum waktu pengamputasian, Asadullah berkata pada dirinya: “Jika memang besok hari kakiku harus di amputasi, sebaiknya malam ini aku tinggal di haram (makam) Sayidah Maksumah as dan bertawasul –menjadikan beliau sebagai perantara agar Allah swt menyembuhkan penyakitnya. pen- kepadanya”. Lantas setelah itu, seseorang membawanya ke haram Sayidah Maksumah as. Ketika tengah malam tiba, dimana waktunya Haram ditutup, Asadullah meletakan dirinya di kaki kuburan Sayidah Maksumah as. Ia mengadukan semua penyakitnya kepada Sayidah Maksumah as, dan memohon kepadanya supaya beliau memohonkan kepada Allah swt agar penyakitnya dapat disembuhkan. Ia berdoa, bertawasul dan merintih sampai pagi. Di saat pagi masih gelap, tiba-tiba para pelayan (pengkhidmat) Haram mendengar suara jalan Asadullah dari balik pintu dan seraya berteriak: “Tolong Buka pintu, Allah swt telah mengasihiku, dengan syafa’at Sayidah Maksumah as penyakitku telah sembuh”. Lantas mereka membukakan pintu, dan mereka pun melihat Asadullah dalam keadaan senang, serta penyakitnya telah sembuh. Kemudian Asadullah menceritakan peristiwa tersebut: “Seorang perempuan agung telah mendatangiku, sambil berkata: “Ada apa?” saya menjawab: “Penyakit telah menyebabkan kakiku lumpuh, aku memohon kepada Allah swt, hidup atau mati”. Lalu perempuan agung tersebut, mengusapkan beberapa kali ujung kerudungnya ke kakiku, seraya berkata: “Allah swt telah menyembuhkanmu”. Setelah itu aku merasakan kakiku sudah sembuh, dan sama sekali tidak merasakan sakit apapun. Kemudian aku bertanya kepada perempuan agung tersebut: “Siapakah anda?” beliau menjawab: “Apakah kamu tidak mengenalku! Padahal engkau adalah penghidmat di tempatku ini, aku adalah Fathimah binti Musa bin Jakfar (Sayidah Fathimah Maksumah as)”.
Tata Cara dan Adab Berziarah:
1. Membaca doa masuk berikut ini :
2. Menghadap kiblat ketika telah sampai di makam Sayidah Maksumah.
3. Membaca Tasbih Zahra (Allahu Akbar 34x, Alhamdulillah 33x, dan Subhanallah 33x).
4. Membaca doa Ziarah berikut ini :
Salam sejahtera atas Adam as, manusia pilihan Allah swt. Salam sejahtera atas Nuh as, sebagai nabi Allah swt. Salam sejatera atas Ibrahim as, manusia pilihan Allah swt. Salam sejahtera atas Musa as, kalimullah (obyek perkataan Allah swt). Salam sejahtera atas Isa as, Ruh Allah swt. Salam sejahtera atas-mu wahai Rasulullah saww, salam sejahtera atas-mu wahai sebaik-baiknya makhluk Allah swt, salam sejahtera atas-mu wahai manusia pilihan Allah swt, salam sejahtera atas-mu wahai Muhammad bin Abdullah, penutup para nabi.
Salam sejahtera atas-mu wahai Amirulmukminin Ali bin Abu Thalib as, sebagai pengganti Rasulullah saww. Salam sejahtera atas-mu Wahai Fathimah as, penghulu para wanita seluruh alam. Salam sejahtera atas engkau sekalian, wahai cucu Rasulullah saww (Imam Hasan as dan Imam Husain as). Salam sejahtera atas-mu, wahai Ali bin Husain as, penghulu orang-orang yang beribadah dan cahaya mata bagi orang-orang yang melihatnya. Salam sejahtera atas-mu wahai Muhammad bin Ali as, pembelah ilmu pasca Rasulullah saww. Salam sejahtera atas-mu wahai Jakfar bin Muhammad as, yang sangat benar perkataannya, yang sangat baik dan terpercaya.
Salam atas-mu wahai Musa bin Jakfar as, yang suci dan disucikan. Salam sejahtera atas-mu wahai Ali bin Musa as, yang meridhai dan diridhai. Salam sejahtera atas-mu wahai Muhammad bin Ali as, yang yang suci. Salam sejahtera atasmu wahai Ali bin Muhammad as, yang suci, penasehat dan yang terpercaya. Salam sejatera atas-mu wahai Hasan bin Ali as, dan salam sejahtera atas penggantinya setelahnya. Ya Allah, curahkanlah salam sejahtera atas cahaya-Mu, pelita-Mu, wali kekasih-Mu, penerus washi-Mu (Nabi Muhammad), dan bukti bagi seluruh makhluk-Mu. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Rasulullah saww. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Fathimah as dan Khadijah as. Salam sejahtera atasmu, wahai putri Amirulmukminin as.
Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Hasan as dan Husain as. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri kekasih Allah swt. Salam sejahtera atas-mu, wahai saudari kekasih Allah swt. Salam sejahtera atas-mu, wahai bibi kekasih Allah swt. Salam sejahtera atas-mu, wahai putri Musa bin Jakfar as, semoga salam dan berkah senantiasa dicurahkan atasnya. Salam sejahtera atas-mu, Allah swt hendak memperkenalkan antara engkau dan kami kelak di surga, membangkitkan kami dibarisan-mu, memasukkan kami ke telaga-mu, dan memberi kami air dengan menggunakan cawan kakek-mu Rasulullah saww melalui tangan Ali bin Abu Thalib as -semoga shalawat Allah swt senantiasa tercurahkan atas engkau sekalian-diriku memohon kepada Allah swt untuk menunjukkan kegembiraan dan kelapangan-mu kepada kami, mengumpulkan kami dan engkau sekalian berada pada barisan kakek-mu, Nabi Muhammad saww, untuk tidak mencabut dari kami pengenalan terhadap-mu, sesungguhnya Dia adalah pemilik kekuatan.
Aku mendekatkan diri kepada Allah swt dengan cara mencintai-mu, dengan berlepas tangan dari semua musuh-mu. Aku Menerima (semua perintah Allah swt) atas dasar kerelaan, bukan atas dasar penolakan dan kesombongan. Aku meyakini segala apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad saww, dengan penuh kerelaan. Dan dengan segala (keyakinan-ku itu), aku menginginkan diri-Mu, wahai junjungan-ku! Ya Allah! Hamba memohon keridhoan-Mu dan kehidupan akhirat. Wahai junjungan-ku Sayidah Maksumah! Syafa’atilah diri-ku di surga, karena engkau memiliki kedudukan yang sangat agung di sisi Allah swt.
Ya Allah! Hamba memohon kepada-Mu, akhirilah (kehidupan)-ku dengan kebahagiaan. Janganlah Engkau cabut segala apa yang aku miliki, tiada daya dan upaya melainkan dengan kekuatan Allah Yang Maha Tinggi dan Agung. Ya Allah! Kabulkanlah segala permohonan-kami, dan kabulkanlah hal tersebut dengan melalui kemurahan-Mu, kemuliaan-Mu, kasih sayang-Mu dan ….,dan curahkanlah shalawat dan salam atas Muhammad saww dan seluruh keluarga-nya, yang sebanyak-banyaknya salam, wahai Yang Maha Pengasih lagi Penyayang.
Catatan:
• Melihat kedudukan agung yang dimiliki oleh Sayidah Maksumah as, tidak mungkin beliau hanya karena kecintaan kepada kakaknya saja, hanya karena sebagai saudaranya menyusul Imam Ridho as dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh dan sulit antara kota Madinah dan Qom (Iran). Namun lebih dari itu, dari pengenalan yang dimiliki oleh Sayidah Maksumah as terhadap kedudukan Imam Ridho as, beliau mencintai Imam Ridho as selain sebagai kakaknya yang lebih penting ialah sebagai Imam Zamannya dan kecintaan yang tinggi terhadap Imam Zamannya. Seperti halnya kecintaan Sayidah Zainab Kubro as terhadap Imam Husein as sebagai Imam zaman -masa- nya.
• Makam suci Sayidah Fathimah Maksumah (adiknya Imam Ridho as) terletak di kota suci Qom. Para penziarah datang dari berbagai penjuru dunia untuk menziarahi tempat suci ini. Mudah-mudahan para pecinta Ahlu-Bayt as dimana pun berada diberikan inayah untuk dapat menziarahinya.

Wassalam' Wr Wb,