Kamis, 11 September 2008

Nuzulul Qurâan dan Penetapan Takdir dalam Satu Tahun.

Sebelum kita mempertanyakan: benarkah penetapan takdir pada malam Nuzulul Qurâan?
kita pertanyakan dulu kapan terjadinya nuzulul Qurâan?
Dalam pikiran kita sering terbesit beberapa pertanyaan sekaitan dengannya, antara lain:

1. Nuzulul Qurâan itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan atau pada malam Al-Qadar?
2. Nuzulul Qurâan pada 17 Ramadhan itu, sekaligus atau bertahap?
3. Kalau yang dimaksudkan nuzulul Qurâan itu yang bertahap, surat atau ayat apa yang
turun saat itu?
4. Apakah yang dimaksud dengan malam Al-Qadar sebagai malam turunnya Al-Qurâan? Sementara kita meyakini bahwa malam Al-Qadar hanya terjadi pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Memang, nuzulul Qurâan itu ada dua macam: sekaligus dan secara bertahap. Masing-masing dari dua macam nuzulul Qurâan tersebut dijelaskan di dalam Al-Qurâan.

Nuzulul Qurâan Sekaligus Allah SWT berfirman:
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelas an mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
(Al-Baqarah: 185)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam Al-Qadar.
Dan tahukah kamu apakah malam Al-Qadar itu? Malam Al-Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ar-Ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Surat Al-Qadar)

Demi kitab (Al-Qurâan) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Di dalamnya diperjelas (dipilah-pilah) semua persoalan yang penuh hikmah. Yaitu persoalan yang besar dari sisi Kami, sesungguhnya Kami yang mengutus
rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. (Ad-Dukhkhan/ 44: 3-6)

Di dalam ayat-ayat tersebut makna turunnya Al-Qurâan menggunakan kata Anzalaâ. Menurut bahasa kata âAnzalamâ bermakna: turun sekaligus.
Makna ini dikuatkan oleh hadis-hadis dari Ahlul bait Nabi saw.
Penjelasan secara rinci baca artikel âMalam Al-Qadar dalam tafsir surat Al-Qadar, di:

http://islampraktis .wordpress. com
Nuzulul Qurâan Secara Bertahap Allah SWT berfirman:
Dan Al-Qurâan itu telah Kami turunkan secara bertahab agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (Al-Israâ: 106).

Orang-orang kafir berkata: mengapa Al-Qurâan itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil. (Al-Furqan: 32)

Dalam dua ayat ini makna turunnya Al-Qurâan menggunakan kata Nazzalaâ. Menurut bahasa kata Nazzalaâ menunjukkan makna: Turun secara bertahap.

Selain itu juga disebutkan tentang âPenjagaan Al-Qurâanâ. Dalam ayat ini juga menggunakan kata âNazzalaâ, yakni nuzulul Qurâan secara bertahap. Yakni ayat-ayat Al-Qurâan yang disampaikan Nabi SAW kepada umatnya harus dijaga dari penyimpangan, penghinaan dan lainnya. Yang menjaga adalah Allah Yang Maha Menjaga, dan di sini Dia menggunakan kata Kami. Ini menunjukkan dalam penjagaan itu Allah swt melibatkan
Malaikat, Rasulullah SAW dan para kekasih-Nya, yakni Ahlul baitnya (sa). Tentu yang menjaga Al-Qurâan itu harus orang-orang yang terjaga (maâshum). Bagaimana mungkin orang yang tidak terjaga bisa menjaga Al-Qurâan?

Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qurâan, dan sesungguhnya Kami yang menjaganya.(Al-Hijr: 9)

Penetapan Takdir pada malam Al-Qadar
Imam Jaâfar Ash-Shadiq (as) berkata:

Awal tahun adalah malam Al-Qadar, di dalamnya dicatat (ditentukan takdir) apa yang akan terjadi dari tahun itu hingga tahun berikutnya.
( kitab Al-Wasail, jilid 10: 353)

Ishhaq bin Ammar bertanya kepada Imam Jaâfar Ash-Shadiq (sa): Banyak manusia mengatakan bahwa rizki itu ditentukan pembagiannya pada malam Nishfu Syaâban, benarkah itu? Beliau berkata: âTidak benar, demi Allah, hal itu terjadi kecuali pada malam ke 21 dan ke 23 Ramadhan.
Adapun malam ke 19 adalah malam pertemuan dua hal. Malam ke 21 dibeda-bedakan setiap persoalan; inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah SWT:

Di dalamnya dibeda-bedakan setiap persoalan yang penuh hikmah.
(Ad-Dukhkhan: 4)
Adapun malam ke 23 Allah Azza wa jalla mengimdhaâ (mengesahkan) apa yang dikehendakinya, malam itu adalah malam Al-Qadar, yang dimaksudkan oleh firman Allah azza wa jalla:
Malam Al-Qadar lebih baik dari seribu bulan.
Kemudian Ishhaq bin Ammar bertanya lagi: Apa yang dimaksud dengan pertemuan dua hal? Beliau menjawab: Allah mempertemukan pada malam itu kehendak-Nya terhadap apa yang didahulukan dan yang diakhirkan, kehendak-Nya dan ketetapan-Nya.
Ishhaq bertanya lagi: Apa yang dimaksudkan dengan Allah mengimdha (mengesahkan) pada malam ke 23?
Beliau menjawab: Allah membeda-bedakan (memilah-milah) imdha-Nya pada pada malam ke 21, dan pada malam ini masih memungkinkan terjadinya badaâ (perubahan); Adapun pada malam ke 23 Allah mengimdhanya, sehingga persoalan itu mahtum (pasti) yang di dalamnya Allah SWT tidak melakukan badaâ (perubahan).
(Al-Wasail, jilid 10: 357)

Wassalam,
R. Benny Wahyuadi.

Tidak ada komentar: